SENI TEATER DAN PERANNYA DALAM MASYARAKAT
OLEH
:
WILFEBRI OSWALDUS WIKO
N I M : 1282041052
PENDIDIKAN SENDRATASIK
FAKULTAS SENI DAN DESAIN
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
2012/2013
KATA
PENGANTAR
Puji
dan syukur penulis haturkan
kepada Tuhan
Yang Maha Esa, karena atas berkat dan rahmat-Nya saya dapat menyelesaikan
makalah ini dengan baik dan tepat pada waktunya. Tidak lupa juga saya mengucapkan terima
kasih kepada dosen mata kuliah Bahasa
Indonesia yang telah menugasi dan memotifasi saya untuk
menyusun karya ilmiah (makalah) ini. Sehingga dapat mempermudah dalam
mepelajari seni teater dan perannya dala lingkup sosial
dan masyarakat.
Penulis
membuat makalah ini karena dengan alasan kuat yaitu diantaranya; mempermudah
mahasiswa atau siapa saja yang mau mempelajari seni teater. Selain itu, para pembaca juga bisa mengetahui peran dari
seni teater dalam kehidupan bermasyarakat.
Makalah ini
masi kurang
sempurna sehingga penulis
memerlukan penyempurnaan dan perbaikan. Ini diakibatkan adanya kendala yang
dihadapi oleh oleh
penulis pada saat menyusunnya. Karena itu kritik dan saran dari semua
pihak sangat saya harapkan demi penyempurnaannya. Akhir kata saya ucapkan
terima kasih dan selamat membaca!
Makassar, 12 April 2012
Wilfebri Oswaldus Wiko
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL………………………………………………………………………….i
KATA PENGANTAR……………………………………………..………………………...ii
DAFTAR ISI………………………………………………...……………………………..iii
BAB
I :PENDAHULUAN
.........……………………………………………………………1
1.1 Latar Belakang Penulisan…………………………………………………………………1
1.2 Tujuan
Penulisan…………………………………………………………………………1
1.3 Rumusan
Masalah………………………………………………………………………..2
1.4 Sistematika
Penulisan…………………………………………………………………….2
BAB
II : PEMBAHASAN………………………………………………………………….3
2.1 Seni teater..................................................................................................................3
2.1.1 Pengertian
teater ...................................................................................................3
2.1.2 Sejarah perkembangan teater di Indonesia…....…………………………………3
2.1.2 Sejarah perkembangan teater di Indonesia…....…………………………………3
2.1.5
Teater sebagai seni kolektif. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
. . . . . . . . . . .... . . . . . 7
2.1.6
Teater sebagai Imitasi Kehidupan......................................................................7
2.1.7
Peranan penyutradaraan dalam menciptakan struktur penyajian
teater. .. . . .. .8
2.1.8
Persiapan Pementasan Teater.............................................................................8
2.1.9
Mementaskan
Dramatisasi Puisi, Cerita atau Lakon Sederhana........................9
2.2
Peran seni teater dalam lingkup sosial masyarakat....................................................10
BAB
III: PENUTUP……………………………………………………………….....…….12
3.1Kesimpulan………………………………………………………………………………12
3.2Saran……………..………………………………………………………………………..12
DAFTAR
PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Indonesia
adalah salah satu negara yang kaya dengan seni. Seni adalah
salah satu unsur kebudayaan yang tumbuh dan berkembang sejajar dengan
perkembangan manusia selaku penggubah dan penikmat seni. Kebudayaan adalah
hasil pemikiran, karya dan segala aktivitas (bukan perbuatan), yang
merefleksikan naluri secara murni. Seni memiliki nilai estetis (indah) yang
disukai oleh manusia dan mengandung ide-ide yang dinyatakan dalam bentuk
aktivitas atau rupa sebagai lambang. Dengan seni kita dapat memperoleh
kenikmatan sebagai akibat dari refleksi perasaan terhadap stimulus yang kita
terima. Kenikmatan seni bukanlah kenikmatan fisik lahiriah, melainkan
kenikmatan batiniah yang muncul bila kita menangkap dan merasakan simbol-simbol
estetika dari penggubah seni. Dalam hal ini seni memiliki nilai spiritual.
Kedalaman dan kompleksitas seni menyebabkan para ahli membuat definisi seni
untuk mempermudah pendekatan kita dalam memahami dan menilai seni. Konsep yang
muncul bervariasi sesuai dengan latar belakang pemahaman, penghayatan, dan
pandangan ahli tersebut terhadap seni.
Salah satu seni yang kita perhatikan di sini
adalah seni teater. Pertunjukkan teater tidak hanya untuk hiburan
masyarakat penonton. Di balik itu, ada amanat yang ingin disampaikan kepada
masyarakat tentang sesuatu yang berhubungan dengan kehidupan sosial masyarakat.
