B
A B 1
PENDAHULUAN
1.1.Latar
Belakang
Perkembangan kehidupan musik dan dunia pendidikan musik Indonesia
akhir-akhir ini menunjukan kemajuan yang
sangat pesat. Hal ini bisa dipahami karena musik nampaknya telah menjadi kebutuhan
umum sehari-hari. Keadaan demikian harus diimbangi dengan berusaha yang dapat
mengarahkan pertumbuhan tersebut ke suatu tujuan yang lebih baik. Musik pada
hakikatnya adalah bagian dari seni yang menggunakan bunyi sebagai media
penciptaannya. Walaupun dari waktu ke waktu beraneka ragam bunyi, seperti
klakson maupun mesin sepeda motor dan mobil, handphone, radio, televise, tape
rekorder, dan sebagainya senantiasa mengerumuni kita, tidak semuanya dapat
dianggap sebagai musik karena sebuah karya musik harus memenuhi syarat-syarat
tertentu. Walaupun banyak dari para ahli musik telah memcoba memberika defenisi
tentang musik, namun hingga kini belum ada satupun yang diyakini merupakan
satu-satunya pengertian yang paling lengkap. Tampaknya ada yang memahami musik
sebagai kesan terhadap sesuatu yang ditangkap
oleh indra pendengarannya. Di samping itu ada juga pemahamannya bertolak
dari asumsi bahwa musik adalah suatu karya seni dengan segenap unsur pokok dan
pendukungannya. Jamalus ( 1988, 1 ) berpendapat bahwa musik adalah suatu hasil
karya seni bunyi dalam bentuk lagu atau komposisi music yang mengungkapkan
pikiran dan perasaan penciptanya melalui
unsure-unsur music yaitu irama, melodi,
harmoni, bentuk dan struktur lagu dan ekspresi sebagai satu kesatuan. Rina (
2003, 9 ) setuju dengan pendapat bahwa musik merupakan salah satu cabang
kesenian yang pengungkapannya dilakukan melalui suara atau bunyi-bunyian. Prier
( 1991, 9 ) setuju dengan pendapat Aristoteles bahwa musik merupakan curahan
kekuatan tenaga penggambaran yang berasal dari gerakan rasa dalam suatu
rentetan suara ( melodi ) yang berirama.
Sebagai
bagian dari kesenian yang merupakan salah satu dari tujuh unsur kebudayaan universal, musik memiliki
fungsi sosial yang secara
universal umumnya dapat ditemukan di setiap kebudayaan suku bangsa manapun di seluruh
dunia. Pada berbagai
kebudayaan, musik memiliki fungsi sebagai kendaraan dalam mengekspresikan ide-ide dan emosi. Di Barat
musik digunakan untuk
menstimulasi perilaku sehingga dalam masyarakat mereka ada lagu-lagu untuk menghadirkan
ketenangan. Para pencipta musik
dari waktu ke waktu telah menunjukkan kebebasannya mengungkapkan ekspresi emosinya yang dikaitkan
dengan berbagai objek
cerapan seperti alam, cinta, suka-duka, amarah, pikiran, dan bahkan mereka telah mulai
dengan cara-cara mengotak-atik nada-nada sesuai dengan suasana hatinya. Pada dasarnya setiap orang telah dikaruniai oleh
Tuhan Allah dengan
berbagai kemampuan belajar (ability to learn) dan bakat (talent) tentang apa saja. Selain bisa
belajar dari lingkungan alam dan sosialnya, orang juga bisa belajar dari pengalamannya sendiri. Setiap orang memiliki kemampuan dan
kecepatan berbeda-beda dalam hal mencerap atau memahami keindahan tentang apa saja termasuk pula keindahan musik. Untuk menikmati rasa indah (estetis), maka orang
perlu belajar dengan cara
membiasakan diri mendengarkan musik-musik kesukaannya sendiri. Kemudian ia bisa mulai mencoba
mendengarkan musik-musik jenis lain yang baru didengarnya dan kemudian akan
menyukainya. Setiap jenis musik memiliki keunikan melodis, ritmis, dan
harmonis; maupun terkait dengan komposisi dan instrumentasinya.
Hiburan
(entertainment) adalah suatu kegiatan yang menyenangkan hati bagi
seseorang atau publik. Musik sebagai salah satu cabang seni juga memiliki
fungsi menyenangkan hati, membuat rasa puas akan irama, bahasa melodi,
atau keteraturan dari harmoninya. Seseorang bisa saja tidak memahami
teks musik, tetapi ia cukup terpuaskan atau terhibur hatinya dengan
pola-pola melodi, atau pola-pola ritme dalam irama musik tertentu.
Jika para penikmat
musik klasik sangat senang dengan kompleksitas bangun musik dan orkestrasinya,
maka pencinta musik pop lebih terhibur dengan teks syair, melodi yang menyentuh
kalbu, atraksi panggung, atau bahkan hanya popularitas penyanyinya saja. Kini
musik bahkan ditengarai lebih berfungsi hiburan karena industri musik berkembang
dengan sangat cepat.
Musik
sudah sejak dahulu digunakan untuk alat komunikasi baik dalam keadaan
damai maupun perang. Komunikasi bunyi yang menggunakan sangkakala
(sejenis trumpet), trumpet kerang juga digunakan dalam suku-suku bangsa
pesisir pantai, kentongan juga digunakan sebagai alat komunikasi
keamanan di Jawa, dan teriakanteriakan pun dikenal dalam suku-suku asli
yang hidup baik di pegunungan maupun di hutan-hutan. Bunyi-bunyi
teratur, berpola-pola ritmik, dan menggunakan aluralur melodi itu
menandakan adanya fungsi komunikasi dalam musik. Komunikasi elektronik
yang menggunakan telepon semakin hari semakin banyak menggunakan
bunyi-bunyi musikal.
