Kamis, 03 April 2014

DRAMATURGI 19-21


BAB 19
USAHA TEATER


ORGANISASI YANG TETAP
Organisasi yang memproduksi seni pertunjukan teater merupakan suatu gejala dalam suatu spesies efisiensi di bidang sosial dan ekonomi. Proses ini akan menjadi mudah jika terdapat suatu organisasi yang tetap.

Suatu proses sosial
Biasanya dikumpulkan para peminat, kemudian disusunlah panitia pertunjukan dengan tugas menyiapkan segalah persiapan dengan menyiapkan segalah persiapan dengan tujuan menampilkan suatu lakon teater untuk suatu peringatan atau perayaan komunitas tertentu . Sehabis pertunjukan, panitia membubarkan dirinya.
      Dengan tidak adanya kontinuitas, maka sukar sekali tercapai suatu usaha peningkatan serta mutu produksi. Sifat kegiatan ini cenderung ke arah amatirisme. Ditinjau dan kedudukan sosial kegiatan-kegiatan itu sendiri, maka dapatlah di dijumpai jenis teater sebagai berikut:

1. Teater lembaga pendidikan
Teater kampus dan sebaginya, yang kegiatannya terbatas pada daerah edukatif, bisa dilaksanakan secara kurikuler maupun ekstrakurikuler.

2. Teater masyarakat
Teater masyarakat adalah suatu kegiatan yang didukung oleh masyarakat di daerahnya sehingga semua anggota masyarakat tersebut merasa bertanggung jawab terhadap kehidupan teater itu karena menjadi miliknya bersama. Usaha pertama dan teater ini adalah menampung hiburan dan rekreasi bagi masyarakatnya Para penari, aktor, pemain musik/gamelan, serta peminat-peminat lainnya dikumpulkan dan diorganisasi secara gotong-royong.
      Faktor sosialnya bisa terpenuhi dengan menampung orang-orang yang tidak atau belum mempunyai pekerjaan yang dicocokinya dalam daerah tersebut. Acara-acara pertunjukan bisa dilihat sedemikian menarik sesuai dengan kegemaran masyarakat itu.
      Apabila sifatnya komersial maka pemusatan kegiatannya sudah merupakan suatu konsentrasi modal tersendiri bagi para usahawan seni dan hiburan. Kedudukan teater sudah menjurus ke Arab profesional.

Petugas dan organisasi tetap
Baik amatir maupun profsiona1, organisasi usahanya hendaklah memperhatikan secara minma1 syarat-syarat yang harus dipenuhi,. terutama yang menyangkut para petugas pelaksananya. Untuk itu, di bawah ini dikemukakan para penanggung jawabnya sebagai berikut:

1.   Kepala eksekutif
Tugasnya pemimpin rapat, melaksanakan putusan-putusan keberguruan, mengadakan hubungan-hubungan dengan pihak-pihak luar, organisasi, instansi. dan sebagainya. Pada organisasi kecil. eksekutif ini dipegang oleh seorang direktur. Dia digaji karena kedudukannya merupakan  suatu  fultimer job. Selain itu, dia pun harus mengawasi bidang artistik teater dam memimpin langsung. Produksi lakon. Pada organisasi edukatif tugas ini dikerjakan oleh ketua pelajar. Kebanyakan dia bertugas tata usaha dan keuangan saja, dan tidak bertanggung jawab dalam segi-segi artistik. Petugas ini dibantu oleh asisten. Seorang asisten direktur atau seorang wakil ketua.

2.   Bendahara
Seperti halnya pada setiap organisasi, haruslah ada orang yang bertanggung jawab atas keuangan dan perbendaharaan. Tugas ini dipegang oleh seorang business manager atau professional assistamnt to the director.

3.   Sekretaris
Seorang corresponding secretary bertugas melaksanakan korespondensi dengan pihak-pihak yang ada hubungan dengan kegiatan teater, memelihara tata usaha dan arsip surat-menyurati. Dia bisa juga merangkap tugas publik relation yang akan menyampaikan segala kesibukan teater kepada dunia luar organisasi maupun kepada anggota sendiri. Seorang recording secretary (pencatat) mencatat segala kejadian, scheduling, kesibukan organisasi, acara pertunjukan, mengumpulkan surat-surat kabar dan menyortir kritik-kritik dan pandangan-pandangan pers terhadap dunia teater, baik yang berhubungan dengan organisasinya maupun lain-lain organisasi. Pendeknya, segala kejadian, baik mengenai soal artistik, teknis komersial, ataupun keadaan seorang aktor tertentu yang mungkin dapat dipergunakan sebagai bahan perjuangan organisasinya. Keadaan sebuah teater dan organisasi lain pun menjadi perhatiannya, bagaimana auditoriumnya, bagaimana bentuk lobinya ataupun arsitektur dalamnya. Dia mengumpulkan segala bahan reklame dan desain buku programnya, bentuk karcisnya, poster ataupun dokumentasi  teater kuno, dan sebagainya. Orang menyebut dia dengan nama historian.

4.   Fropery caretaker (pemelihara property)
Dia bertugas memelihara segala property, scenary dan segala alat milik organisasi, membuat daftar inventaris, mengontrol dan memelihara kondisi alat-alat tersebut. Dia pun harus bertanggung jawab atas selamatnya alat-alat lighting, kostum, dan sebagainya.

Panitia Eksekutif
Apabila organisasi mempunyai banyak anggota, maka sangat perlu adanya sebuah panitia eksekutif, dengan penasihat yang akan memberikan saran-saran dan pandangan-pandangan mengenai rencana kerja organisasi. Dalam organisasi profesional, kedudukan board or directors sangat penting artinya, baik dalam memberikan ide-ide artistik, komersial, maupun teknis. Dalam hal ini haruslah diingat bahwa susunan anggota yang perlu banyak tindakan efektif, tetapi beberapa orang yang sungguh-sungguh berminat dan tahu akan persoalannya akan  jauh lebih bermanfaat.

Keanggotaan
Ada satu prinsip penting yang harus diingat. yaitu bahwa keanggotaan sebuah organisasi teater itu tidak hanya terdiri atas aktor saja karena harus di sediakan tempat buat setiap peminat teater. Sebuah organisasi yang hanya terdiri atas mereka yang mempunyai minat kepada acting melulu tidak. Akan dapat mencapai sukses karena play production sangatlah bergantung pada orang-orang yang memiliki kecintaan terhadap scenary.dress desigping. Paintling stage managin. Busines managing. advertising, dan sebagainya adalah suatu tejalah yang umum bahwa dalam prakteknya orang-orang yang menjadi anggota perhimpunan sedang menyiapkan suatu pertujukan. Dalam hal ini adalah menjadi tugas seorang  pengurus untuk mengisi kekosongan acara terhadap para anggotanya. Entah dia mengadakan kursus-kursus, ceramah-ceramah. Atau lain-lain hal  sehingga di samping pengetahuan dan pengertian praktis. Bagi organisasi profesional kewajiban dewan menguruslah untuk memberi kesempatan kepada para anggotanya untuk menjadi lebih maju baik dilihat dari kedudukan maupun kemampuannya mempraktekkan bakat-bakatnya. Yang dirasa sangat sulit dan memerlukan suatu ketekunan pemecahan adalah menempatkan para anggotanya pada bakat dan bidangnya sehingga bisa mendapatkan The rigt man in the place. Sebab dalam sementara organisasi senantiasa terdapat pengertian bahwa para anggotanya masih khusus bekerja pada bidang artistiknya karena segi bisnis. Misalnya, dirasa bukannya tujuan organisasinya.
ORGANISASI STAF
 
Dalam prakteknya terdapat iga petugas pokok yang bertanggung jawab atas penyelenggaranya, yaitu:
1.   Detrctor yang harus menentukan casting dan melatih aktor.
2.   Designer yang harus menyiapkan stage.
3.   Manajer yang harus menarik perhatian colong penonton dan bertanggung jawab akan segi-segi komersialnya.
Dan orang yang mengkoordinasikan dan memberi supervisi atas organisasi dan petugas-petugasnya inilah yang disebut produser. Dalam pada itu. terdapat pula Variasi cara organisasi produksi ini karena ada produser yang merangkap juga director dan melatih aktornya sendiri. Produser lain bertindak lebih aktif terhadap manajemen dan menyerahkan directing kepada orang lain.

Stage manager
Stage noinager adalah pimpinan dan asisten director yang terpenting. Pada waktu latihan dalam mengontrol calling dan director atas inruksi director. Kemudian dia bertanggung jawab atas scenery. prop. lighting waktu pertunjukan, dan merupakan penghubungan antara director dan designer. Di saat pertunjukan dia tidak hanya menguasai akor, tetapi menguasai kru teknik. Dia bertanggung jawab atas kelancaran pertunjukan. Dalam teater profesional kebanyakan director ini memulai kariernya sebagai stage manager. Adakala director mempunyai spesial asisten yang bertanggung jawab secara pribadi terhadapnya . Dalam skema  umum ia hanya berhubungan  dalam soal-soal khusus dengannya, misalnya asisten untuk direct musik, tari. atau permainan itu sendiri, atau juga seorang art director yang akan memberi nasihat dalam soal tersebut yang biasanya tugas ini dipegang oleh seorang. Scenercdesigner. Directo:’ dapat juga mempunyai seorang coach khusus yang akan melatih aktor dalam speech, pantomim, dan sebagainya.