Kehidupan yang dimaksud menyangkut seluruh perilaku sosial yang berlaku pada
kelompok masyarakat tertentu. Misalnya, kehidupan moral, agama, kehidupan
ekonomi, dan kehidupan politik.(http://.wikipedia.org.id, di unduh 17 April 2013)
Sehingga untuk memahami lebih dalam lagi
mengenai tetaer di makalah ini sengaja disusun dan di kemas dengan judul “Seni Teater dan
perannya dalam Masyarakat”. Seperti apa pembahasannya, mari kita telusuri pembahasan selanjutnya
1.2
Tujuan
Penulisan
Tujuan penulisan dari makalah ini adalah sebagai
berikut;
Untuk mengetahui apa dan seperti apa itu seni teater.
Untuk dijadikan bahan pembelajaran.
Untuk memperoleh nilai dalam mata kuliah Bahasa Indonesia.
1.3
Rumusan
Masalah
Rumusan
masalah dari makalah ini adalah sebagai berikut;
Apa itu teater?
Bagaimana sejarah teater?
Bagaimana peran teater dalam lingkup sosial masyarakat?
1.4 Sistematika Penulisan
Sistematika dalam penulisan makalah
ini terdiri dari tiga bab yaitu bab I yang berjudul Pendahuluan yang
menjelaskan mulai dari latar belakang penulisan, tujuan penulisan, rumusan
masalah, dan sistematika Penulisan. Kemudian bab II yang berjudul pembahasan,
disini merupakan inti dari keseluruhan pembahasan. Keseluruhan pembahasan
ditutup dengan bab III yang berjudul Penutup, yang mencantumkan kesimpulan dan
saran.
BAB II
PEMBAHASAAN
2.1 Seni teater
2.1.1 Pengertian
teater
Kegiatan berteater dalam kehidupan masyarakat dan budaya Indonesia bukan merupakan sesuatu yang asing bahkan sudah menjadi bagian yang tidak terpisahkan, kegiatan teater dapat kita lihat dalam peristiwa-peristiwa Ritual keagamaan, tingkat- tingkat hidup, siklus hidup (kelahiran, pertumbuhan dan kematian) juga hiburan. Setiap daerah mempunyai keunikan dan kekhasan dalam tata cara penyampaiannya. Untuk dapat mengapresiasi dengan baik mengenai seni teater terutama teater yang ada di Indonesia sebelumnya kita harus memahami apa seni teater itu ? bagaimana ciri khas teater yang berkembang di wilayah negara kita.
Arti luas teater adalah segala tontonon yang dipertunjukan didepan orang banyak, misalnya wayang golek, lenong, akrobat, debus, sulap, reog, band dan sebagainya.
Kegiatan berteater dalam kehidupan masyarakat dan budaya Indonesia bukan merupakan sesuatu yang asing bahkan sudah menjadi bagian yang tidak terpisahkan, kegiatan teater dapat kita lihat dalam peristiwa-peristiwa Ritual keagamaan, tingkat- tingkat hidup, siklus hidup (kelahiran, pertumbuhan dan kematian) juga hiburan. Setiap daerah mempunyai keunikan dan kekhasan dalam tata cara penyampaiannya. Untuk dapat mengapresiasi dengan baik mengenai seni teater terutama teater yang ada di Indonesia sebelumnya kita harus memahami apa seni teater itu ? bagaimana ciri khas teater yang berkembang di wilayah negara kita.
Arti luas teater adalah segala tontonon yang dipertunjukan didepan orang banyak, misalnya wayang golek, lenong, akrobat, debus, sulap, reog, band dan sebagainya.
Arti
sempit adalah kisah hidup dan kehidupan manusia yang diceritakanx diatas pentas, disaksikan oleh orang banyak,
dengan media : percakapan,gerak dan laku
dengan atau tanpa dekor, didasarkan pada naskah tertulis denga diiringi musik, nyanyian dan tarian.
Teater adalah salah satu bentuk kegiatan manusia yang secara
sadar menggunakan tubuhnya
sebagai unsur utama untuk menyatakan dirinya yang diwujudkan dalam suatu karya (seni pertunjukan) yang
ditunjang dengan unsur gerak, suara,
bunyi dan rupa yang dijalin dalam cerita pergulatan tentang kehidupan manusia.(w.w.w.geoogle.com,diunduh 17
april 2013)
2.1.2
Sejarah perkembangan teater di Indonesia
Kata tater atau drama berasal dari bahasa Yunani ”theatrom” yang berarti seeing Place (Inggris). Tontonan drama memang menonjolkan percakapan (dialog) dan gerak-gerik para pemain (aktif) di panggung. Percakapan dan gerak-gerik itu memperagakan cerita yang tertulis dalam naskah. Dengan demikian, penonton dapat l angsung mengikuti dan menikmati cerita tanpa harus membayangkan.
Teater sebagai tontotan sudah ada sejak zaman dahulu. Bukti tertulis pengungkapan bahwa teater sudah ada sejak abad kelima SM. Hal ini didasarkan temuan naskah teater kuno di Yunani. Penulisnya Aeschylus yang hidup antara tahun 525-456 SM. Isi lakonnya berupa persembahan untuk memohon kepada dewa-dewa.