Dalam
berbagai budaya bangsa, suku-suku, atau daerah-daerah yang masih
mempertahankan tradisi nenek-moyang mereka; musik digunakan sebagai
sarana mewujudkan simbol-simbol dari nilai-nilai tradisi dan budaya
setempat. Kesenangan, kesedihan, kesetiaan, kepatuhan, penghormatan,
rasa bangga, dan rasa memiliki, atau perasaan-perasaan khas mereka
disimbolkan melalui musik baik secara sendiri maupun menjadi bagian dari
tarian, syair-syair, dan upacaraupacara.
Para
pencipta lagu nasional Indonesia sangat peka terhadap adanya kondisi
sosial, tingkat kesejahteraan rakyat, dan kegelisahan masyarakat. Mereka
menciptakan lagu-lagu populer yang menggunakan syair-syair menyentuh
perhatian publik seperti yang dilakukan oleh Bimbo, Ebiet G. Ade, Iwan
Fals, Harry Roesli, Gombloh, Ully Sigar Rusady, dan masih banyak lagi.
Pada umumnya para pencipta lagu itu melakukan kritik sosial dan bahkan
protes keras terutama ditujukan kepada pemerintah. Para pengamen jalanan
juga tak kalah seru mengumandangkan lagu-lagu protes sosialnya, misalnya
lagu yang bertema PNS, penderitaan anak jalanan, generasi muda yang
tanpa arah, dan lain sebagainya.
Musik
banyak pula digunakan sebagai media untuk mengajarkan norma-norma,
aturan-aturan yang sekalipun tidak tertulis namun berlaku di tengah masyarakat.
Para pencipta lagu anak seperti Bu Kasur, Pak Kasur, Pak Daljono, AT
Mahmud, Ibu Sud—semua berupaya mengajarkan anak-anak berperilaku sopan,
halus, hormat kepada orangtua, cinta keindahan, sayangi tanaman dan
binatang, patuh pada guru, dan lain sebagainya. Keindahan alam,
kesejahteraan sosial, kenyamanan hidup, dan semua norma-norma kehidupan
bermasyarakat telah mendapatkan perhatian yang sangat penting dari para
pencipta lagu tersebut.
Lagu-lagu
daerah banyak sekali berfungsi sebagai pelestari budayanya, karena
tema-tema dan cerita di dalam syair menggambarkan budaya secara jelas.
Syair-syair lagu sering juga berasal dari pantunpantun yang biasa
dilantunkan oleh masyarakat adat dan daerah-daerah di Indonesia. Budaya
Minangkabau dapat dipertahankan keberadaannya dengan berbagai cara,
tetapi musik Minang sangat jelas karakteristiknya yang mudah mewakili
daya tarik terhadap tempat berkembangnya budaya itu ialah Propinsi
Sumatera Barat dan sekitarnya. Lagu-lagu Jawa, mulai dari yang klasik
hingga kini yang berwarna populer seperti
musik campursari,
digemari masyarakat Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta untuk melengkapi
musik kroncong yang lebih dahulu berkembang. Ada budaya Jawa yang dilestarikan
melalui syair-syair berbasa Jawa, melodi-melodi yang bernuansa Jawa dari
karawitan. Musik Sunda dan sekitarnya di Propinsi Jawa Barat memiliki rasa yang
sangat khas adalah bagian dari upacara-upacara sosial dan keagamaan masyarakatnya.
Indonesia memiliki kekayaan budaya dan terutama musiknya seperti termasuk yang
paling dikenal dunia seperti Jawa Timur, Bali, Kalimantan, Sulawesi, dan bahkan
Papua.
Setiap
bangsa memiliki lagu kebangsaan (national anthem) yang mewakili
citarasa estetik, semangat kebangsaan, dan watak dari budaya masing-masing.
Lagu kebangsaan Indonesia Raya ciptaan Wage Rudolf Soepratman
adalah lagu atau musik yang diciptakan untuk mempersatukan bangsa
Indonesia yang mendiami daerah-daerah di wilayah Nusantara yang terdiri
dari ribuan pulau besar dan kecil. Keaneka-ragaman budaya yang sangat
banyak jumlahnya harus dirangkum dalam satu kesatuan budaya nasional
tanpa meninggalkan budaya-budaya lokal. Dalam kesatuan tanah-air,
bangsa, dan bahasa; Indonesia diperkenalkan kepada dunia melalui Indonesia
Raya. Tetapi, lagu-lagu nasional Indonesia juga tidak sedikit yang
bisa berfungsi sebagai pemersatu bangsa sekalipun bukan sebagai lagu
kebangsaan, contohnya antara lain Berkibarlah Benderaku, Bangun
Pemudi-Pemuda, Bagimu Negeri, Satu Nusa Satu Bangsa, Indonesia
Pusaka, Hari Merdeka, Rayuan Pulau Kelapa, Mars
Pancasila, Halo-Halo Bandung, dan Syukur.
Musik
yang dikreasi untuk kepentingan promosi dagang kini banyak berkembang
seiring dengan laju pertumbuhan iklan yang disiarkan melalui radio-radio
siaran dan televisi-televisi swasta terutama di Jakarta dan kota-kota
besar di Indonesia. Musik-musik iklan bisa saja dirancang oleh
penciptanya secara baru, tetapi juga ada yang berbentuk penggalan lagu
yang sudah ada, sudah populer, dan digemari segmen pasar yang dituju.