Designer
Designer adalah petugas yang menguasai segala umur visual dari produksi. Petugas ini harus benar-benar bekerja sama dengan di rektor. Dia harus mengerjakan penggunaan scenary. Dan apabila dia insaf bahwasanya scenary harus menyelubungi ruang soalnya terdiri atas dua pokok.
1.   Segi praktis dan mekanis
2.   Segi artistik.

1.      Bagaimana caranya membuat sets  yang dapat menyelubungi dengan sesuai. Dia harus tahu benar penilaian teater secara fisik, karena kemungkinan-kemungkinan penyusun scene dan lukisan perlengkapannya, dan sebagainya. Dan apabila dia menghadapi lebih dari suatu set, dia harus mengerti bagaimana scenary harus dikuasai. Pendeknya mekanis.
2.   Bagaimana usahanya membuat gambar, unsur visual play sehingga sesuai. Dia harus tahu sifat teater. Bagaimana mempergunakan warna dan garis untuk membuat kreasi terhadap suasana, dan bagaimana memberikan kesan. yang benar kepada penonton. Pendeknya, Dia harus berwibawa sebagai seorang artis yang cakap. Sering juga seorang technical director dalam staf diperlukan. Dalam hal ini sering dia berkedudukan di atas ataupun  di bawah designer. Tugas designer selesai pada saat di mulai pertunjukan (seperti hanya director). Dalam pada itu, tugasnya diserahkan kepada staga manager guna mengawasi apakah rencananya berjalan, scener-nya digunakan dengan dapat, properties pada tempatnya, lighting cocok, dan sebagaimana. Untuk pekerjaan ini stage manager tidak mampu manager mengerjakannya sendiri; dia membutuhkan beberapa asisten yang cakap. Di antara asisten yang penting ialah:

Stage carpenter
Apabila scenery hendak dibangun di atas pentas, maka petugas ini mulai bertindak. Dalam organisasi amatir semua orang, atau anggota. atau siswa sekolah secara gotong-royong melaksanakan usaha ini, tetapi dalam organisasi profesional scenery dikerjakan di dalam sebuah studio khusus yang kemudian dipindahkan ke pentas. Tugas carpenter ialah menerima secenery tersebut dari studio untuk dibangun di atas pentas. Perubahan carperter ini disebut trips, yang melaksanakan perubahan scenery pada setiap adegan dan babak yang ditentukan.

Electrician
Dalam menguasai lihgting  memenuhi ide director dan designer, kemudian bertanggung jawab akan keselamatan lighting pada waktu pertunjukan berlangsung. Dia pun mempunyai asisten apabila floorlight harus di-reset, diatur kembali, atau apabila splotlight harus diberi berwarna, dan special effects harus digunakan dalam pertunjukan.

Wardrobe manager
Ia menguasai kostum. Dulu petugas ini membuat sendiri kostum yang, dinginkan dari ditentukan oleh director/produser. Kini kostum dalam teater profesional dibuat dalam studio kostum di bawah pimpinan dan pengawasan designer. Adapun wardrobe manager baru menerima kostum yang telah jadi. menyimpan dan mengatur kegunaannya dalam setiap permainan.

Property man
Dia menguasai prof. ini pun mencinta suatu ketekunan kerja dan Koordinasi dalam pembagian tiap-tiap prof yang diperlukan pada tiap-tiap secene Sebaiknyalah dia memilih tempat khusus di belakang panggung dengan sebuah tempat/meja drop yang menyiapkan setiap drop arrangement sehingga prop yang akan dikeluarkan bisa teratur dan disimpan pada tempat khusus dan tidak berserakan ke mana-mana.

Busines manager
Petugas pokok ketiga yang penting petugas yang diserahi business. management, Dia harus mendapatkan penonton yang sebanyak-banyaknya melalu advertensi dan publitas, mengatur penjual  karcis, mengatur penonton pada saat mereka masuk teater, dan sebaginya. Adapun pelaksanaan masing-masing tugas ini dikerjakan oleh anggota-anggota staf khusus.

BUSINESS DEPARTEMENT
Pentingnya business management
pentingnya suatu kecakapan dan efesensi business management dalam suatu produksi sangatlah nyata apabila objek usaha dimaksudkan untuk mendapatkan sukses komersial, jadi mendatangkan uang yang menguntungkan. Sebaliknya ,dalam sebuah tidaklah  usaha amatir, kendatipun maksud dan tujuan usaha tidaklah komersial semata-mata tanpa, memperhitungkan keta1aIaksanaan dalam organisasi tidaklah mudah bisa mendapatkan sukses di mata penonton.
      Business department ini biasanya dipimpin oleh seorang manager. Asistennya adalah:
1.   Box-office manager atau treasurer, bertanggung jawab atas penjualan karcis dan keuangan.
2.   Adertising manager atau press representative, berusaha menarik perhatian publik sedapat mungkin melalui media pers dan advertensi untuk kepentingan produksi mereka.
3.   House manager, bertanggung jawab mengontrol penonton pada saat pertunjukan berlangsung.
Ketiga petugas tersebut di atas memer1ukan asisten seperti kasir, sekretaris, portir, dan sebaginya. Besar-kecilnya staf bergantung pada besar-kecilnya organisasi. Organisasi manajerial ini dalam teater profesional biasanya ditempatkan dalam sebuah kantor di depan sebuah teater. dan sedikit sekali terdapat hubungan antara mereka dengan aktor maupun kru, karena kedudukan mereka yang terutama adalah mengadakan kontak dengan khalayak.

Budget
Segi terpenting dan pertama-tama harus diingat oleh seorang business manager adalah menguasai budget. Seorang manager yang bertanggung jawab akan mengadakan perkiraan terhadap pendapatan dan menggambarkan ancar-ancar bahwa pemasukannya harus1ah lebih banyak daripada pengeluaran. Maka untuk mengontrolnya setiap saat haruslah dia membuat suatu neraca harian yang juga disusun berdasarkan laporan-laporan harian dan para asistennya. Skema ini disebut daily report.

Pada umumnya suatu theatrical budget dibagi menjadi:
I.    Sewaan teater adalah yang harus pertama-tama dipenuhinya.
2.   Royalty, yaitu honorarium untuk pengarang termasuk izin mengamankannya.
3.   Production, yaitu segala pengeluaran untuk scenery, kostum, property, lighting, make-up, lighting equipment khusus. dan sebagainya.
4.   Printing, yaitu ongkos cetak-mencetak karcis. acara, poster. iklan, dan sebaginya.

Selain itu masih ada ongkos-ongkos seperti gaji pegawai, biaya transpor aktor, dan sebaginya. Maka trang1ah kini bahwa seorang business manager yang baik adalah seorang yang bisa berpikir cepat dan tepat perihal income dan expenses (pemasukan dan peng1uaran). Tugas yang dilaksanakan haruslah memperoleh pemasukan yang sebanyak-banyaknya dan menekan pengeluaran serendah-rendahnya. Ketelitian kerja dan hubungan dengan departemen. Departemen lainnya secara kerja sama harus senantiasa diadakan agar rencana belanja untuk setiap produksi sudah bisa ditentukan terlebih dahulu.
      Sehabis pertunjukan business manager wajib membuat laporan keuangan (financial report) yang memuat pengeluaran terpenting, pendapatan, keuntungan, atau kerugiannya. Kerjanya juga penguasaan terhadap semua asistennya. dalam kerja mereka masing-masing.
      Tugasnya tidaklah selesai sebelum segala rekening terbayar, sebelum sega1a 1aoran yang sesuai dengan keadaannya tersusun  mulai sering dia masih terus bekerja beberapa saat, hari Minggu setelah suatu pertunjukan selesai.
      Dalam suatu organisasi yang bekerja secara sinambung, diperlukan pu1a buciness manager yang biasa bekerja secara sinambung dan teratur, sedangkan kecakapan koordinasi dan perencanaan menjadi salah satu syarat yang harus dimilikinya.