Lahirnya adalah bermula dari upacara keagamaan yang dilakukan para pemuka agama, lambat laun upacara keagamaan ini berkembang, bukan hanya berupa nyanyian, puji-pujian, melainkan juga doa dan cerita yang diucapkan dengan lantang, selanjutnya upacara keagamaan lebih menonjolkan penceritaan.
Sebenarnya istilah teater merujuk pada gedung pertunjukan, sedangkan istilah drama merujuk pada pertunjukannya, namun kini kecenderungan orang untuk menyebut pertunjukan drama dengan istilah teater.
Kata tater atau drama berasal dari bahasa Yunani ”theatrom” yang berarti seeing Place (Inggris). Tontonan drama memang menonjolkan percakapan (dialog) dan gerak-gerik para pemain (aktif) di panggung. Percakapan dan gerak-gerik itu memperagakan cerita yang tertulis dalam naskah. Dengan demikian, penonton dapat l angsung mengikuti dan menikmati cerita tanpa harus membayangkan.
Teater sebagai tontotan sudah ada sejak zaman dahulu. Bukti tertulis pengungkapan bahwa teater sudah ada sejak abad kelima SM. Hal ini didasarkan temuan naskah teater kuno di Yunani. Penulisnya Aeschylus yang hidup antara tahun 525-456 SM. Isi lakonnya berupa persembahan untuk memohon kepada dewa-dewa.
Lahirnya adalah bermula dari upacara keagamaan yang dilakukan para pemuka agama, lambat laun upacara keagamaan ini berkembang, bukan hanya berupa nyanyian, puji-pujian, melainkan juga doa dan cerita yang diucapkan dengan lantang, selanjutnya upacara keagamaan lebih menonjolkan penceritaan.
Sebenarnya istilah teater merujuk pada gedung pertunjukan, sedangkan istilah drama merujuk pada pertunjukannya, namun kini kecenderungan orang untuk menyebut pertunjukan drama dengan istilah teater.
1. Teater Tradisional
Kasim Achmad dalam bukunya Mengenal Teater Tradisional di Indonesia (2006) mengatakan, sejarah teater tradisional di Indonesia dimulai sejak sebelum Zaman Hindu. Pada zaman itu, ada tanda-tanda bahwa unsur-unsur teater tradisional banyak digunakan untuk mendukung upacara ritual. Teater tradisional merupakan bagian dari suatu upacara keagamaan ataupun upacara adat-istiadat dalam tata cara kehidupan masyarakat kita. Pada saat itu, yang disebut “teater”, sebenarn ya baru merupakan unsur-unsur teater, dan belum merupakan suatu bentuk kesatuan teater yang utuh. Setelah melepaskan diri dari kaitan upacara, unsur-unsur teater tersebut membentuk suatu seni pertunjukan yang lahir dari spontanitas rakyat dalam masyarakat lingkungannya.
Proses terjadinya atau munculnya teater tradisional di Indonesia sangat bervariasi dari satu daerah dengan daerah lainnya. Hal ini disebabkan oleh unsur-unsur pembentuk teater tradisional itu berbedabeda, tergantung kondisi dan sikap budaya masyarakat, sumber dan tata-cara di mana teater tradisional lahir.
Macam-macam teater tradisional Indonesia adalah :wayang kulit, wayang wong, lenong, randai, drama gong, arja,ubrug,ketoprak, dan sebagainya.
2. Teater Transisi (Modern)
Teater transisi adalah penamaan atas kelompok teater pada periode saat teater tradisional mulai mengalami perubahan karena pengaruh budaya lain. Kelompok teater yang masih tergolong kelompok teater tradisional dengan model garapan memasukkan unsur-unsur teknik teater Barat, dinamakan teater bangsawan. Perubahan tersebut terletak pada cerita yang sudah mulai ditulis, meskipun masih dalam wujud cerita ringkas atau outline story (garis besar cerita per adegan). Cara penyajian cerita dengan menggunakan panggung dan dekorasi. Mulai memperhitungkan teknik yang mendukung pertunjukan. Pada periode transisi inilah teater tradisional berkenalan dengan teater non-tradisi. Selain pengaruh dari teater bangsawan, teater tradisional berkenalan juga dengan teater Barat yang dipentaskan oleh orang-orang Belanda di Indonesia sekitar tahun 1805 yang kemudian berkembang hingga di Betawi (Batavia) dan mengawali berdirinya gedung Schouwburg pada tahun 1821 (Sekarang Gedung Kesenian Jakarta).