Pada karya Ilmiah ini yang akan saya bahas
yaitu mengenai alat gesek. Seperti yang kita ketahui bahwa alat gesek terdiri
dari biola, biola alto, cello, dan kontra bass. Yang menjadi pembahasan saya
dari sekian alat gesek di atas adalah Biola.
1.2.Rumusan
masalah
Rumusan masalah
pada karya ilmiah ini adalah sebagai berikut;
1.
Seperti
apakah tinjauan Sejarah Biola?
2.
Seperti
apa konstruksi dari Biola itu?
3.
Bagaimana
Karakter Suara dan Register Biola?
4.
Bagaimana
cara memegang,menyetem, dan menggesek Biola?
1.3. Tujuan
Penulisan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah
sebagai berikut;
1.
Sebagai
persyaratan untuk mendapat nilai pada mata kuliah Wawasan Musik Nusantara..
2.
Sebagai
penambah wawasan dalam Ilmu Musik terutama teori-teori Biola.
3.
Sebagai
bahan bacaan bagi siapa saja yang membutuhkannya.
1.4.
Rumusan Masalah
Makalah
ini terdiri dari tiga bab yaitu bab I yang berjudul Pendahuluan disini
dijelaskan mulai dari latar belakang penulisan, manfaat penulisan, rumusan
masalah, tujuan penulisan dan sistematika Penulisan. Kemudian bab II yang
berjudul pembahasan, disini merupakan inti dari keseluruhan pembahasan. Semua
pembahasan ditutup dengan bab III yang berjudul Penutup, yang mencantumkan
kesimpulan dan saran.
B A B II
PEMBAHASAN
‘BIOLA’
1.1.
Tinjauan sejarah Biola
Pada mulanya biola digunakan bersama instrumen musik lain untuk
mengiringi tarian. Saat itu biola dianggap sebagai alat musik dari kalangan
bawah namun kemudian menjadi instrumen solo selama abad ke-17. Biola berasal
dari Italy pada sekitar tahun 1500-an. Instrumen gesek mungkin berasal dari
instrumen-instrumen seperti Viele, fiedel, rebec, dan dari Lira da
braccio pada masa Renaissans. Walaupun demikian tampaknya ada instrumen
lain bernama Viol dengan enam dawai di Eropa, yang telah ada sebelum biola dan
keberadaanya berdampingan dengan rebec dan keluarganya selama sekitar
200 tahun. Pada tahun 1600 an biola memperoleh penghargaan yang lebih baik
setelah digunakan sebagai instrumen pengiring opera-opera Italia seperti Orfeo
(1607) karya Claudio Monteverdi, dan melalui Raja Louis Perancis ke XIII yang
membentuk kelompok pemusik, 24 violos du rei (‘’raja 24 biola’’) pada
tahun 1626. Biola bekembang baik sepanjang jaman Barok (1600-1750) dalam
karya-karya dari para pencipta seperti Arcangelo Corelli, Antonio Vivaldi, dan
Giuseppe Tartini di Itali, Heinrich Biber, serta Georg Philipp Telemann dan
Johann Sebastian bach di Jerman. Biola menjadi dasar dari alat musik solo
concerto, concerto grosso, sonata, trio sonata, dan cocok sebagus yang
digunakan dalam opera.
Biola.
Para pembuat biola pertama yang berasal dari Italia Utara di antaranya
ialah Gasparo da Salo (1540-1609) dan Giovanni Maggini (1579-1630) dari
Brescia, dan Andrea Amati dari Cremona. Pada abad ke-17 dan ke-18 telah ada
bengkel pembuat biola di Italia, yaitu dari Antonio Stradivari dan Giuseppe
Guarneri dari Cremona dan seorang orang Austria Jacob Stainer. Biola terdahulu
berukuran lebih pendek; lehernya lebih tebal dan kurang membelok kebelakang
dari permukaan biola; papan jari yang lebih pendek; kam-nya lebih datar; dan
dawainya terbuat murni dari usus binatang. Busur biola yang pertama juga
memiliki desain berbed dengan biola sekarang. Perubahan konstruktif yang
mendasar, yang menghasilkan bunyi lebih keras, nyaring, dan nada yang lebih
bagus, terjadi pada abad ke 18 dan 19. Pada pertengahan abad ke-18 biola adalah
instrumen solo terpopuler di Eropa. Biola juga dijadikan alat musik pada
orkestra, alat yang paling penting dimainkan era Barok dan Klasik(1750-1820);
dan pada orkestra modern juga masih menjadi alat yang paling penting untuk
dimainkan. Kelompok biola berkembang dengan jumlah lebih dari pemainnya yang
dimainkan di ruang kecil terdiri dari dua biola, viola dan cello.