1. Box office management
      ini meliputi soal-soal:

a.   Harga karcis
Disesuaikan dengan keadaan standar hidup setempat. keadaan produksi, susunan penilaian, dan sebaginya. Dapat diadakan harga rata-rata atau pembagian menurut kelas. Yang penting adalah pada karcis harus dicantumkan “harga” dan “tempat”. Dapat pula diadakan sistem kupon yang harus ditukarkan dengan karcis resmi yang telah dikenai pajak. Hubungan dengan kantor pajak setempat harus erat.
b.   Pesan Tempat
Prinsip pesan tempat adalah memberi ketenangan atau kepastian kepada penonton bahwa dia pasti akan mendapat dan mengetahui tempatnya terlebih dahulu. Prinsip umum adalah bahwa huruf  pemuatan abjad ditempatkan pada bagian depan ruang penonton (front of the house)., sedankan angka kecil dimulai dari tengah ke samping kiri-kanan. Nomor ganjil sebelah kiri, genap sebelah kanan. Sangat penting adanya skema tempat duduk dalam gedung sehingga penonton bisa melihat dan memilih yang dikehendaki

c.   Tempat karcis
Hendaklah diusahakan penempatan karcis dan nomor-nomornya sistematis mungkin agar tidak kacau dalam waktu penjualan. Di Broadway ada suatu peraturan yang melarang suatu teater memiliki lebih dari delapan tempat duduk dari gang (aisle), jadi di kanan-kiri seluruhnya tidak boleh dari 16 tempat duduk.

d.   Dressing the house
Hendaklah diusahakan agar penonton bisa ditempatkan merata di dalam gedung apabila tidak terdapat full house sehingga tidak terdapat keadaan penonton yang duduknya tak seimbang. Hal ini sangat mempengaruhi pemandangan maupun para aktor. Dalam tugas ini management pemandangan seakan-akan harus mendistribusi penonton yang memasuki gedang.

e.   House tickets
yang dimaksud dengan house tikets adalah beberapa karcis atau tempat yang harus disisihkan dan dibawa oleh manager dengan maksud untuk persediaan agar. Sewaktu-waktu dapat digunakan dalam menghadapi orang penting atau koneksi yang datang sekonyon-konyon. Hal ini merupakan sebuah persediaan. Apabila pada menit-menit terakhir sebelum main memang tidak terpakai, maka dijuallah karcis-karcis tersebut.

f.    Undangan cuma-cuma
Dipergunakan untuk orang-orang tertentu yang mempunyai relasi yang menguntungkan organisasi. Bisa juga dicantumkan kepada undangan agar yang memberitahukan apabila mereka akan datang,  Baik per telepon ataupun datang sendiri sehingga tempat-tempat yang disediakan dan tak terpakai bisa dijual atau dipergunakan oleh orang lain.

g.   Karcis yang dicetak
Ingat kepada tipografi. Perbedaan warna dimaksudkan untuk membedakan waktu dan tanggal berlakunya, dan memudahkan bagi portir dalam melaksanakan tugasnya di dalam gedung. Segi pemalsuan pun harap diperhatikan.

h.   Box office report
Kerja akhir setiap hari dan seorang box office manager ialah membuat statement of condition (laporan keadaan) mengenai vox office. Yang perlu dicatat adalah nomor karcis yang terjual. jumlah harganya, jumlah uang yang masuk, dan jumlah karcis berikut seri nomor yang tidak terjual Kedudukannya adalah sebagai orang yang bertanggung jawab dalam pencatatan keuangan karena itu disebut juga treasure. Reports semacam ini sangat berguna untuk suatu penyelidikan dan perbandingan pihak-pihak yang bertanggung jawab .atas segi-segi bisnis, untuk dapat pula diketahui hari-hari menjelang akhir pekan yang dimulai pada hari Jumat, Sabtu nan Minggu. Selain itu, keadaan di Indonesia yang penduduknya pada umumnya terdiri atas pegawai/buruh. hari-hari pada bulan baru benar-benar merupakan tangga1-tanggal subur bagi suatu pertunjukan. Sedankan tanggal-tanggal sesudah tanggal 15 dan seterusnya merupakan buat.

2.   Advertising management
      Tugasnya meliputi soal-soal
a.   Paid advertisements
Ini meliputi segala bentuk iklan yang menggunakan pembayaran untuk pemasangannya. Pemasangan iklan di dalam surat-surat kabar dan majalah, menatakkan poster, dan sebagainya, selain memer1ukan ongkos cetak. juga harus mendapat izin dari instansi. setempat untuk pemasangannya, sedangkan untuk banner masih pula dikenakan pajak iklan setempat.
b.   Newspaper stories,
Untuk memperoleh suatu lakon yang akan datang orang bisa terlebih dulu mengirimkan sebuah pressrelcase kepada suatu kantor sebuah surat kabar atau majalah dalam bentuk cerita pendek, cerita bersambungan, ataupun komik. Selain ini, juga dapat dibuat kisah di balik layar, bagaimana bentuk stafnya, memilih castingnya, pertemuan dengan director atau designer, permulaan latihan dan laporan-laporan dalam latihan, perubahan casting, insiden yang terjadi, pendeknya segala apa yang bisa dipakai bahan buat reklame.

c.   Specil publicity
Selain cara-cara publisitas yang tradisional, dapat pula dicari jalan melalui seseorang yang penuh daya fantasi untuk membuat sesuatu stunts, propaganda yang Lain daripada yang lain. Misalnya sesuatu kampanye mulut dan desas-desus ataupun pembuatan bally-hoo dan sebagainya.

d.   Buku acara
Buku acara yang dibagikan kepada penonton merupakan suatu alat yang penting bagi sebuah pertunjukan, dan mempunyai kedudukan yang unik. Segi-segi tipografi dan acara yang menarik akan membantu banyak terhadap suksesnya pertunjukan karena hal tersebut seakan-akan menyiapkan para calon penonton akan adanya suatu malam gembira yang diidam-idamkan.
      Isi yang harus diingat meliputi nama lakon dan pengarangnya daftar pemain dan peranannya, tempat dan waktu pertunjukan, sifat unit, dan lain-lain tambahan seperti misalnya scene designing, lighting designing, kostum, perabot. Juga who’s who in the cast, sejarah pribadi para pesertanya, rencana-rencana selanjutnya dari organisasi teater yang berkepentingan. Pendeknya, buku acara bisa dibuat sebagai suatu pamflet yang menarik yang memberitakan tentang past, present, dan future organisasi.

3.   House management
Kedudukan  terakhir business cepartment adalah untuk menerima penonton, mendudukkan mereka di dalam ruang duduk. apakah mereka sudah merasa komfortabel, dan mengontrol segala sesuatunya di dalam ruang penonton.

Tiga kedudukan penting di dalam bagian ini adalah:
a.   House manager
Dia adalah supervisor atas pegawai yang bertugas menerima penonton masuk gedung. Yang terpenting baginya adalah siap sewaktu-waktu apabila terjadi kegaduhan. Penonton-penonton yang istimewa harus diterimanya sendiri dan diantarkan ke tempat duduknya. Apabila diperlukan, informasi mengenai segala sesuatu harus bisa dikemukakan olehnya. Pendeknya: dibutuhkan orang yang memiliki intelegensi!

b.   Doorman
Dia menyobek karcis pada pintu. Yang penting adalah mendapatkan orang-orang yang cukup sopan untuk mengerjakan tugas ini. Sedangkan ketelitian dan. kesabaran menjadi salah satu Sifat yang harus dimiliki.

c.   Head usher
Dia adalah kepala penunjuk jalan dan tempat duduk. Tempatnya ada pada pintu masuk di sebelah dalam gedung. Dialah yang memimpin lalu lintas penonton di dalam gedung, yang mengetahui dengan cepat jalan manakah yang terdekat bagi penonton untuk menuju ke tempat duduk mereka masing-masing. Di dalam dialah yang bertanggung jawab mencarikan orang-orang di antara penonton apabila pada suatu ketika diperlukan pemanggilan penting dari orang di luar gedung.

d.   Ushers
Merakan adalah pembantu-pembantu head usizer. Mereka ini merupakan orang yang paling banyak dan langsung menipunya kontak dengan penonton. Apabila cara kerjanya efektif. maka suasana profesional dapat dicapai. Usher amatir sebaliknya terlalu banyak bergerak kesana-kemari seperti halnya dengan aktor amatir dengan tiada gunanya. Adalah tugas yang berat baginya apabila terdapat nomor dobel tempat duduk bagi penonton. Dan menghindari ketegangan di antara sesama penonton merupakan tugasnya pula. Alat yang dipergunakan adalah lampu senter yang harus digunakan jangan sampai menyoroti penonton karena alat ini hanya dipergunakan pertama-tama untuk melihat tempat duduk dan memberi penerangan secukupnya kepada penonton yang sedang menuju ke tempat duduk. Dialah yang memberi teguran secara sopan terhadap penonton yang membuat kegaduhan, entah dengan omong-omong dengan sesama penonton, entah dia memang akan membuat gaduh Suasana tenang di dalam gedung itulah yang menjadi tujuan usher ini. Dalam soal-soal dan keadaan darurat, seperti aliran listrik yang mati tiba-tiba, kebakaran, kecelakaan yang mati. Yang mungkin timbul pada waktu pertunjukan berjalan, usher inilah yang harus bisa memberikan pertolongan dan dapat menghindari kepanikan, dapat pula bertindak seperti tugas pramugari udara dalam pesawat terbang.

NERACA KEUANGAN
Sejak semula pimpinan Teater K.N. menyadari bahwa pemanggungan sandiwara dewasa ini berjumlah merupakan jalan untuk mencari untung, tetapi pementasan “Bila Burung-burung Berkicau” tanggal 2 dan 29 Desember 1963 telah menghasi1kan apa yang hendak dicapai oleh Teater K.H:: memberi saluran yang konstruktif dan produktif kepada para remaja dalam mengembangkan bakat dan kepribadian mereka sebagai ahli waris masa depan yang gemilang.
        Produksi pertama Teater K.H. membutuhkan biaya Rp 109.725,0), sedangkan uang sumbangan yang masuk Rp. 84.330,00. Jadi. Teater K.H. menderita rugi sebanyak Rp 25.395,00, tetapi kemudian “ditutup” oleh redaksi B M.