Perkenalan masyarakat Indonesia pada teater non-tradisi dimulai sejak Agust Mahieu mendirikan Komedie Stamboel di Surabaya pada tahun 1891, yang pementasannya secara teknik telah banyak mengikuti budaya dan teater Barat (Eropa), yang pada saat itu masih belum menggunakan naskah drama/lakon. Dilihat dari segi sastra, mulai mengenal sastra lakon dengan diperkenalkannya lakon yang pertama yang ditulis oleh orang Belanda F.Wiggers yang berjudul Lelakon Raden Beij Soerio Retno, pada tahun 1901. Kemudian disusul oleh Lauw Giok Lan lewat Karina Adinda, Lelakon Komedia Hindia Timoer (1913), dan lain-lainnya, yang menggunakan bahasa Melayu Rendah.
Setelah Komedie Stamboel didirikan muncul kelompok sandiwara seperti Sandiwara Dardanella (The Malay Opera Dardanella) yang didirikan Willy Klimanoff alias A. Pedro pada tanggal 21 Juni 1926. Kemudian lahirlah kelompok sandiwara lain, seperti Opera Stambul, Komidi Bangsawan, Indra Bangsawan, Sandiwara Orion, Opera Abdoel Moeloek, Sandiwara Tjahaja Timoer, dan lain sebagainya. Pada masa teater transisi belum muncul istilah teater. Yang ada adalah sandiwara. Karenanya rombongan teater pada masa itu menggunakan nama sandiwara, sedangkan cerita yang disajikan dinamakan drama. Sampai pada Zaman Jepang dan permulaan Zaman Kemerdekaan, istilah sandiwara masih sangat populer. Istilah teater bagi masyarakat Indonesia baru dikenal setelah Zaman Kemerdekaan. (http://desxripsi.blogspot.com/2012/10/SejarahSeniTheater.html#ixzz2QdJQjH9y, diunduh 17 April 2013)
Kasim Achmad dalam bukunya Mengenal Teater Tradisional di Indonesia (2006) mengatakan, sejarah teater tradisional di Indonesia dimulai sejak sebelum Zaman Hindu. Pada zaman itu, ada tanda-tanda bahwa unsur-unsur teater tradisional banyak digunakan untuk mendukung upacara ritual. Teater tradisional merupakan bagian dari suatu upacara keagamaan ataupun upacara adat-istiadat dalam tata cara kehidupan masyarakat kita. Pada saat itu, yang disebut “teater”, sebenarn ya baru merupakan unsur-unsur teater, dan belum merupakan suatu bentuk kesatuan teater yang utuh. Setelah melepaskan diri dari kaitan upacara, unsur-unsur teater tersebut membentuk suatu seni pertunjukan yang lahir dari spontanitas rakyat dalam masyarakat lingkungannya.
Proses terjadinya atau munculnya teater tradisional di Indonesia sangat bervariasi dari satu daerah dengan daerah lainnya. Hal ini disebabkan oleh unsur-unsur pembentuk teater tradisional itu berbedabeda, tergantung kondisi dan sikap budaya masyarakat, sumber dan tata-cara di mana teater tradisional lahir.
Macam-macam teater tradisional Indonesia adalah :wayang kulit, wayang wong, lenong, randai, drama gong, arja,ubrug,ketoprak, dan sebagainya.
2. Teater Transisi (Modern)
Teater transisi adalah penamaan atas kelompok teater pada periode saat teater tradisional mulai mengalami perubahan karena pengaruh budaya lain. Kelompok teater yang masih tergolong kelompok teater tradisional dengan model garapan memasukkan unsur-unsur teknik teater Barat, dinamakan teater bangsawan. Perubahan tersebut terletak pada cerita yang sudah mulai ditulis, meskipun masih dalam wujud cerita ringkas atau outline story (garis besar cerita per adegan). Cara penyajian cerita dengan menggunakan panggung dan dekorasi. Mulai memperhitungkan teknik yang mendukung pertunjukan. Pada periode transisi inilah teater tradisional berkenalan dengan teater non-tradisi. Selain pengaruh dari teater bangsawan, teater tradisional berkenalan juga dengan teater Barat yang dipentaskan oleh orang-orang Belanda di Indonesia sekitar tahun 1805 yang kemudian berkembang hingga di Betawi (Batavia) dan mengawali berdirinya gedung Schouwburg pada tahun 1821 (Sekarang Gedung Kesenian Jakarta).
Perkenalan masyarakat Indonesia pada teater non-tradisi dimulai sejak Agust Mahieu mendirikan Komedie Stamboel di Surabaya pada tahun 1891, yang pementasannya secara teknik telah banyak mengikuti budaya dan teater Barat (Eropa), yang pada saat itu masih belum menggunakan naskah drama/lakon. Dilihat dari segi sastra, mulai mengenal sastra lakon dengan diperkenalkannya lakon yang pertama yang ditulis oleh orang Belanda F.Wiggers yang berjudul Lelakon Raden Beij Soerio Retno, pada tahun 1901. Kemudian disusul oleh Lauw Giok Lan lewat Karina Adinda, Lelakon Komedia Hindia Timoer (1913), dan lain-lainnya, yang menggunakan bahasa Melayu Rendah.