Yehudi Menuhin
Selama abad ke-19 pemain biola yang melegenda di seluruh Eropa, di
antaranya ialah Giovanni Viotti dan Nicolo Paganini, Louis Sphor dan Joseph
Joachim dari Jerman, Pablo de Sarasate dari Spanyol, dan Henri Vieuxtemps dan
Eugene Ysaye dari Belgia. Pada abad ke 20 biola mencapai nilai artistik yang
baru dan teknik yang tinggi di tangan para pemain biola Amerika, Isaac Stern
dan Yehudi Menuhin, keturunan Austria Fritz Kreisler, keturunan Rusia Jascha
Heifetz, Mischa Elman dan Nathan Milstein yang menjadi penduduk Amerika, biolis
Hongaria Joseph Szigeti, dan David Oitsrakh dari Rusia. Di antara para pencipta
tunggal dan para pencipta karya-karya untuk biola adalah Bach, Wolfgang Amadeus
Mozart, dan Ludwig van Beethoven; di Austria ada Franz Schubert, Jerman
diwakili oleh Johannes Brahms, Felix Mendelssohn, dan Robert Schumann, dan dari
Rusia ialah Peter llyich Tchaikovsky di era yang penuh dengan keromantisan;
Claude Debussy meakili Perancis, sedangkan untuk Austria ialah Arnold
Schoenberg, dari Hungaria ialah Bela Bartok, dan Rusia diwakili oleh Igor
Stravinsky pada abad ke 20.
2.2
Konstruksi Biola
Panjang biola normal (berukuran 4/4) mencapai
60 cm. Walaupun demikian ada juga yang
lebih kecil, yaitu berukuran 3/4 dan 1/2 yang dapat dimainkan oleh pelajar yang masih muda. Biola adalah salah
satu dari keluarga instrumen gesek
yang lain yaitu, biola alto, cello dan kontrra bas. Di antara instrumen musik gesek, biola termasuk instrument
yang memiliki titinada tertinggi.
Busur penggesek (bow) biola terdiri dari tongkat, kurang lebih sepanjang 75 cm, dengan bulu-bulu kuda yang direntangkan di antara kedua ujung
tongkat penggesek. Konstruksi yang
terdapat pada seluruh keluarga instrument gesek pada dasarnya tidak berbeda dengan konstruksi biola. Walaupun demikian cello dan kontra bas memiliki
tongkat penyanggah di bagian bawahnya
(akan dijelaskan kemudian). Secara detail bagian-bagian biola meliputi: (lihat gambar )
a.
Table/ Belly (perut).
b.
Ribs, atau papan samping yang memisahkan di
antara papan depan (table) dengan papan belakang.
c.
Neck, yaitu leher di antara bagian kepala (peg
box) dan badan (table) biola. Peg box, kotak penala yang
berada di bagian kepala.
d.
Scroll, hiasan ukir di ujung bagian
kepala yang menyerupai gulungan kain.
e.
Tail, yaitu penambat ujung dawai-dawai di bagian
bawah perut (table).
f.
Bridge, yaitu keping pembatas tegangan dawai-dawai
yang berada di antara tail dan nut atau batas pada pangkal peg box.
g.
Fingerboard, yaitu bidang yang terdapat di bagian depan
leher yang terbentang hingga kira-kira pertengahan belly.
h.
Lobang
suara.
Pada bagian belly terdapat dua buah lubang suara berbentuk tanda
dinamik Forte (¦ ). Biola mempunyai 4 dawai dengan diameter yang
berbeda. Pada mulanya, dawai biola terbuat dari usus binatang, namun pada masa
kini telah diganti oleh helaian kawat tipis dari baja. Untuk dawai-dawai
berdiameter besar dilapisi oleh gulungan semacam perak. Dawai dengan diameter
terbesar ditala untuk nada G (jarak interval 4 di bawah C).
Nada-nada Biola pada Posisi Dawai Lepas
Penomoran dawai biola mulai dari yang terbawah sehingga dawai ini biasa
dawai ke-4 atau G. Dawai ke-3 di
bawahnya, ditala satu kwint lebih tinggi sehingga berbunyi D. Demikian
selanjutnya, dua dawai lain di bawahnya
ditala satu kwint ke atas yaitu nada A untuk dawai kedua dan nada E untuk dawai pertama. Dawai
biola pada mulanya dibuat dari usus binatang.
Guna menghasilkan bunyi yang nyaring dan kuat maka di jaman modern ini dawai dibuat dari baja dengan proses pembuatannya
menggunakan teknologi canggih.
Bagian-bagian
biola
Anatomi Biola.
2.3.
Karakter Suara dan Register Biola
Di antara karakteristik terbaik biola adalah
bunyi yang mendesing dan bisa dimainkan dengan cepat, bisa dimainkan dengan
baik sepertimelodi-melodi yang ada pada lirik lagu. Para pemain biola juga bisa
menciptakan efek yang bagus dengan tekhnik berikut ini: dengan menggunakan jari
tanpa stik, dengan memetik senar-senarnya; dengan mengulang satu nada yang sama
atau dua nada yang sama dengan cepat, menggesek stik pada senar-senarnya dengan
cepat;sul panticello, bermain dengan stik yang didekatkan dengan kamnya
untuk menghasilkan bunyi yang ringan, suara seperti kaca; col legno,
bermain dengan stik yang dari kayu; harmoni, dengan meletakkan jari-jari dari
tangan kanan pada bagian-bagian tertentu dari senarnya untuk menghasilkan bunyi
yang ringan, seperti bunyi seruling; dan glissando, gerakan luwes yang teratur
dari jari tangan kiri ke atas dan kebawah senar untuk menghasilkan nada naik
turun. Register biola adalah yang tertinggi di antara instrumen gesek, yaitu
dari nada G (baca: g kecil) sampai C3 (baca: c tiga).
Wilayah
nada instrumen Biola
2.4.
Cara
Memainkan Biola
Biola dipegang secara horizontal, di bagian
kiri bagian ujung belakang biola, di antara tulang selangkaan rahang bawah.