Rincian pengeluarannya sebagai berikut:a
1.   Perombongan rangka dekor                        Rp. 120500,00
2.   Latihan (25 kali selama 2 bulan)                 Rp.  19.450,00
3.   Sewa Gedung Kesenian (3 hari 3 malam)   Rp.  7.500,00
4.   Makan /transpor selama pertunjukan          Rp.  20.950,00
5.   Gelas 20 buah                                             Rp.  1.000,00
6.   Pertemuan dan rapat                                   Rp.  3.000,00
7.   Alat-alat make-up                                       Rp.  15.000,00
8.   Transpor mengedarkan undangan               Rp.  2.000,00
9.   Kain belacu 63 meter                                  Rp.  16.000,00
10. Poster                                                          Rp.  550.00
11. Perlengkapan dekor                                    Rp.  8.515,00
12. Property                                                      Rp.  1.325,00
13. Biaya tak terduga                                        Rp.  1.555,00
                                                                        
                                                                         Rp.  109.620.00

Sesudah pementasan pertama, teater K.H kini memiliki “kekayaan” (barang-Barang inventaris) berupa:

1.   Rangka dekor                             Rp.    12.500,00
2.   Gelas 20 buah                            Rp.    1.000,00
3.   Alat-alat make-up                       Rp.    13.000,00
4.   Sisi kain belacu 23 meter            Rp.      6.000,00

Demikian laporan keuangan untuk di maklumi oleh para anggota, pendukung, dan peminat serta penyumbang Teater K.H.

Jakarta, 8 Januari 1964
Pimpinan Teater K.H
Pintu besi 31
Jakarta


BAB 20
HAK CIPTA

            Dalam bab ini akan dibicarakan masalah hak cipta khususnya yang ada sangkut-pautnya dengan kegiatan Teater.
Dengan apa yang disebut “formula dramaturgi” sudah dije1askan bahwa tugas dramaturgi ialah mempelajari keempat proses Ml,M2, M3, dan M4.
Akibat ide formula ini, maka kedudukan pengarang (M2) dan kegiatan memainkan lakon (M3) mempunyai hubungan kausalitas satu dengan lainnya.

A. PENGERTIAN HAK CIPTA
1.   Sebelum Kongres Kebudayaan Indonesia ke-2 yang diadakan di Bandung dalam bulan Oktober 1951, istilah yang lazim dipakai ialah Hak pengarang”. istilah hak pengarang ini sepintas lalu menyempitkan pengertian, seolah-olah yang dicakup olehnya hanyalah hak dan pengarang saja, yang ada sangkut-pautnya dengan karang-mengarang. Oleh karena yang dimaksudkan itu bukanlah khusus yang mengenai karang-mengarang saja, maka rapat seksi hak pengarang dari kongres tersebut memutuskan mengganti hak pengarang menjadi “hak cipta”.
2. Undang-undang Cipta 1912  (UUT 1912. St. 1912 No. 600; UU 23 Sept. 1912) yang kini masih berlaku di Indonesia, dalam pasal 1, menyatakan:
“Hak Cipta adalah hak tunggal dan pencipta, tau hak daripada yang mendapat hak tersebut atas hasil ciptaannya dalam lapangan kesusastraan, pengetahuan dan Kesenian, untuk mengumumkannya dan memperbanyaknya, dengan mengingat pembatasan-pembatasan dalam undang-undang.”
Jika pasal ini kita hubungkan dengan pasal 10, maka pasal ini menjelaskan apa yang dimaksud dengan ciptaan-ciptaan dalam lapangan kesusastraan, pengetahuan, atau Kesenian, yaitu antara lain:
2)   ciptaan sandiwara dan ciptaan musik-dramatis;
4)  ciptaan-ciptaan koreografis dan pantomimes, yang cara memainkannya  ditetapkan dengan tulisan atau yang semacam dengan itu;
10)  ciptaan-ciptaan Kesenian yang dipergunakan pada kerajinan, dan pada umumnya segala basil pekerjaan dalam lapangan kesusastraan, pengetahuan dan Kesenian, dengan cara atau dalam bentuk yang bagaimanapun dijelmakan.

3.   Kalau kita meninjau ke luar Negeri, pasal V dari Universitas Copynight Convention menyatakan:
“Copyright shall include the exclusive right of the author to make publish, and au thoni/.e the making and publicatio n of translation of work nrot ec ted under this Convent ion.”
“Hak cipta meliputi hak tunggal si pencipta untuk membuat, menerbitkan dan memberi kuasa untuk membuat dan menerbitkan terjemahan karya yang dilindungi perjanjian ini.
4.   Berdasarkan yang telah diuraikan di atas, dapatlah kiranya di pertanggung jawabkan pergantian hak pengarang menjadi hak cipta walaupun segara harus diakui pula bahwa pengertian hak pengarang itu an sich masih mempunyai hak hidup sebagai suatu hak yang dilekatkan pada pengarang.
Akhir-akhir ini ada juga keinginan mengubah istilah hak cipta dengan hak karya itu suatu hak yang menjamin dan melindungi hasil-hasil karya seseorang dalam lapangan kesusastraan. Pengetahuan dan Kesenian.
      Sebenarnya, istilah hak cipta sudah cukup menggambarkan segala sesuatu yang dimaksud di dalam Undang-Undang Cipta, yang mengatur segala sesuatu yang berhubungan dengan ciptaan-ciptaan; sedangkan perkataan “karya” lebih baik dipergunakan dalam hubungan lain.


B.   PENCIPTA
      1. Pertanyaan siapakah pencipta suatu hasil karya, oleh UUT 912 dijawab dalam pasal 4, sebagai berikut:
“Kecuali jika dibuktikan lain, maka yang dianggap sebagai pencipta ialah orang, yang dinyatakan demikian pada atau dalam ciptaan itu, atau jika pernyataan semacam itu tidak ada, orang, yang ketika ciptaannya itu diumumkan di nyatakan sebagai pencipta oleh yang mengumumkan.
      2.   Pencipta yang tidak disebut atari yang memakai nama samaran. Jika pada atau da1an suatu ciptaan yang tercetak diterbitkan, penciptanya tidak disebutkan atau penciptannya disebutkan tidak dengan nama sebenarnya (nama samaran), hak cipta dapat dilakukan oleh orang atau badan, yang pada atau dalam, ciptaan itu dinyatakan sebagai penerbit, oleh orang atau badan, yang pada ,atau dalam ciptaan itu disebut sebagai pencetak,                                          (UUT 1912, Pasal 9)
Apabila penciptaanya tidak disebut, penerbit dan pencetaknya juga tidak, maka atas hasil karya semacam itu tidak ada hak cipta. Setiap orang dapat menyalinnya, memperbanyaknya, mengumumkannya dan sebagainya.
      3.   Pencipta lebih dan seorang
Kerja sama antara dua orang atau lebih dalam melaksanakan situ pekerjaan adalah suatu hal yang lazim terjadi. Hak cipta atas hasil karya semacam itu berada dalam tangan para penciptanya bersama-sama. Melaksanakan, mempertahankan hak cipta atas ciptaan bersama dilakukan bersama oleh para penciptanya. Jadi, jika misalnya hak cipta akan diserahkan kepada orang ketiga, maka naskah penyerahan itu haruslah ditandatangani oleh  para pencipta semua.
      4.   Pencipta yang “tidak mencipta” (tidak bekerja)
Dalam ha1 mengerjakan dan menyelesaikan suatu ciptaan oleh beberapa orang, adakalanya bagian den pencipta masing-masing tidak sama sifatnya, tidak sama besarnya, tidak sama bandingannya. Sering harus dijalankan perbedaan antara ide ciptan serta pelaksanaan ide ciptaan itu. Mengenai hal ini pasal 6 UUT 1912 menyatakan:
Jika suatu Ciptaan diselesaikan menurut rancangan dan di bawah pimpinan serta pengawasan seseorang, maka dialah yang dianggap sebagai pencipta ciptaan tersebut.
Jadi, dalam hal ini seseorang yang membuat rancangan memimpin dan mengawasi, yang sebenarnya tidak mengerjakan ciptaannya sendiri, oleh pasal 6 tersebut dianggap sebagai pencipta.
      5.   Seseorang yang mengumpulkan beberapa karangan atau bagian-bagian dan karangan yang pendek-pendek yang misalnya dijadikan suatu bunga rampai, maka:
Hak cipta atas bagian-bagian pendek itu terang alalah pada pencipta aslinya; tetapi, dengan tidak mengurangi hak cipta dan pencipta bagian-bagian yang terkumpul itu. Hak cipta atas seluruh kumpulan bunga rampai itu adalah pada orang yang mengumpulkan dan menyusun sebagai bagian-bagian itu hingga menjadi suatu wujud bunga rampai.
      6.   Pasal 8 UUT 1912 berbunyi:
            Jika suatu badan umum, perkumpulan, yayasan atau perseroan, menyiarkan suatu ciptaan seolah-olah hasil usahanya sendiri, dengan tidak menyebutkan nama seseorang sebagai penciptanya, maka badan umum, perkumpulan, yayasan atau perseroan itulah yang dianggap jadi penciptanya; kecuali jika dibuktikan, bahwa .penyiaran dalam keadaan tersebut adalah melawan hak.”
Jelaslah bahwa badan-badan yang dimaksudkan itu bisa berbuat sesuatu dalam lapangan kesusastraan, pengetahuan, Kesenian. Yang bertindak sebenarnya pasti seseorang. Tetapi, dengan ketentuan-ketentuan sebagai disebutkan dalam pasal 8 di atas, badan-badan itu dapat dianggap sebagai pencipta.