Setelah Komedie Stamboel didirikan muncul kelompok sandiwara seperti Sandiwara Dardanella (The Malay Opera Dardanella) yang didirikan Willy Klimanoff alias A. Pedro pada tanggal 21 Juni 1926. Kemudian lahirlah kelompok sandiwara lain, seperti Opera Stambul, Komidi Bangsawan, Indra Bangsawan, Sandiwara Orion, Opera Abdoel Moeloek, Sandiwara Tjahaja Timoer, dan lain sebagainya. Pada masa teater transisi belum muncul istilah teater. Yang ada adalah sandiwara. Karenanya rombongan teater pada masa itu menggunakan nama sandiwara, sedangkan cerita yang disajikan dinamakan drama. Sampai pada Zaman Jepang dan permulaan Zaman Kemerdekaan, istilah sandiwara masih sangat populer. Istilah teater bagi masyarakat Indonesia baru dikenal setelah Zaman Kemerdekaan. (http://desxripsi.blogspot.com/2012/10/SejarahSeniTheater.html#ixzz2QdJQjH9y, diunduh 17 April 2013)
Tubuh manusia sebagai unsur utama (Pemeran/
pelaku/ pemain/actor)
Gerak sebagai unsur penunjang (gerak tubuh,gerak suara,gerak bunyi
dan gerak rupa)
dan gerak rupa)
Suara sebagai unsur penunjang (kata,
dialog, ucapan pemeran)
Bunyi sebagai efek Penunjang (bunyi
benda, efek dan musik)
Rupa sebagai unsur penunjang (cahaya,
dekorasi, rias dan kostum)
Lakon sebagai
unsur penjalin (cerita, non cerita, fiksi dan narasi)
Teater sebagai hasil karya (seni) merupakan satu kesatuan yang utuh antara manusia sebagai unsur utamanya dengan unsur -unsur penunjang dan penjalinnya. Dan dapat dikatakan bahwa teater merupakan perpaduan segala macam pernyataan seni. (http://desxripsi.blogspot.com/2012/10/UnsurTheater.html#ixzz2QdJQjH9y, diunduh 17 April 2013)
Teater sebagai hasil karya (seni) merupakan satu kesatuan yang utuh antara manusia sebagai unsur utamanya dengan unsur -unsur penunjang dan penjalinnya. Dan dapat dikatakan bahwa teater merupakan perpaduan segala macam pernyataan seni. (http://desxripsi.blogspot.com/2012/10/UnsurTheater.html#ixzz2QdJQjH9y, diunduh 17 April 2013)
a. Teater rakyat yaitu
teater yang didukung oleh masyarakat kalangan pedesaan , bentuk teater ini punya karakter bebas tidak
terikat oleh kaidah-kaidah pertunjukan yang
kaku, sifat nya spontan,improvisasi. Contoh : lenong, ludruk, ketoprak dll.
b. Teater Keraton yaitu Teater yang lahir dan berkembang dilingkungan keraton dan kaum bangsawan. Pertunjukan dilaksanakan hanya untuk lingkungan terbatas dengan tingkat artistik sangat tinggi,cerita berkisar pada kehidupan kaum bangsawan yang dekat dengan dewa-dewa. Contoh;teater wayang
b. Teater Keraton yaitu Teater yang lahir dan berkembang dilingkungan keraton dan kaum bangsawan. Pertunjukan dilaksanakan hanya untuk lingkungan terbatas dengan tingkat artistik sangat tinggi,cerita berkisar pada kehidupan kaum bangsawan yang dekat dengan dewa-dewa. Contoh;teater wayang
c. Teater Urban atau kota-kota. Teater
ini Masih membawa idiom bentuk rakyat dan keraton
teater jenis ini lahir dari kebutuhan yang timbul dengan tumbuhnya kelompok-kelompok baru dalam masyarakat
dan sebagai produk dari kebutuhan baru sebagai fenomena modern dalam seni pertunjukan di Indonesia.
d. Teater kontemporer,yaitu teater yang menampilkan peranan manusia bukan sebagai tipe melainkan sebagai individu . dalam dirinya terkandung potensi yang besar untuk tumbuh dengan kreatifitas yang tanpa batas. Pendukung teater ini masih sedikit yaitu orang-orang yang menggeluti teater secara serius mengabdikan hidupnya pada teater dengan melakukan pencarian, eksperimen berbagai bentuk teater untuk mewujudkan teater Indonesia masa kini.
d. Teater kontemporer,yaitu teater yang menampilkan peranan manusia bukan sebagai tipe melainkan sebagai individu . dalam dirinya terkandung potensi yang besar untuk tumbuh dengan kreatifitas yang tanpa batas. Pendukung teater ini masih sedikit yaitu orang-orang yang menggeluti teater secara serius mengabdikan hidupnya pada teater dengan melakukan pencarian, eksperimen berbagai bentuk teater untuk mewujudkan teater Indonesia masa kini.