Lengan kiri agak ditekan kearah leher, di antara ibu jari dan ruas jari yang
panjang. Biola depegang dengan cara tersebut sehingga bagian badan biola menghadap
ke arah penonton, dan secara khusus untuk mempermudah penggesekan. Jari-jari
tangan kiri harus menekan senar dengan bentuk sedikit ke depan. Kecepatan
jari-jari menekan dan melepaskan senar akan membedakan keselarasan suara
(berhubungan dengan kejelasan vibrasi). Gerakan jari-jari tersebut tidak hanya
secara vertikal tetapi juga secara menyeluruh sehingga saat memainkannya,baik
dengan semua jari atau jari-jari yang berbeda, nada penuh atau separuh nada
dapat dihasilkan. Untuk mengahsilkan akor didapat dengan menekan dua senar bersama-sama
dan menggeseknya. Jari-jari tangan kiri diberi lambang nomor 1 sampai 4.Nomor. Nomor
satu untuk jari telunjuk, 2 untuk jari tengah, 3 untuk jari manis,dan 4 untuk
jari kelingking. Mengubah posisi penjarian dengan cepat dan halus merupakan
kesulitan utama dalam bermain biola. Penguasaan teknik ini bergantung pada
kekuatan dagu dan pundak, karena keduanya menekan bebas alat ini dan tangan
dapat memindahkannya dengan mudah di sepanjang leher biola. Otot juga harus
dapat digerakkan dengan mudah untuk menghindari permasalahan dalam
gerakan-gerakan tubuh. Untuk nada-nada yang lebih tinggi kita juga harus
mengubah letak tangan dan jari. Sela jari-jari untuk menghasilkan suara yang
tergolong rendah-dalam hubungannya dengan bagian-bagian tubuh – berkaitan dengan
posisi pertama (posisi permulaan, dekat nut) Perubahan posisi bermain
pada suatu sisi untuk memperlua rentang suara dan karenanya membutuhkan teknik
permainan yang murni; di sisi lain perubahan posisi bermain juga berperan
penting dala pengungkapan ekspresi dan pada akhinya dapat diapresiasikan dari sudut
pandang estetika. Nada-nada dalam satu frekuensi yang sama menghasilkan suara
yang berbeda pada beracam-macam senar. Perubahan posisi berpengaruh pada warna
suara. Pilihan penjarian dibutuhkan sebagai dasar dalam ekspresi teknik bermain
bilola untuk menyajikan berbagai macam gambaran musikal. Sedikit gerakan yang berkesinambugan
dengan perasaan, vibrato, memperkaya musik dengan sedikit modifikasi pada
tinggi rendahnya nada; hal ini merupakan jenis ekspresi permainan biola.
2.5. Biola Alto
Hingga pada akhir tahun 1700an, biola alto
atau viola, mempunyai sejarah yang sama dengan biola. Secara material viola
sama dengan biola, tapi ukurannya lebih besar dan proposi-proporsinya lebih bervariasi.
Rata-rata ukuran utuh panjang viola adalah di antara satu hingga empat inci
lebih panjang dari biola, yaitu 16 inci atau 14 cm. Viola kecil untuk
anak-anak, panjangnya hingga 12 inci atau 30 cm Titi nadanya berada satu kwint
lebih rendah dari biola dan biasanya digunakan sebagai instrument harmoni, baik
dalam ensemble gesek maupun orkes simponi. Biasanya ada 10 biola alto dalam
orkestra. Biola alto umumnya memberikan kesan suram dan nada yang dalam sebagai
efek yang membingkai kesedihan pada karakter lagu melankolis.
Biola Alto
2.6. Wilayah nada biola alto
Seperti biola, viola dipegang dengan cara
meletakan bagian belakang table di bawah dagu, dan bersandar di bahu.
Biola alto berukuran sedikit lebih besar dan ditala juga ditala satu kwint dari
satu dawai ke dawai secara menurun. Viola mempunyai kualitas nada yang lebih
hangat dan gelap dibanding biola. Jangkauan wilayah nada Viola adalah dari nada
C (baca: c kecil) sampai D2 (baca: d dua).
Wilayah Nada Instrumen Biola Alto
Dalam perjalanan sejarah pembuatannya
penetapan ukuran viola melalui perjalanan yang tidak mudah. Berbagai eksperimen
telah dilakukan untuk meningkatkan kualitas suaranya. Di antara pembuat viola ialah
Hermann Rutter’s dengan “viola alta”-nya. Pada saat itu ukuran viola buatannya
adalah 18,9 inci atau 48 cm. Instrumen tersebut dirancang untuk opera-opera
Richard Wagner. Viola model Tetis yang lebih lebar dengan ribs yang
lebih dalam, yang dirancang untuk mencapai bunyi yang lebih baik, merupakan
ukuran non standar. Eksperim enakustik viola memberikan kontribusi terhadap
kualitas suara yang mendekati cello. Cara bermain viola ialah sama seperti
bermain biola, namun ukuran fisik viola yang lebih besar dan berat dari biola memberikan
konsekuensi teknis yang lebih sulit atau menantang. Terdapat bukti bahwa pemain
biola yang bermain viola beberapa bulan, mengalami peningkatan teknis ketika
kembali pada biola. Keempat dawai viola ditala dalam kwint. Penalaan ini
benar-benar berada satu kwin di bawah biola, dan satu oktaf di atas cello. Dawai
keempat ditala menjadi nada C, satu oktaf di bawah C tengah, sedangkan ketiga
dawai berikutnya yang lebih rendah ditala lebih tinggi menjadi G, D, dan A.