C. PENYERAHAN/PEMINDAHAN HAK CIPTA
1.   Hak cipta itu oleh UUT 1912 dianggap sebagai barang bergerak. Hak itu dapat diserahkan seluruhnya atau sebagian kepada orang atau badan lain. penyerahan itu sesuai dengan sistem hukum yang berlaku di Indonesia, yang memperbolehkan barang-barang bergerak diserahkan kepada orang lain dengan, berbagai macam bentuk, seperti menjual, menghadiahkan, mewariskan, dan sebagainya yang lazim dilakukan dalam rangka penyerahan barang-barang bergerak.
2.   Bagaimana kedudukan pencinta terhadap hasil ciptaannya yang telah diserahkan itu kepada orang lain?
a. Jika hak cipta diserahkan kepada orang lain untuk sebagian, maka mengenai bagian yang diserahkan itu pencipta tidak ada lagi. haknya, sedangkan atas bagian yang tidak diserahkan, pencipta tetap mempunyai hak sepenuhnya.
b.    Jika hak cipta itu diserahkan kepada orang lain seluruhnya, maka pencipta tidak mempunyai hak lagi sama sekali mengenai hasil ciptaannya, yang seluruhnya telah diserahkan itu dengan catatan
Suatu perubahan tidak dapat diadakan atas suatu ciptaan, kecuali dengan izin dari yang mempunyai hak cipta. Apabila sipencipta telah menyerahkan hak ciptanya kepada orang lain, maka walaupun demikian, selama ia masih hidup, izin perubahan atas isi ciptaan masih juga diperlukan.
3.   Maka dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa sebenarnya pemindahan hak cipta itu sendiri terdiri atas dua bagian:
a.   Transferrable rights, yaitu hak yang dapat diserahkan atau dipindahkan seperti:
1) memperbanyak hasil ciptaan,
2) mengumumkan hasil ciptaan,
3) menerjemahkan hasil cintaan,
4) menyandiwarakan hasil ciptaan,
5) menerima uang jasa dan hasil ciptaan,
6) menuntut pelanggaran hak cipta, dan sebagainya.
      b.   Non-tranisferrable rights, yaitu hak yang tidak dapat diserahkan, yang tetap ada pada pencipta, seperti:
1) menurut pelanggaran hasil ciptaan
2) izin mengadakan perubahan pada hasil ciptaan tersebut

non-transferrable rights ini disebut juga moral rights,

D. HAL MENGUMPULKAN DAN MEMPERBANYAK HASIL KARYA
UUD 1912 pasal 12 menjelaskan:
Yang juga dimaksud dengan pengumpulan suatu ciptaan dalam lapangan kesusastraan, pengetahuan, dan Kesenian, ialah:

a.   pengumuman dari perbayakan dari seluruhnya atau sebagian ciptaan itu:
b.   penyiaran seluruhnya stan sebagian ciptaan itu atau perbanyakannya selama ciptaan itu belum diterbitkan. tercetak.
c.   pembacaan atau pertunjukan di muka umum mengenai seluruhnya atau sebagian ciptaan itu atau perbanyakannya.

Yang dimaksud dengan pembacaan atau pertunjukan di muka umum ialah juga yang dilakukan di dalam lingkungan tertutup. yang boleh dimasuki dengan bayaran walaupun pembayaran itu dilakukan dengan cara melunasi iuran atau dengan cara lain. hal itu berlaku juga mengenai pameran untuk umum.
2.   UUT 1912 Pasa1 13 mengemukakan:
      Yang dimaksud dengan memperbanyak suatu ciptaan kesusastraan, pengetahuan, dan Kesenian, ialah juga terjemahan penyusunan musik, atau saduran sandiwara, dan pada umumnya tiap-tiap saduran seluruhnya atau sebagian atau tiruan dalam bentuk yang berlainan, yang tidak dapat dianggap sebagai ciptaan baru atau asli.
3.   UUT 912 pasal 14 mengatakan.
      Yang dimaksud dengan memperbanyak suatu ciptaan yang dapat dikecap dengan pendengaran ialah pembuatan rol-rol, piringan hitam, rekaman, dan alat-alat lain dengan maksud untuk memperdengarkan seluruhnya atau sebagian dari suatu ciptaan dengan jalan mekanis.

E.   LAMANYA HAK CIPTA
1.   Di samping pembatasan-pembatasan yang diberikan oleh undang-undang terhadap hak cipta, mengenai waktunya ada juga batasnya. Hasil suatu karya dalam lapangan kesusastraan, pengetahuan, dan kesenian pada suatu ketika harus dapat dinikmati oleh semua orang, dan tidak hanya oleh yang menciptakannya dengan tidak ada batasnya. Kecuali satu- dua, hampir seluruh negara di dunia ini menetapkan suatu batas tertentu di mana hak Si pencipta itu berakhir, dan hasil karya Itu menjadi suatu milik umum suatu kuasa umum (public domain).
            Dalam menentukan lamanya hak cipta itu haruslah diperhatikan imbangkan antara kepentingan sipencipta beserta tanggungannya di satu pihak dan kepentingan masyarakat umum di lain pihak
2.   Lamanya hak cipta oleh UUT 1912 diatur dalam pasal 37 s/d pasal 42.
      Ketentuan umum terdapat da1am pasal 37:
            Hak cipta berakhir setelah lewat 50 tahun, dihitung mulai dari meninggalnya pencipta ciptaan itu.” ini praktis berarti bahwa keluarga si pencipta itu dapat menikmati hak ciptaan sampai pada anak dan. Cucunya dalam keadaan yang normal Lima puluh tahun sesudah meninggal dunia, bukanlah suatu waktu yang pendek.

3.   Setelah pasal 37 tersebut di atas memberikan ketentuan umum mengenai lamanya hak cipta itu, dalam pasal-pasal dan kalimat-kalimat berikutnya diberikan beberapa keadaan khusus.
      a.   Lamanya hak cipta bersama ciptaan yang sama yang dimiliki oleh dua orang atau lebih .sebagai pencipta bersama dihitung mulai dari hari meninggalnya orang yang paling lama hidup antara mereka.
      b.   Hak cipta atas suatu ciptaan yang nama penciptanya tidak disebutkan berakhir sesudah 50 tahun. dihitung mulai hari terakhir dari tahun kalender di mana dilakukan pengumuman yang pertama mengenai ciptaan itu.
      c.   Hak cipta atas ciptaan-ciptaan yang sebagai penciptanya dinyatakan suatu badan hukum, yayasan. dan sebagainya, berakhir sesudah 1ewat 50 tahun, dihitung mulai hari terakhir dan tahun kalender di mana dilakukan pengumuman yang pertama dari ciptaan itu.
      d.   Lamanya hak cipta dari ciptaan-ciptaan yang diumumkan sesudah penciptannya meninggal dunia (penerbitan posthum) adalah 50 tahun. dihitung mulai hari terakhir dari tahun kalender di mana dilakukan pengumuman pertama dari ciptaan itu.
      e.   Ciptaan-ciptaan yang diterbitkan berangsur-angsur, menghitung lamanya hak cipta dimulainya dan terbitnya angsuran yang terakhir.
      f.    Ciptaan yang terdiri atas dua bagian atau lebih, nomor atau lembaran, yang terbit secara tercetak pada waktu yang berlainan, demikian juga laporan-laporan dan berita-berita yang dikeluarkan oleh perseroan atau swasta, maka tiap bagian, nomor, lembaran, atau laporan dan berita itu dianggap sebagai ciptaan sendiri dalam menentukan lamanya hak cipta.



F.   PELANGGARAN HAK CIPTA
1.   Tentang pelanggaran hak cipta, dalam UUT 192 yang mengaturnya adalah Bab II, mulai pasal 26 s/d pasal 36.
Yang sangat menarik perhatian di antara pasal-pasal itu ialah pasal 33 yang lengkapnya berbunyi sebagai berikut:
“Kejahatan-kejahatan. tersebut dalam dua pasal yang mendahului ini, tidak akan dituntut kecuali atas pengaduan daripada pencipta itu, atau seseorang yang berwenang untuk melakukan tindakan untuk mempertahankan hak cipta itu, atau apabila ada dua orang atau lebih yang berwewenang, oleh alah seorang dan mereka.”
      Dengan jelas dinyatakan dalam pasal ini bahwa pelanggaran hak cipta ini tidak akan dituntut, kecuali atas pengaduan. Jadi, p1anggaran tersebut termasuk dalam golongan yang biasa disebut delik pengaduan (klachtdclict), yang berarti: biar tiap hari terjadi 1001 macam pelanggaran hak cipta, tetapi, apabila pihak yang berkepentingan sendiri (pencipta atau yang menerima haknya) tinggal diam saja, maka “tidak seorang pun ayam jantan akan berkokok terhadapnya”, maksudnya tidak ada orang yang menghiraukannya, termasuk alat-alat negara yang perkompeten.
2.   Jaminan terhadap hak cipta, pokoknya terletak di tangan para pencipta itu sendiri. Justru karena sistem ini maka dalam prakteknya di Indonesia para pencipta merasa seolah-olah hak ciptanya tidak ada, seolah-olah buah ciptaannya tidak dilindungi. Sebab, praktek pelanggaran hak cipta di 1ndoneia hingga kini memperlihatkan kenyataan bahwa para pencipta tidak suka mengadu untuk jaminan dan pe1indungan hak ciptanya. Entah inilah yang disebut “rasa setimuran”, entah rasa segan, entah apalagi, tetapi perkara-perkara yang telah menjadi proses pengadilan hingga kini masih bisa dihitung dengan jari.