Sebagian besar daerah di Indonesia
mempunyai kegiatan berteater yang tumbuh dan berkembang
secara turun menurun. Kegiatan ini masih bertahan sesuai dengan kebutuhan masyarakat yang erat
hubungannya dengan budaya agraris (bertani) yang
tidak lepas dari unsur-unsur ritual kesuburan, siklus kehidupan maupun hiburan. Misalnya : untuk memulai menanam
padi harus diadakan upacara khusus
untuk meminta bantuan leluhur agar padi yang ditanam subur, berkah dan terjaga dari berbagai gangguan. Juga
ketika panen, sebagai ucapan terima kasih maka
dilaksanakan upacara panen. Juga peringatan tingkat-tingkat hidup seseorang (kelahiran, khitanan, naik pangkat/ status
dan kematian dll) selalu ditandai dengan peristiwa-peristiwa
teater dengan penampilan berupa tarian,nyanyian maupun cerita, dengan acara, tatacara yang unik dan menarik. (http://desxripsi.blogspot.com/2012/10/BentukseniTheater.html#ixzz2QdJQjH9y, diunduh 17 April 2013)
2.1.5 Teater sebagai seni kolektif
Teater
merupakan seni yang cukup istimewa, dalam proses pembuatan karya pun sangat
panjang dengan latihan (fisik/mental) serta melibatkan orang banyak atau berbagai kelompok yang membutuhkan kerja sama
sehingga mewujudkan suatu karya yang
maksimal. Adapun orang-orang yang terlibat langsung adalah actor/aktris, sutradara, produser, manager, art director dan penata teknis. Teater merupakan karya seni
yang istimewa karena kisahnya yang menunjukan kehidupan didunia atau masyarakat sehari-hari yang dapat
dinikmati oleh media audio visual. Teater juga karya
seni gabungan dari berbagai seni, yaitu seni gerak atau peran, seni suara dan seni sastra.
(http://desxripsi.blogspot.com/2012/10/seniTheater.html#ixzz2QdJQjH9y, diunduh 17 April 2013)
2.1.6 Teater sebagai Imitasi Kehidupan
1. Ciri-ciri
teater sebagai imitasi kehidupan
Plot atau alur cerita sebagai bentuk
kehidupan manusia
Adanya suatu
action sebagai pelukisan hidup manusia
Adanya hubungan
bahasa pentas dan sastra
Pemeran (penokohan atau perwatakan)
Konflik manusia merupakan dasar
lakon
Dialognya banyak berorientasi pada
dialog hidup masyarakat
2. Ciri-ciri
peran dramatis dalam pertunjukan teater
Peran merupakan kreasi yang
dilakukan oleh actor atau aktris
Peran yang dibawakan bersifat
alamiah dan wajar
Peran
disesuaikan dengan tipe, gaya, jiwa dan tujuan dari pementasanny (http://desxripsi.blogspot.com/2012/10/seniTheater.html#ixzz2QdJQjH9y, diunduh 17 April 2013)
2.1.7 Peranan penyutradaraan dalam menciptakan struktur penyajian teater
Sutradara yaitu orang yang
mengoordinasikan segala anasir Pementasan. Sejak latihan dimulai sampai selesai. Maka
dari itu sutradara harus menguasai segi artistic dan segi teknis pementasan. Adapun tugas dan peranan sutradara adalah :
Memilih pemain
Menjelaskan penafsiran lakon kepada
pemain
Menyusun rencana pembiayaan
Mendiskusikan
rancangan tata panggung, tata rias, dan tata cahaya
Menyusun program teaterikal
Melatih para pemain
Mewujudkan lakon di atas pentas
Memberikan dorongan moral dan
mengamati pertunjukan selama pertunjukan berlangsung (http://desxripsi.blogspot.com/2012/10/seniTheater.html#ixzz2QdJQjH9y, diunduh 17 April 2013)
2.1.8 Persiapan Pementasan Teater
1.
Pemilihan
peran
Aktor
dan aktris merupakan tulang pementasan. Pemilihan actor atau aktris biasanya disebut casting. Ada lima macam teknik
casting yaitu:
Casting by ability, yaitu pemilihan
peran berdasar kecakapan atau kemahiran yang
sama atau mendekati peran yang dibawakan
Casting ti type, yaitu pemilihan
peran berdasarkan atas kecocokan fisik pemain
Antitype casting, yaitu pemilihan
peran bertentangan dengan watak dan ciri fisik
yang dibawakan (berlawanan dengan watak dan cirri fisiknya sendiri)
Casting to emotional temperament,
yaitu pemilihan pemeran berdasarkan observasi
kehidupan pribadi calon pemeran
Therapeutic casting, yaitu pemilihan
pemeran dengan maksud untuk penyembuhan
terhadap ketidakseimbangan psikologi dalam diri seseorang
2.
Mengadaptasikan
karakter peran sesuai casting
Berperan
adalah menjadi orang lain sesuai dengan tuntutan lakon drama. Sejauh mana keterampilan seseorang actor dalam berperan ditentukan oleh kemampuannya meninggalkan egonya sendiri dan memasuki serta mengekspresikan tokoh lain yang dibawakannya
3. Hal yang harus diperhatikan oleh pemeran:
a.