Ketiga nada selain C tersebut juga terdapat dalam biola. Walaupun ada tiga nada
yang ditala sama dengan biola namun kualitas nada dan warna bunyinya berbeda
Peg Biola Alto
Sebagaimana halnya biola, viola juga ditala dengan 4 pasak (pegs)
penala dalam pegs box dekat scroll, tempat melilitkan dawaidawai.
Dengan mengencangkannya maka akan menaikkan nada dan dengan mengendorkannya
maka akan menurunkan nada. Dawai A ditala pada 440 Hz sementara dawai-dawai
lain ditala dalam interval fith murni. Penalaan dilakukan dengan menggesekkan bow
atau biasa juga disebut bowing, pada dua dawai yang berurutan dalam
interval kwint. Penalaan dapat juga dilakukan dengan mencocokkannya pada piano.
Sebelum pertunjukan orkestra dimulai para pemain menala dengan metode bowing.
Penalaan dipimpin oleh CM, dilakukan sebelum kondaktor masuk ke panggung. Kebanyakan
viola maupun instrument gesek lainnya memiliki adjuster atau biasa juga
disebut fine tuner, yang digunakan untuk memantapkan talaan. Alat ini
dapat mengatur ketegangan dawai dengan memutar kenop kecil pada alat tersebut
yasng terletak pada penambat ujung dawai-dawai yang lain di bagian bawah table,
tepatnya pada tail piece. Penalaan dengan adjuster jauh
lebih mudah daripada dengan tuning peg. Walaupun dapat digunakan pada
keempat dawai viola, namun umumnya hanya digunakan untuk menala dawai A Walaupun
talaan standar viola adalah C-G-D-A, kadang-kadang viola ditala secara berbeda
baik dalam musik klasik maupun dalam musik rakyat. Cara seperti ini disebut scordatura.
Mozart dalam Sinfonia Concertante for Violin, Viola and Orchestra dalam
Es mayor, menulis part viola dalam D mayor dan meminta agar dawai-dawai viola
dinaikkan satu semi tone. Tujuannya untuk untuk menghasilkan bunyi viola
yang lebih cemerlang sehingga tidak tenggelam oleh instrument lain dalam ensambel.
Lionel Tertis dalam transkripsi karya Elgar, Cello Concerto, menulis
bagian lambatnya dengan menurunkan talaan Lionel Tertis, in his transcription
of the Elgar cello dawai C menjadi Bes, agar viola dapat memainkan nada-nada
dalam jarak satu oktaf lebih rendah. Dalam keadaan tertentu, dawai C dapat
ditala hingga nada D. Pada orkestra-orkestra masa awal, bagian viola seringkali
terbatas pada permainan harmoni dengan sedikit materi melodis. Ketika viola
diberi bagian melodis dalam musik masa itu, seringkali disusun dalam unisono
atau oktaf, pada dawai yang mana saja. Sebagai perkecualian adalah pada
Brandenburg Concerto No. 6 dari J.S. Bach, yang menempatkan dua viola dalam
peran melodic. Dalam naskahnya disebutkan bahwa karya tersebut adalah untuk 2
violas, 1 cello, 2 violas de gamba, dan continuo. Sebuah contoh karya
sebelum abad ke-20 yang menampilkan part solo viola ialah Harold in Italy karya
Hector Berlioz. Walaupun demikian peranan viola juga terdapat pada beberapa
karya Barok dan Concerti Klasik, seperti dari Telemann yang menulis salah satu
concerto viola paling awal, Franz Anton Hoffmeister dan Carl Stamitz. Viola
memainkan peranan penting dalam musik kamar. Mozart berhasil membebaskan
instrument ini dari perananan pada umumnya, dalam keenam karya kuintet geseknya
yang merupakan beberapa di antara karya-karya adiluhungnya. Kuintet-kuintet
tersebut menggunakan dua viola, yang membebaskan viola, khususnya yang pertama,
untuk bagian-bagian solo dan meningkatkan berbagai variasi dan kekayaan suatu
ensambel. Mozart jujga menulis viola untuk karya Simfonia Concertante yang
melibatkan dua solois, viola mendapatkan peranan yang seimbang dengan biola.
Dari karya-karya awal Johannes Brahms viola banyak ditampilkan. Publikasi karya
musik kamarnya yang pertama yaitu sextet untuk instrument gesek, opus 18 berisi
sejumlah bagian solo untuk biola pertama. Brahms juga menulis Two Song for Alto
with Viola and Piano (Zwei Gesänge für eine Altstimme mit Bratsche und Pianoforte),
Op. 91, "Gestillte Sehnsucht" atau "Satisfied Longing" atau
"Geistliches Wiegenlied" atau "Spiritual Lullaby," sebagai
hadiah untuk pemain biola terkenal Joseph Joachim dan istrinya, Amalie. Antonin
Dvoák bermain viola, dan ia mengatakan bahwa instrument tersebut adalah
favoritnya. Karya musik kamarnya kaya dengan bagian-bagian penting untuk viola.
Komposer Czech yang lain, Bedrich Smetana, melibatkan part viola yang signifikan dalam kuartetnya,
"From My Life"; kuartet tersebut mulai dengan suatu pernyataan impassioned
yang dibawakan oleh viola. Felix Mendelssohn muda menulis sebuah sonata
untuk viola dalam C minor yang sangat terkenal (tanpa nomor opus, tahun 1824). Karya
ini memiliki keindahan melodi di antara karya-karya awalnya, namun cukup
mengherankan bahwa karya ini sangat jarang dimainkan di gedung-gedung konser.