BAB 21
TEATER DAERAH


TEATER BARAT DAN TEATER TIMUR
Teater maka kini cenderung kembali Kepada wujud teater dalam bentuknya yang mula-mula, yang dengan serempak menampilkan unsur-unsur tari, musik, dan lain-lain, yang masih sangat murni dan sederhana. Teater primitif ini menggunakan bahasa sunyi, di mana sesuatu ditangkap dengan tidak lengkap.
      Kecenderungan kembali kepada bentuknya yang sederhana ini bukanlah tanpa sebab. Salah satu a1asannya yang kuat ialah arah perkembangan teater Barat sendiri yang menyatakan hubungan yang erat dengar naskah, bahkan kemudian dibahas oleh naskah itu sendiri. Bagi teater Barat. kata” adalah segala-galanya. Baginya tidaklah mungkin ada ekspresi tanpa kata. Dan teater ini sini merupakan cabang dan kesusastraan, semacam species bunyi dari bahasa. ide supremasi percakapan dalam teater begitu kuat berakar baginya sehingga dalam tingkatan ini teater semata mata merupakan suatu refleksi material dan naskah. Segala sesuatu di dalam teater yang berada di luar naskah bagi mereka tampak sebagai mise en scene yang dianggap lebih rendah kedudukannya daripada naskah itu sendiri.
      Teater 1iterer ini merupakan arena untuk memecahkan konflik-konflik sosial dan psikologis, yang terdapat di dalam hidup kehidupan manusia. Maka teater Barat menjadi “verbal”. Di atas pentas, bahasa percakapan, ekspresi kata, mendominasi ekspresi objektif atas gesture dan segala sesuatu yang mempengaruhi rasa dengan sarana-sarana indera manusia dan ruang. Hal ini berarti bahwa teater Barat mengingkari kebutuhan fisik di atas pentas, dan dengan demikian berarti memberontak terhadap kemungkinan-kemungkinan bahwa teater bukanlah termasuk keluarga psikologis, melainkan plastis dan fisikal.
      Definisi John E, Dietrich di bawah ini adalah gambaran dari dominasi bahasa percakapan di Dalam teater Barat:
“Drama adalah cerita konflik manusia dalam bentuk dialog yang diproyeksikan pada pentas dengan menggunakan percakapan dan action di hadapan penonton.”
Sejak Zaman Renaissance kita dibiasakan dengan teater yang benar-benar naratif dan deskriptif, dan penonton tidak lagi disuguhi sesuatu yang berbeda dan hal-hal tersebut di atas. Akibat tradisi ini kita menjadi lupa bahwa bahasa teater yang sebenarnya adalah bahasa miscen scene, yaitu segala sesuatu yang terjadi di atas pentas yang bukan percakapan yang menemukan ekspresinya di dalam ruang.
      Berlainan dengan kecenderungan psikologis teater Barat, maka teater Timur mempunyai kecenderungan metafisik. Gesture, indikasi, posture, cara yang membentuk bahasa pentas dalam suatu pertunjukan memperkembangkan efek-efek fisik dan puitis d1am segala kepekaan rasa dan kesadaran, membuat kita menjadi sadar akan adanya suatu sikap yang mendalam yang bisa disebut metaphysic in action. Justru pada teater Timur arti kata tetap terpelihara dan mempunyai nilai yang luas karena kata bukanlah segala-galanya.
      Demikianlah maka pada teater Timur terdapat bahasa yang tersusun oleh gestu1e, sikap, dan indikasi-indikasi yang ditinjau dari laku pemikiran, memiliki nilai yang lebih luas dan tinggi daripada hal-hal yang lain. Dan karena itu pula teater Timur memiliki kekuatan magis yang sekaligus mempengaruhi rasa dan jiwa.

TEATER DAERAH JAWA
Teater daerah Jawa mengalami biak proses akulturasi dan teater Barat.
M.J. Herskowits dalam A. Memorandum for the Study of Acultura “ion berpendapat:
“Aculturation comprehends those phenomena. which result when groups of individuals having diffe:ent cultures come into continuous first-hand contact, with subscquent changes in the original cultural patterns of either or both groups.”
istilah ilmu pengetahuan ‘‘akulturasi’’ mempunyai tingkatan-tingkatan prosesnya, yaitu cara asimilasi dan cara adaptasi. Asimilasi ialah cara apabila orang hendak membawa daerah-daerah Asia menjadi sama rupanya dengan daerah-daerah Eropa dalam tata kehidupan masyarakat, politik, dan kebudayaannya. ataupun menjadi cetakannya. Adaptasi maksudnya adalah cara orang hendak melaraskan kebudayaan Barat sehingga unsur-unsur kebudayaan suatu negara Asia yang dianggap baik tetap terpelihara, sambil juga membawa unsur-unsur yang baik itu selaras dengan keadaan-keadaan baru sehingga mendapat kehidupan baru pula.
      Dari pendapat tersebut dapatlah dengan singkat dikatakan bahwa asimilasi memandang dari sudut kebudayaan suatu Negara Asia, mengutamakan kebudayaan sendiri.

1.   Teater Ketoprak
Pada tahun-tahun 1925-1927 di daerah kota Yogyakarta bagian Timur laut, Demangan, Balapan, Ngaglik, terdapat satu jenis teater. Alat-alat musik pengiringnya terdiri atas lesung, gendang. terbang, seruling. Aktingnya dengan menari. Joget disertai nyanyian tembang. serta dialog-dialog bahasa pergaulan Jawa sehari-hari. Lakon-lakonnya diambil dan cerita-cerita, dongeng-dongeng. Pantasnya di tempat terbuka atau di bawah tentang Teater rakyat ini lambat-laun dikenal dengan nama ‘‘ketoprak’’
      Dalam peninjauan lebih lanjut terhadap faktor-faktor yang memerlukan suatu pergelaran seni teater ide Barat, yaitu faktor bahan cerita, aktor, pentas dan penonton, akan kelihatan nanti bahwa proses akulturasi itu dialami oleh teater ketoprak.

a.   Faktor cerita
Mula-mula diambil cerita-cerita klasik, legenda, khayal, seperti Panji, Joko Tarub, Piti Tumpo, kemudian meningkat kepada cerita-cerita Menak, Mesir, Kejawan, Cina (Sam Pek Ing Tai, Si Jin Kui, Ma Cun, dan sebagainya), akhirnya diketengahkan cerita sejarah, kepahlawanan, roman dan sebagainya.

b.   Faktor akting
Dengan menari, semula maju-mundur, kemudian berubah menjadi joget dalang berirama 3-2-1, lenggang ukel bagi peran wanita. Akhirnya tarian ditiadakan.
      Dialognya bebas, improvisastoris, sederhana dan mudah diterima oleh penonton. Kemudian dikenal paramasastra, antara wacana, dengan unsur-unsur filsafat Jawa.
      Nyanyian tembang mula-mula Pucung, Mijil tua. Setelah digunakan alat petik dan gesek Gandamastuti dan Megelangan. Dengan digunakan gamelan tembangnya berubah dan bertambah dengan arasmadya, Wicaksara, Gedjong-goling, Mengandung, Psaigbali, dan sebagainya yang pada umumnya bernada pelogbem, 1epas dari irama karawitan yang kebanyakan tidak cocok atau tidak selaras dengan guru wilayahnya irama karawitan, tetapi dapat pula diselenggarakan menurut gaya khas irama ketoprak. Akhir mendapat pembinaan karawitan.
      Peralatan musik pengiring mula-mula menggunakan lesung, gendang. terbang, suling, kemudian digunakan gitar, biola, genderang dan akhirnya saron. gamelan.

c.   Faktor penonton
Ruang perlakonan adalah tempat terbuka, kemudian perpinggiran, yang bagian dalam rumah konstruksi Jawa, pendo1o, dan akhirnya di atas panggung proscenium.
d.   Faktor penonton
Mula-mula rakyat jelata kemudian mendapat sponsor dari kalangan ningrat sehingga golongan ini sudah mulai tertarik akan teater ketoprak. Akhirnya masyarakat luas turut menikmatinya.

2.   Ciri-ciri Ketoprak
      Dari data-data tersebut di atas kita bisa mengambil kesimpulan  adanya ciri-ciri khas ketoprak sebagai berikut:
a.   Ketoprak menggunakan bahasa Jawa sebagai bahasa peringatan dalam dialog.
b.   Cerita tidak terikat pada salah satu pakem,tetapi ada tiga kategori pembagian jenis yaitu
1)   Cerita-cerita tradisional seperti Timun Emas, Ande-an Lumut, But Ijo, atau Roro Mendut Pronocitro;
2)   Cerita-cerita babad, baik ceritera lama sebelum maupun setelah Belanda masuk ke Indonesia;
3)   Cerita-cerita biasa kini seperti Gagak Sa1a, Ngulandara, dan sebagainya.
c.   Musik pengiringnya adalah gamelan Jawa, baik pelog maupun Selendro.
d.   Seluruh cerita di bagi-bagi dalam babak besar dan kecil, perkembangannya sangat urut dari A sampai Z. Tidak mengenal f1ashback seperti dalam film.
e.   Dalam cerita ketoprak selalu ada peranan dagelan yang mengikuti tokoh-tokoh protagonis maupun antagonis.
Sudah tentu kelima ciri ketoprak tersebut tidak dipertahankan untuk selamanya karena teater ini hidup. Ketoprak berubah dan berkembang sesuai dengan kondisi zamannya.