Kreasi yang
dilakukan actor atau aktris
b.
Peran yang
dibawakan harus bersifat Alamiah dan wajar
c.
Peran yang
dibawakan harus disesuaikan dengan tipe, gaya, jiwa dan tujuan
dari pementasan.
d.
Peran yang
dibakan harus diosesauikan dengan periode tertentu dan watak yang harus
direpresentasikan.
4. Menunjukan pola permainan
(blocking)
Dalam
seni peran setiap tokoh harus mampu memerintah badan, suara, emosi dan semua situasi dramatic. Ia harus mampu membantu dan mengontrol
Adapun contoh permainan (blocking) gerak-gerak pokok yang
harus disiapkan oleh
pemeran, yaitu:
a.
Latihan
tubuh
b.
Latihan
suara
c.
Observasi
dan imajinasi
d.
Latihan
konsentrasi
e.
Latihan
teknik
Gerak
tambahan yaitu gerakan yang dilakukan untuk melengkapi dan menyempurnakan ekspresi dari drama. (http://desxripsi.blogspot.com/2012/10/seniTheater.html#ixzz2QdJQjH9y, diunduh 17 April 2013)
2.1.9 Mementaskan Dramatisasi Puisi, Cerita atau Lakon Sederhana
1)
Memerankan
karakterisasi peran
Karakter berkaitan erat dengan
penokohan dan perwatakan. Watak tokoh menjadi nyata
terbaca dalam dialog dan catatan samping.
Berdasarkan peranan terhadap jalan
cerita, terdapat tokoh-tokoh sebagai berikut:
a.
Tokoh
Protagonis, yaitu tokoh yang mendukung cerita.
b.
Tokoh
Antagonis, yaitu tokoh penentang cerita.
c.
Tokoh
tritagonis, yaitu tokoh pembantu (baik untuk protagonis maupun antagonis).
Berdasarkan
peranannya dalam tokoh serta fungsinya, terdapat tokoh-tokoh
sebagai berikut:
a.
Tokoh
sentral, yaitu tokoh yang paling menentukan gerakan lakon. Tokoh sentral merupakan biang keladi pertikaian
(protagonist dan antagonis).
b.
Tokoh utama,
yaitu tokoh pendukung atau penentang tokoh sentral. Dapat juga disebut perantara tokoh sentral
(tritagonis).
c.
Tokoh
pembantu, yaitu tokoh yang memegang peran pelengkap atau tambahan dari mata rantai cerita.
2). Mementaskan
teater Nusantara
Pementasan
teater merupakan kerja atau karya kolektif. Keberhasilan suatu pementasan tidak hanya ditentukan oleh sutradara, tetapi juga melibatkan berbagai unsur secara serentak dan kelompok yang mendukung
pementasan.
Adapun orang-orang yang terlibat
dalam pementasan:
a. Aktor atau
aktris sebagai tokoh yang memerankan langsung cerita.
b. Sutradara, yaitu pekerja teater yang bertugas memimpin actor atau aktris
dan pekerja teknis dalam pementasan.
c. Produser yang bertugas memberikan biaya pementasan
d.
Manager yang
mengatur pelaksanaan pementasan.
e.
Penata
pentas yaitu yang mengatur penghidupan peran di pentas, pengaturan pentas seperti pengaturan pentas, dekorasi,
Tata lampu (lighting), tata suara, dan segala
sesuatu yang berhubungan dengan teknis pentas
f.
Penata
artistic, yaitu yang mengatur secara artistic hal-hal yang banyak berhubungan dengan pemenyasan secara langsung,
seperti tata rias, tata busana, tata musik
dan efek suara.
Untuk mementaskan teater Nusantara, selain adanya kerja sama yang baik di segala pihak, kita pun harus menentukan cerita apa yang akan dimainkan. Hal tersebut berkaitan dengan cerita di Nusantara, misalnya Ande-ande Lumut, Si Kabayan, Jaka Tarup,
Bawang Merah Bawang Putih, terjadinya Gunung Tngkuban Perahu, Danau
Toba. (http://desxripsi.blogspot.com/2012/10/seniTheater.html#ixzz2QdJQjH9y, diunduh 17 April 2013)
2.2
Peran seni
teater dalam lingkup sosial masyarakat
Pertunjukkan teater rakyat tidak
hanya untuk hiburan masyarakat penonton. Di balik itu, ada amanat yang ingin
disampaikan kepada masyarakat tentang sesuatu yang berhubungan dengan kehidupan
sosial masyarakat. Kehidupan yang dimaksud menyangkut seluruh perilaku sosial
yang berlaku pada kelompok masyarakat tertentu. Misalnya, kehidupan moral,
agama, kehidupan ekonomi, dan kehidupan politik.