Kadang-kadang viola memiliki peranan yang besar dalam musik orkestra,
sebagaimana terdapat dalam Enigma Variations karya Edward Elgar,
yang sering juga disebut “Ysobel”. Sementara repertoar viola cukup luas, jumlah
karya yang ditulis oleh komposer abad ke-20 secara relatif masih sangat kecil.
Dalam pengembangan instrumen ini tampaknya para pemain viola perlu membuat
transktipsi dari instrumen lain. Terdorong oleh tuntutan spesialis sebagai
pemain solo, misalnya Lionel Tertis, pada masa awal abad ke-20, lebih banyak
komposer yang menulis untuk viola. Para komponis Inggris seperti Englishmen
Arthur Bliss, York Bowen, Benjamin Dale, dan Ralph Vaughan Williams, menulis
karya-karya musik kamar dan karya-karya konser untuk Tertis. William Walton,
Bohuslav Martin dan Béla Bartók menulis karya-karya konserto untuk viola yang
kemudian menjadi terkenal. Satu di antara beberapa komponis menulis cukup
banyak musik untuk viola ialah Paul Hindemith. Ia sendiri adalah pemain viola
yang sering tampil membawakan komposisi-komposisi premier karyanya sendiri.
Sonata Debussy untuk Flute, Viola dan Harp, terinspirasi oleh banyaknya
komposer yang menulis untuk kombinasi tersebut. Elliot Carter juga menulis
cukup banyak karya untuk viola. Elegy, adalah salah satu karya
terbaiknya untuk viola, kemudian ditranskrip untuk klarinet. Ernst Toch menulis
sebuah Impromptu (opus 90b) untuk viola solo. Ernest Bloch, komposer America,
kelahiran Swiss sangat terkenal dengan karyanya yang terinspirasi oleh musik
Yahudi, menulis dua karya terkenal untuk viola yaitu Suite 1919 dan Suite
Hebraique untuk viola solo dan orkestra. Rebecca Clarke adalah komposer
abad ke-20 menulis cukup banyak karya untuk viola. Lionel Tertis mencatat bahwa
Edward Elgar (yang salah satu konsertonya ditranskrip Tertis) dengan bagian
lambat dalam scordatura), Alexander Glazunov (yang menulis Elegy,
op. 44, untuk viola dan piano), dan Maurice Ravel, semuanya menjanjikan konserto
untuk viola. Pada bagian akhir abad ke-20 sejumlah repertoar telah diproduksi
untuk viola; Banyak komposer, termasuk Alfred Schnittke dan Krzysztof
Penderecki, telah menulis konserto untuk viola.
Viola kadang-kadang digunakan dalam musik popular kontemporer, sering
kali dalam aliran avant-garde. Kelompok musik yang sangat berpengaruh,
Velvet Underground, terkenal dengan penggunaan viola, demikian juga pernah
dilakukan oleh beberapa kelompok modern
seperti 10.000 Maniacs, Defiance, Ohio, The Funetics, dan sebagainya. Musik
jazz tampaknya juga tertarik bekerjasama dengan violis, muslai dari penggunaan
seksi gesek pada awal 1900an hingga sebuah kuartet penuh dan solois, terjadi
dari tahun 1960an hingga kini Walaupun penggunaan biola dalam musik rakyat
cukup sering, viola jarang digunakan oleh kebanyakan musisi folk di seluruh
dunia. Penelitian mendalam tentang penggunaan viola dalam musik rakyat pernah dilakukan
oleh Dr. Lindsay Aitkenhead. Para pemain dalam jenis musik ini ialah Cath
James, David Lasserson, Eliza Carthy, Mary Ramsey, Ben Ivitsky, Gina Le Faux,
Helen Bell, Jayne Coyle, Jim O'Neill, Jim Wainwright, Lindsay Aitkenhead, Mark
Emerson, Miranda Rutter, Nancy Kerr, Pete Cooper dan Susan Heeley. Clarence
"Gatemouth" Brown adalah eksponen viola yang paling prominen dalam genre
blues.
Viola adalah instrumen pengiring yang populer
dalam musik band folk berdawai Hinggaria Romania. Dalam musik tersebut tiga
dawai viola ditala G-D’-A (nada A ditala stuy oktaf lebih rendah dari talaan
standar). Bagian bridge diturunkan untuk menimbulkan efek khusus ketika memainkan
akor dengan motif ritmik yang khas. Penggunaan semacam
ini biasa disebut kontra atau brácsa
B A B III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Ketika dilihat dari sejarah Biola itu sendiri, biola merupakan salah
satu alat musik yang sejarahnya luar biasa. Karena alat musik yang sebenarnya
berada pada kalangan bawa, kini menjadi alat musik yang sangat-sangat
dibutuhkan terutama dalam pertunjukan orkestra. Biola mendapat penghargaan yang
baik Pada tahun 1600 setelah digunakan
sebagai instrumen pengiring opera-opera Italia seperti Orfeo (1607) karya
Claudio Monteverdi, dan melalui Raja Louis Perancis ke XIII yang membentuk
kelompok pemusik, 24 violos du rei (‘’raja 24 biola’’) pada tahun 1626
dan bekembang baik sepanjang jaman Barok (1600-1750) dalam karya-karya dari
beberapa pencipta di Jerman. Biolapun menjadi dasar dari alat musik solo concerto,
concerto grosso, sonata, trio sonata, dan cocok sebagus yang digunakan dalam
opera. Ada begitu banyak intrumen gesek, tetapi dari semua alat gesek yang
titinada tertinggi adalah Biola. Ukurannya pun ada bermacam-macam tergantung
usia. Ini sangat membantu kepada siapa saja yang mau belajar, baik mulai dari
anak-anak sampai pada tingkat dewasa. Dari pembuatannya Biola memiliki
perubahan dari setiap masanya hingga bentuk yang sekarang ini dengan menggunakan
teknologi canggih.