3.   Kemajuan-Kemajuan yang sedang dalam proses
Kemajuan-kemajuan setiap bentuk seni senantiasa menimbulkan bahan pertentangan baru dalam diri seni itu sendiri. Pada teater daerah kebanyakan berkisar pada isi yang maju dan bentuknya yang lama. Isi yang baru menuntut adanya bentuk yang baru pula. Ini berarti bahwa seni harus dapat mengembangkan, melampaui konvensi-konvensi lama, dan menciptakan konvensi-konvensi haru yang tepat untuk melukiskan ekspresi jiwa pencipta pada zamannya. Tidak memecahkan pertentangan-pertentangan itu berarti menghambat kemajuan seni itu sendiri.
      Teater ketoprak tidak luput pula mengalami proses pembaruan. Hal ini bisa dilihat misalnya dalam hal bentuk, terutama mengenai:

a.   Nyanyian tembang
Sebagaimana biasanya, dialog diwujudkan dengan tembang dan bahasa berbicara. Tembang dibuat fungsional. Bukannya karena ketoprak maka seorang peranan itu menyanyi, tetapi ia menyanyi karena Ia harus menyanyi. misalnya karena susah seseorang menyanyi, atau karena seorang jejaka membaca surat cinta dan kekasihnya Ia menyanyi, begitu seterusnya.
      Kecuali itu, tembang yang dipergunakan tidak hanya terbatas nada tembang-tembang ketoprak yang sudah merupakan tradisi, tetapi digunakan segala macam tembang, termasuk tembang gede. Misalnya untuk suasana cinta digunakan Padang Bulan, suasana rintihan dengan Pangkur Macapat ,dan diiringi dengan gending. Kemudian lain-lain suasana menggunakan ladrang Gonjang-ganjing, dan seterusnya. Dengan demikian tembang menjadi berkurang, tetapi diluaskan, ditingkatkan dan menjadi fungsional.
      Yang perlu mendapat pertimbangan di sini adalah imbangkan banyaknya penggunaan dialog dengan bernyanyi dan dialog dengan bahasa berbicara. Sangat sedikitnya penggunaan tembang, bisa mengakibatkan kesan ketoprak berkurang. Dalam pasa itu, suatu ide yang penting lebih mudah diingat oleh rakyat biasa di daerah jika ini diekspresikan dengan tembang.
b.   Bahasa
Bahasa sehari-hari, yang biasa. yang sederhana, digunakan sebagai sarana untuk berkomunikasi dengan rakyat biasa, penontonnya. Riset terhadap calon penonton sangat perlu sehingga teater bisa mengenai pengarahan sasarannya. Kecuali itu, ketoprak juga mempunyai lagu-lagu bahasa sendiri. Lagu bahasanya melodius, merupakan rangkaian permainan lagu bahasa yang bernada tinggi dan rendah. ini anak didengar. dan juga bisa membantu untuk memberikan kesan-kesan tertentu atas para penontonnya.
c.   Musik pengiring
Segala perbendaharaan karawitan yang ada bisa dipergunakan. Jadi gending hanya berfungsi mengantarkan perubahan adegan yang satu ke adegan lainnya misalnya awal adegan pisowanan diiringi dengan gamelan. Jika tiba-tiba datang seorang utusan dan negara entah berantah, maka ia diiringi dengan gamelan, begitu seterusnya.
      Akan tetapi, gending dan gamelan memperoleh fungsinya yang lebih luas. Ia tidak hanya sekadar mengiringi perubahan suatu adegan saja, tetapi juga mengiringi adegan itu sendiri. Dengan demikian menjadi aktif bersama-sama dengan bagian yang lain, turut berusaha membina suasana tertentu. Misalnya untuk mencipta suasana sedih, gamelan mengikuti sebagai latar belakang dengan gending Maskumambang.
      Dengan fungsinya yang baru ini, seluruh karawitan tidak mesti seluruhnya dibunyikan serentak; ada kalanya hanya bunyi gender, rebah, atau seruling saja. Karena fungsinya yang luas, sering terjadi hubungan langsung antara karawitan dengan dramatiknya, tanpa melalui sarana keprak. Misalnya pada suatu perubahan suasa diamati tertentu, dan sedih ke gembira, maka gamelan pengiring tidak Perlu menandai momen perubahan suasana itu dengan bunyi kaprak.
d.   Tarian
Pada ketoprak gaya lama terdapat tarian yang bentuknya sederhana, dengan tujuan sekadar mengantarkan orang yang sedang berjalan. Untuk kesatria diambil Dari gerakan Kambeng, untuk tokoh-tokoh kasar dengan gerakan bapang.
      Tarian entrance dan exit aktor itu dapat dimengerti mengingat bahwa dulu pentasnya terbuka dan luas sehingga seorang aktor akan merasa janggal untuk berjalan begitu saja dari “kotak” (greeroom, back-stage) ke daerah permainan dan sebaliknya. Dengan begini, tarian dalam ketoprak bisa dikatakan tidak fungsional. ini adalah salah satu sebab bahwa setelah pementasan ketoprak dilaksanakan dalam pentas proscenium, maka lama-kelamaan tarian ini ditiadakan. Akan tetapi, fakta menunjukkan bahwa tarian ini bisa mempunyai peranan yang sangat penting dan fungsional. Misalnya untuk mengungkapkan kesibukan adegan massal, sering adegan semacam ini dilaksanakan dengan memasukkan bentuk tarian kreasi baru, bisa pula dengan memasukkan unsur-unsur nyanyi
      Dengan segala kekurangan-kekurangannya, ternyata adegan massa1 yang sering merupakan problem yang tidak mudah bagi sutradara bisa digambarkan dan diselesaikan dalam waktu yang tidak terlalu lama. Dengan ciptaan tarian yang baik, maka ekspresi begini akan bisa menjadi adegan yang mengesankan bagi penonton.
e.   Dagelan
Kedudukan pelawak dalam ketoprak. sangat bebas. Dengan cara pelampiasan lawatkan di tengah-tengah lakon, adegan, seorang pelawak bisa saja menembakkan kritik ke arah berbagai sasaran yang terdapat di dalam masyarakat.
      Yang perlu dijaga ialah agar kebebasan ini jangan digunakan sehingga merusak se1uruh cerita dan babak sebagai kesatuan.
f.    Monolog
Seorang peranan yang hendak menyatakan suatu perasaan yang kompleks tidak perlu melakukan berbagai gesture, business dan mimik tertentu, tetapi cukup dengan mewujudkannya pada suatu rangkaian monolog. Monolog dalam ketoprak ini dikenal dengan apa yang disebut ngudarasa.
g.   Akrobatik
Teater ketoprak telah mempunya konvensi di bidang akrobatik. Adegan-adegan perkelahian, pertempuran, dilakukan dengan bersenjatakan “toyak” sepotong galah. Bentuk dan cara perkelahian mempunyai patokan tertentu. Misalnya, satu rangkaian gerak perkelahian tertentu disebut gerak A, yang lainnya gerak B, gerak C. D, E. dan seterusnya. Akor ketoprak umumnya mengetahui hal ini. Dengan demikian. untuk melakukan suatu perkelahian tertentu aktor yang telah mahir tinggal bersepakat, saja terlebih dulu dengan rekan-rekannya tentang macam gerak yang akan dilakukan nantinya. Bentuk geraknya bisa berupa rangkaian kombinasi gerak C - D - B atau yang lain lagi, misalnya. tari-tarian yang bersifat sekular pun mempunyai sangkut-paut dengan kehidupan keagamaan Berdasarkan religi mereka, dewa-dewa yang berdiam di ring luwur akan turun ke dunia apabila mereka ini diundang datang pada suatu upacara, untuk menduduki singgasana mereka di pura. Sewaktu-waktu dewa-dewa mi turun, mereka disertai oleh buta kala yang kepadanya juga dibuatkan sesajian di luar pura. Di dalam pura itu kerap kali disimpan topeng-topeng suci. dan mereka menganggap bahwa benda-benda suci tersabit dapat pula kerauhan oleh dewa-dewa tersebut, Jika ada seseorang, dalam keadaan tidak sadar, intrance, mereka percaya bahwa ia kemasukan dewa, bidadari atau buta kala.
      Jelaslah bahwa trance merupakan bagian yang penting dalam teater Bali karena dengan jalan itu mereka menghubungkan diri dengan dewa-dewa sehingga memperoleh ketenteraman dari perlindungan. Drama tidaklah. berkembang sebagai suatu konflik antar feeling, tetapi sebagai konflik dan suasana-suasana spiritual. Tamannya samar-samar. abstrak. dan lumrah. Penar Sanghyang yang in trance dianggap sebagai personifikasi dewa atau bidadari sang mampu mengusir wabah penyakit. Tema tidaklah datang dengan sendirinya. tetapi datang dari dewa-dewa. suatu kehadiran dari suatu unsur interkoneksi antara nature dan alam spiritual yang terpelihara. Siapa pun, setelah menyaksikan pertempuran yang sengit antara Barong dan Rangda, akan berpendapat bahwa keseluruhan teater bukanlah di atas pentas semata-mata tetapi juga di luar situasi dan kata-kata itu sendiri.
      Tata pakaian aktor yang membungkus tubuhnya membuat ia tidak lagi kelihatan sebagai bentuknya sendiri. Hiasan kepala yang fantastis, jubah-jubah. yang geometris, yang memindahkan pusat dari figur manusia, membuat sang aktor seperti hieroglif yang berjiwa. Di sinilah teater pada dasarnya adalah representasi dari ron-human spirit. Aktor nampak sebagai boneka karena mereka berbuat menyesuaikan diri dengan suatu spirit yang bukan milik mereka sendiri.
      Teater Bali terdiri atas tari, nyanyi, musik, pantomin, dan sedikit unsur-unsur teater Barat. Dalam keasliannya disajikan
      Konvensi-konvensi baru gerak akrobatik memerlukan garapan lebih lanjut, terutama dengan banyaknya contoh yang terdapat pada   film-film silat dan sejenisnya.
h.   Akting
Ketoprak lama, hampir-hampir tidak memerlukan akting. Pa1ing-paling bergaya patetis. Tetapi, dengan munculnya tema-tema cerita biasa kini, akting yang wajar tampak berkembang sesuai dengan standar akting teater Barat.

TEATER DAERAH BALI
Kehidupan Kesenian di daerah Bali sudah menjadi milik rakyatnya. Ekspresi kehidupan seni merata di antara rakyat, sudah mendapat tempat, menjadi darah dagingnya.
      Agama Hindu Dharma merupakan sinkretisme dan agama Hindu Jaya dengan unsur-unsur kepercayaan Bali Kuno. Sedangkan Agama Hindu .Jawa itu sendiri   adalah sinkretisme diri agama Hindu dengan agama Budha
      Rakyat Bali beranggapan bahwa zaman dulu dunia ini penuh de4ngan bahaya yang bisa mengancam ketenteraman hidup masyarakat. Anggapan ini merupakan kepercayaan yang mendarah daging dalam kehidupan Rakyat di Bali. Untuk mengelakkan bahaya tersebut diperlukan doa-doa, mantra-mantra keagamaan, sesaji, serta upacara-upacara lainnya. Semua itu diadakan secara periodik pada momen-momen tertentu.

1.   Unsur religi dan tari
Di antara upacara tersebut ada yang harus disertai dengan tarian-tarian. Bahkan ada jenis tarian yang khusus berkedudukan sebagai penolak bahaya yang mengancam atau penolak wabah penyakit, seperti misalnya tari Sanghyang.
      Teater dalam bentuknya yang pertama secara serempak memuat unsur tari, musik, dan lain-lainnya yang masih murni dan sederhana, demikian pula wujud teater daerah Bali.
      Hampir semua tarian Bali bersifat religius karena sebenarnya kombinasi dari segala unsur dalam suatu perspektif khayalan dan ketakutan. Hal itu menimbulkan kesadaran kita akan sense dari bahasa fisik yang berdasarkan isyarat-isyarat, dan bukan kata-kata semata. Getaran tubuh, teriakan-teriakan, depakan-depakan kaki ke tanah secara ritmis merupakan pembebasan dari ketidaksadaran yang otomatis. Mereka memiliki perbendaharaan gesture dan mimik yang mengembalikan bagian terpenting dari konvensi teatrikal. Putaran-putaran matanya yang mekanistis, kerutan bibir, ketegangan otot-otot serta gerakan kepala, semuanya menghasilkan efek-efek yang luar biasa; menciptakan. gesture dan mimik.
      Kualitas musikal dan gerakan-gerakan fisik dan percampurannya dengan nada-nada yang harmonis benar-benar mengagumkan. Keserasian antara sudut-sudut musikal pada gerakan sikut, jatuhnya kaki, tekukan lutut, gerakan jari-jari, mencerminkan seakan-akan anggota-anggota tubuh manusia mampu beresonansi dengan nada-nada orkestrasi. Bukan hanya itu saja, bahkan irama musiknya yang dinamis, tinggi melengking dari gegap gempita, suara-suara parau di kerongkongan dengan teriakan histeris serta lengkingan-lengkingan pilu, melengkapi wujud bahasa  teater mereka yang luar biasa.

2.   Teater murni
\Pengamalan atas teater religius Bali membangkitkan suatu kesadaran tentang adanya bahasa teatrikal yang tidak berupa bahasa percakapan yang verbal. Bahasa itu merupakan seluruh kumpulan gesture ritual yang di dalamnya kita tidak memiliki kuncinya. Segala itu dilaksanakan dengan ekstrem berdasarkan indikasi musikal yang tepat, bahkan lebih daripada sekadar musik, ia cenderung ke arah pemikiran suatu sistem yang tak dapat dipecahkan.
      Pada teater ini segala kreasi datang dan atas pentas dan menemukan ekspresi serta asalnya dalam impuls psikis yang tersembunyi, yang menyapa sebelum kata-kata. Dengan gesture-gesture ini ia mengangkat penonton ke alam metafisika. Apa yang disusunnya di dalam gerak adalah yang dimanifestasikan, merupakan perwujudan fisikal di mana spirit tidak pernah melepaskan dirinya.
      Dengan tontonan seperti ini ada sesuatu yang sama sekali tidak berhubungan dengan rekreasi, hiburan artifikal atau pelepas waktu seperti kebanyakan terjadi pada teater Barat. Tontonan Bali menemukan ,bentuknya pada masalah yang paling hakiki. yaitu hidup dan realitas. Di dalamnya terdapat kualitas ceremonial dan upacara agama dalam arti bahwa mereka mengusir dan ingatan penonton semua ide yang dibuat-buat dan imitasi murah dan kenyataan.
      Tentang ide teater murni. Bali memperlihatkan kepada, kita realisasi yang menakjubkan dengan menindas segala kemungkinan terhadap perlindungan kata-kata. Ia merupakan penerangan dari tema-tema yang paling abstrak. Mereka menemukan bahasa gesture yang dikembangkan di dalam ruang, suatu bahasa yang tanpa arti, kecuali jika berada dalam lingkungan pentas itu sendiri.
      Ruang permainan digunakan dalam semua dimensinya dalam semua Arab yang dimungkinkan. Di samping itu, ekspresi teater mempunyai sense mendalam dalam keindahan plastis karena gerakan-gerakan ini selalu mempunyai tujuan akhir yang berupa penerangan terhadap masalah spiritual. Pada teater Bali terasa adanya suatu suasana yang jauh lebih tua daripada kata-kata. Mereka bisa memilih milik mereka yang berupa musik, gesture, gerak, dan kata-kata.

3.   Teater masa kini
Bertitik tolak dari penemuannya pada teater Bali, Antonin Artaut dalam sebuah artike1 yang dikumpulkan dalam bukunya yang berjudul The Theatre and its Double memproklamasikan ketel batasan teater Barat dari dominasi kesusastraan dan sastraan. Selanjutnya, Artaut tidak hanya hendak memperbaiki, tetapi mengadakan revolusi dalam dramatik art dari pangkal sampai ujung. Sejak lama teater Bali menarik perhatian teatrawan-treatrawan terkemuka di dunia. Di antara tokoh-tokoh itu tercatat kehadirannya di Bali pada waktu akhir ini. Prof. Richard Schecincr, seorang tokoh teater mutakhir dari Amerika Serikat yang mengunjungi Bali dalam rangka penulisan bukunya, Environt mental Theatre, dan Robert Marcell, seorang tokoh teater masa kini dari Swiss.
      Rupa-rupanya bukan saja Antonin Artaut yang mengumumkan perang terhadap teater literal, tetapi juga Eugene Ionesco, seorang keturunan Romania yang menetap di Paris, tokoh avant garder teater serealistis yang dengan teater primitifnya hendak mengembalikan teater kepada kemurniannya serta membebaskannya dari tirani kesusastraan beserta amanat-amanatnya. Ia mengungkapkan dalam karya-karyanya suatu “suasana hati”, bukan ideologi, suatu impuls dan bukan suatu program.
      Jelaslah bahwa suatu karya yang mengutamakan “suasana hati” dan impuls akan terbentur kepada keterbatasan kata. lones CO menentang teater literer, teater yang mendasarkan diri pada dialog-dialog verbal, yang terkadang dibubuhi amanat-amanat tertentu. Teaternya adalah antiliterer ‘, nontimatis. Ia menyerang sloganisme yang disebutnya bahasa otomatis, bahasa yang meniadakan suasana hati, kepribadian, dan kemerdekaan manusia. Filosof Prancis, Bergson. mengatakan bahwa suasana hati dan keadaan batin tidak dapat dinyatakan dengan bantuan kata-kata karena kata-kata bisa membuat segala-galanya yang pada hakikatnya bergerak, mengalir. berubah-ubah menjadi statis. Dan senada dengan pendapat tersebut Artaud mengatakan bahwa semua feacling yang sesungguhnya tidak dapat diterjemahkan dengan kata-kata, menerjemahkan sama saja dengan membohonginya.
      Demikianlah masterpiece masa lalu baik bagi mereka, dan bukan lagi kita. Kita mempunyai kebenaran sendiri untuk mengatakan tentang apa yang sudah dan yang belum dikatakan menurut cara kita sendiri, dengan suatu cara yang langsung dan tepat bagi suasana masa kini dan yang bisa dimengerti oleh setiap manusia.