Semua itu
tercermin dalam bentuk garapan teaternya. Bentuk-bentuk garapan teater rakyat
selalu dan merupakan cerminan kehidupan sosial. Apa yang diungkapkan dalam
garapan teaternya adalah suasana hati, perasaan, dan nurani, serta keadaan
jiwa. Oleh karena itu, teater merupakan media ungkap seniman teater sebagai
wakil dari nurani masyarakat pendukungnya.
Berikut
fungsi-fungsi teater dalam lingkup sosial masyarakat.
a. Teater
berfungsi sebagai media untuk mengungkapkan ide-ide keindahan (presentasi
estetis). Manusia bisa tersentuh oleh ungkapan-ungkapan seniman lewat media
teater. Bagaimana indahnya hidup rukun dengan sesama dan bagaimana indahnya
hidup berdampingan dengan alam. Kadang-kadang, ide-ide itu tidak semuanya
menyenangkan penonton. Bisa saja penonton setelah melihat pertunjukkan teater
merasa benci, marah, takut, haru, atau sedih. Semua perasaan itu luruh menjadi perasaan
tunggal, yaitu indah (estetis). Menonton sebuah pertunjukkan teater adalah
belajar menafsirkan ide-ide apa yang dikomunikasikan oleh seniman teater kepada
khalayak. Oleh sebab itu, penonton dituntut untuk tidak hanya menggunakan
emosinya dalam menyaksikan pertunjukkan, tetapi juga pikirannya agar bisa
mengambil hikmah dari apa yang telah disaksikannya. Dalam sebuah pertunjukkan,
selalu ada tema, isi, serta pesan yang ingin disampaikan kepada penonton.
Menonton adlah proses belajar memahami gagasan atauide yang disampaikan oleh
orang lain (seniman). Jika kamu tidak paham, pertunjukkan teater tersebut tiada
bermanfaat. Oleh sebab itu untuk memahami sebuah pertunjukkan, kamu harus
sering menonton pertunjukkan teater agar hati dan pikiranmu terasa menerjemahkan
sebuah karya drama.
b. Teater
berfungsi untuk alat propaganda, misalnya program-program pemerintah,
propaganda politik, atau program-program yayasan tertentu yang berhubungan
dengan jasa layanan masyarakat. Program-program pembangunan yang dicanangkan
oleh pemerintah sering dititipkan pada pertunjukkan teater rakyat. Misalnya,
menyosialisasikan program Keluarga Berencana (KB), sadar hukum, disiplin
nasional, bebas narkoba, atau hidup sederhana.(http://.seniteater.co.id, diunduh 15
April 2013)
BAB III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Teater adalah
salah satu bentuk kegiatan manusia yang secara sadar menggunakan tubuhnya
sebagai unsur utama untuk menyatakan dirinya yang diwujudkan dalam suatu karya
(seni pertunjukan) yang ditunjang dengan unsur gerak, suara, bunyi dan rupa
yang dijalin dalam cerita pergulatan tentang kehidupan manusia. Proses terjadinya atau munculnya teater
tradisional di Indonesia sangat bervariasi dari satu daerah dengan daerah
lainnya. Hal ini disebabkan oleh unsur-unsur pembentuk teater tradisional itu
berbedabeda, tergantung kondisi dan sikap budaya masyarakat, sumber dan
tata-cara di mana teater tradisional
lahir. Tetaer juga dikenal dengan seni yang kolektif di mana dalam sebuah
tetaer tidak terlepas dari yang namanya sutradara sebagai pengkordinasi
pementasan. Sehingga menjadi seorang sutradara harus menguasai apa-apa yang
harus di lakasanakan karena baik/tidaknya pementasan tergantung dari seorang
sutradaranya. Sehingga dalam seni teater juga memiliki peran yang sangat
penting dalam lingkup sosisal. Ini sudah jelas karena yang namanya seni
pertunjukan pasti dipertunjukan di depan orang banyak dalam hal ini salah satu
contohnya adalah masyarakat. Seni teater bisa dijadikan media penyampaian
segala bentuk rasa atau argumen yang berkaitan dengan kehidupan sosial.
3.2 Saran
Makalah
ini merupakan bagian dari media pembelajaran, maka dengan itu kepada semua
pihak bisa menggali ilmunya (khususnya ilmu tentan seni teater) dengan
mendalami isi makalah ini. Khususnya kepada kaum muda agar seni teater tidak
hilang begitu saja tetapi bisa diwariskan kepada segenap penerus bangsa
sehingga negara Indonesia bisa disebut sebagai salah satu negara yang hebat
dalam dunia seni.
.
DAFTAR PUSTAKA
diunduh
17 April 2013)
Assalaamu 'alaikum. Kenalkan, saya Trimo, tinggal di Klaten, Jawa Tengah. Saya mengelola sanggar, yang di dalamnya juga berusaha untuk mamasarakatkan seni peran. Tolong sekali saya dibantu. Websetnya juga sudah ada, yaitu : www.sanggarannahel.com. Terima kasih banyak sebelumnya
BalasHapus