Ada beberapa karakter bunyi dari biola
tergantung teknik dari kita yang memainkannya.
Cara memainkannya pun harus melalui dari proses yang paling dasar yaitu;
dari cara menjepit, menggesek, dan penempatan jari yang tepat. Intinya posisi
tubuh juga saat berpengaruh saat memainkan. Otot harus dapat digerakkan dengan
mudah untuk menghindari permasalahan dalam gerakan-gerakan tubuh.
Selain Biola, kita kenal juga yang namanya
Biola Alto atau Viola. Biola Alto hamper memiliki sejarah,cara permainan yang
sama dengan Biola, hanya saja dia lebih ke nuansa kesedihan. Serta ukurannya
yang lebih besar dari Biola. Viola mempunyai kualitas nada yang lebih hangat
dan gelap dibanding biola. Jangkauan wilayah nada Viola adalah dari nada C
sampai D2. Terdapat bukti bahwa pemain biola yang bermain viola beberapa bulan,
mengalami peningkatan teknis ketika kembali pada biola. Sebagaimana halnya
biola, viola juga ditala dengan 4 pasak (pegs) penala dalam pegs box dekat
scroll, tempat melilitkan dawaidawai. Dengan mengencangkannya maka akan
menaikkan nada dan dengan mengendorkannya maka akan menurunkan nada. Dawai A
ditala pada 440 Hz sementara dawai-dawai lain ditala dalam interval fith murni.
Penalaan dilakukan dengan menggesekkan bow atau biasa juga disebut bowing,
pada dua dawai yang berurutan dalam interval kwint. Untuk mencocokannya
juga dapat dicocokan dengan piano.
Penggemar biola Alto ini pun begitu banyak,
komposer-komposer yang selain pemain juga sebagai penulis. Mereka mengkaji
Biola Alto ini dari yang tingkat sederhananya sampai ke tingkatanya yang cukup
rumit. Salah satu penulis yang saya maksud disini adalah Mozart dalam Sinfonia
Concertante for Violin, Viola and Orchestra dalam Es mayor, menulis part
viola dalam D mayor dan meminta agar dawai-dawai viola dinaikkan satu semi
tone. Tujuannya untuk untuk menghasilkan bunyi viola yang lebih cemerlang
sehingga tidak tenggelam oleh instrument lain dalam ensambel. Lionel Tertis
dalam transkripsi karya Elgar, Cello Concerto, menulis bagian lambatnya
dengan menurunkan talaan Lionel Tertis, in his transcription of the Elgar cello
dawai C menjadi Bes, agar viola dapat memainkan nada-nada dalam jarak satu
oktaf lebih rendah. Dalam keadaan tertentu, dawai C dapat ditala hingga nada D.
Pada orkestra-orkestra masa awal, bagian viola seringkali terbatas pada
permainan harmoni dengan sedikit materi melodis. Ketika viola diberi bagian
melodis dalam musik masa itu, seringkali disusun dalam unisono atau oktaf, pada
dawai yang mana saja. Sebagai perkecualian adalah pada Brandenburg Concerto No.
6 dari J.S. Bach, yang menempatkan dua viola dalam peran melodic. Dalam
naskahnya disebutkan bahwa karya tersebut adalah untuk 2 violas, 1 cello, 2
violas de gamba, dan continuo. Sebuah contoh karya sebelum abad ke-20
yang menampilkan part solo viola ialah Harold in Italy karya Hector
Berlioz. Walaupun demikian peranan viola juga terdapat pada beberapa karya
Barok dan Concerti Klasik, seperti dari Telemann yang menulis salah satu
concerto viola paling awal, Franz Anton Hoffmeister dan Carl Stamitz.
3.2. Saran
Karya Ilmiah pada umumnya memiliki sasaran utamanya.
Sasaran yang saya maksud disini yaitu kita sebagai pembaca. Karya Ilmiah akan
sia-sia begitu saja jika dia hanya ada tanpa kita membacanya. Isi pembahasannya
tentu memiliki atau telah menyampaikan gagasan-gagasan yang sangat berguna baik
untuk saya sebagai penulis maupun bagi siapa saja yang membacanya. Maka dengan
itu melalui karya Ilmiah ini saya perlu menyampaikan beberapa saran;
Jadikan
Musik sebagai bagian dari hidup kita, karena bagaimanapun musik sangat erat
kaitannya dengan kehidupan manusia.
Jadikan
karya Ilmiah ini sebagai penambah wawasan Musik kita terutama dalam wawasan
alat musik Biola.
Kepada
pembaca yang sudah membaca karya ilmiah ini untuk teruslah membaca dan mencari
wawasan yang lainnya baik yang berkaitan dengan isi dari karya ilmiah ini
maupun yang berkaitan dengan pengetahuan lainnya, karena Ilmu itu luas. Luasnya
tanpa batas.
DAFTAR PUSTAKA
Muttaqin Moh.,
dkk., 2008. Seni Musik Klasik jilid 1.Jakarta:
Direktorat Pembinaan Sekolah Menegah Kejurusan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar