Jumat, 24 Januari 2014

VOKAL


REVIEW BUKU DIRIGEN II
(TUGAS MATA KULIAH VOKAL)


O
L
E
H

WILFEBRI OSWALDUS WIKO
                            N I M : 1282041052




PRODI PENDIDIKAN SENDRATASIK
FAKULTAS SENI DAN DESAIN
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
2012




KATA PENGANTAR

Buku “MENJADI DIRIGEN II” adalah salah satu buku pegangan dalam usaha membentuk suara. Buku ini sengaja dikemas lagi dalam bentuk makalah sebagai tugas mata kuliah vokal agar mudah dipelajari dan dipahami secara mendalam lagi.
Dalam penyusunan makalah ini, saya susun tidak berjalan sendiri untuk itu saya ucapkan puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan bimbingan-Nya, makalah ini dapat diselesaikan dengan baik dan tepat pada waktu yang ditentukan.
Tidak lupa saya ucapkan terima kasih kepada Bapak Toni selaku dosen mata kuliah vokal yang telah memotifasi kami untuk buat karya tulis dalam bentuk makalah ini sehingga mempermudah untuk mempelajari secara mendalam lagi dari buku “Dirigen II”. Terima kasih juga kepada teman-teman dan semua pihak yang telah membantu demi menyelesaikan makalah ini.
Semoga makalah ini dapat membantu dalam usaha membentuk suara. Jika ada yang kurang paham/ kurang lengkap, segala kritik dan saran dari semua pihak sangat saya harapkan demi penyempurnaan makalh ini. Akhirnya saya ucapkan terima kasih dan “selamat membaca!!!”



        Penyusun                                                                                                                                               





DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL………………………….……………………………………………i
KATA PENGANTAR……………………………………………………………………...ii
DAFTAR ISI……………………………………………………………………………….iii
BAB  I: PENDAHULUAN………………………………………………………………...1
1.1    Latar Belakang……………………………………………………………………..1
1.2    Tujuan Penulisan…………………………………………………………………...1
1.3    Rumusan Masalah………………………………………………………………….2
1.4    Sistematika Penulisan…………………………………………………………….. 2
BAB II: PEMBAHASAN…………………………………………………………………..3
       2.1 Bernafas dengan baik……………………………………………………………… 3
            2.1.1  Tiga Macam Pernapasan……………………………………………………   3
      2.1.2  Tiga cara pengambilan napas…………………………………………………4
            2.1.3  Catatan mengenai sikap tubuh………………………………………………  4
       2.2  Membentuk Suara………………………………………………………………….5
            2.2.1  Terjadinya suara………………………………………………………………5
            2.2.2  Pita suara yang luwes…………………………………………………………5
            2.2.3   Sikap mulut dalam bernyanyi………………………………………………  5
      2.2.4  Artikulasi huruf hidup………………………………………………………   6
            2.2.5  Huruf hidup yang terang dan yang gelap……………………………………..6
            2.2.6  Artikulasi huruf rangkap (diphthong)……………………………………….. 7
            2.2.7  Menjaga kesehatan……………………………………………………………7
       2.3Bernyanyi dengan suara yang bergema (resonansi)…………………………………8
  2.3.1Resonansi………………………………………………………………………8
  2.3.2  Rongga- rongga resonansi untuk suara manusia……………………………...8
2.3.3         Tujuan yang mau dicapai…………………………………………………...9
        2.4Menyanyikan nada dengan tepat…………………………………………………...9
        2.5 Meningkatkan ucapan yang jelas (artikulasi/diksi)……………………………….11
        2.6 Menyanyikan kalimat nyanyian yang utuh (phrasering)………………………    13
        2.7  Menjiwai nyanyian (ekspresi)……………………………………………………14
            2.7.1  Bernyaniym dengan hati…………………………………………………… 14
            2.7.2  Kesalahan yang sering terjadi……………………………………………… 15
            2.7.3  Pengunkapan yang menyeluruh……………………………………………  15
2.7.4         Teknik penjiwaan………………………………………………………….15
        2.8 Menggunakan mikrofon dan pengeras suara……………………………………. 17
            2.8.1  Beberapa catatan teknis……………………………………………………. 17
            2.8.2  Beberapa petunjuk untuk bernyanyi di muka mikrofon………………….... 18

BAB III : PENUTUP……………………………………………………………………...20
            Kesimpulan……………………………………………………………………….. 20


DAFTAR PUSTAKA









BAB I
PENDAHULUAN

1.1              Latar Belakang
Bernyanyi merupakan suatu kecenderungan manusia untuk mengungkapkan  diri. Oleh karena itu bernyanyi dengan baik dapat dipelajari oleh setiap orang, bahkan oleh mereka yang merasa tidak bisa. Sekarang ini banyak orang yang sebenarnya punya bakat/ dianggap bisa dalam bernyanyi tetapi karena ada beberapa hal sehingga mereka dianggap tidak bisa. Beberapa hal yang dimaksud adalah 1) Merasa takut; ada orang yang pada masa mudanya pernah dinyatakan bahwa suaranya jelek. Dapat terjadi kemudian mereka menahan diri untuk bernyanyi. Oleh karena itu suaranya tidak pernah dilatih dan tidak berkembang. 2) Kekurangan dalam pendengaran; Ada orang yang kurang peka dalam mendengar karena mereka kurang berlatih untuk membandingkan suaranya sendiri dengan suara orang lain atau dengan suara instrumen. Meskipun mereka senang sekali bernyanyi, namun suaranya sering tidak selaras. 3) Cacat; ada pula beberapa orang yang indera suaranya cacat sehingga mereka tidak dapat bernyanyi dengan baik, atau samasekali tidak dapat bernyanyi.
Jelaslah bahwa hanya sedikit orang yang sungguh tidak bisa berlatih dan balajar untuk bernyanyi, sedang yang lain semua sebenarnya dapat meningkatkan mutu suaranya dengan latihan-latihan.
Sekarang ini banyak orang yang tidak menggunakan tekhnik secara benar dalam bernyanyi. Untuk itu makalah ini perlu disusun untuk dijadikan bahan pembelajaran dalam belajar vocal.
1.2              Tujuan Penulisan
Penulisan makalah ini mempunyai tujuan sebagai berikut;
Ø  Untuk mengetahui secara benar teknik menyanyi tetapi tidak terbatas pada penguasaan   teknik saja . Teknik bernyanyi mengabdi kepada music yang hidup. Artinya setiap latihan yang bersifat teknispun, harus menjadi saat yang menyenangkan; harus menjadi seni
Ø  Untuk memperoleh nilai dalam mata kuliah Vokal
Ø  Melatih membuat karya ilmiah
1.3              Rumusan Masalah
Rumusan masalah pada penulisa makalah ini akan mencakup semua poin-poin penting yang terdapat pada buku Dirigen II diantaranya;
Ø  Seperti apakah pernafasan dalam bernyanyi?
Ø  Bagaimana cara membentuk suara?
Ø  Bagaimana bernyanyi dengan suara yang bergema?
Ø  Bagaimana menyanyikan nada dengan tepat?
Ø  Menjelaskan cara meningkatkan ucapan yang jelas!
Ø  Bagaimana cara menyanyikan kalimat nyanyian yang utuh?
Ø  Seperti apa eksprersi dalam bernyanyi?
Ø  Bagaiman cara menggunakan mikrofon dan pengeras suara?
1.4              Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan dalam penulisan makalh ini adalah terdiri dari tiga bab yaitu bab I yang berjudul Pendahuluan disini menjelaskan mulai dari latar belakang penulisan, tujuan penulisan, rumusan masalah, dan sistematika penulisan. Kemudian bab II yang diberi judul pembahasan, bagian ini merupakan inti dari makalah. Keseluruhan pembahasan akan ditutup dengan bab III yang berjudul Penutup mencakup kesimpulan dan saran.












BAB II
PEMBAHASAN


2.1 Bernafas Dengan Baik
      Bernafas merupakan irama yang sangat alamiah dalam kehidupan manusia. Dalam bernyanyi, pernapasan tidak hanya memegang peranan dalam menciptakan suara, tetapi juga suasana yang dikehendaki dari suatu nyanyian.
2.1.1  Tiga Macam Pernapasan
Ø  Pernapasan bahu
Disini cara pengambilan napasnya dengan cara mengembangkan bagian atas paru-paru, sehingga mendesak bahu menjadi terangkat ke atas. Namun mengambil napas dengan cara ini sangat dangkal, tetapi tidak tahan lama dan juga sikap tubuh  menjadi kurang indah.
Ø  Pernapasan dada
Di sini napas sepenuhnya dimasukkan dalam paru-paru sehinnga rongga dada membusung ke depan. Pernapasan ini memiliki kelemahan yaitu paru-paru cepat menjadi lelah dalam menahan udara; maka suara yang dihasilkan tidak stabil, karena udara yang dikeluarkan kurang dapat diatur.
Ø  Pernapasan diafragma
Di sini paru-paru dapat terisi penuh tanpa terjepit, karena ruangan diperluas dengan menegangnya sekat rongga badan atau diafragma yang bergerak ke bawah. Pengeluaran napas di sini terjadi karena diafragma menekan paru-paru dari bawah serta dibantu oleh otot-otot perut dan otot-otot sisi badan. Dengan demikian pengeluaran napas diatur oleh kehendak kita sendiri dan menghasilkan suara yang meyakinkan.
Pernapasan yang paling baik dari ketiga pernapasan di atas adalah pernapasan diafragma. Tetapi tidak semua orang dapat melakukannya dengan mudah. Perhatikan bahwa dasar untuk bernapas dengan baik adalah keseimbanga antara sikap bertegang dan sikap kendur. Latihan yang paling sederhana untuk menguasai diafragma agar dapat bergerak dengan cepat dan kuat yaitu tertawa terbahak-bahak, sehingga perut merasa terguncang-guncang; sekaligus terusirlah kesedihan, ketakutan dan segala macam ketegangan.
2.1.2  Tiga cara pengambilan napas
Ø  Pengambilan napas yang dalam pada awal nyanyian atau kalimat nyanyian.
Perhatikanlah bahwa pengaturan napas tidak boleh terjadi dengan mempersempit ruang dada, tetapi dengan menggerakkan diafragma. Ambilah napas sebanyak-banyaknya melalui hidung. Keuntungannya ialah udara dibersihkan dan tenggorokan menjadi lebih luas.
Soal pokok dalam bernapas waktu bernyanyi, penyanyi harus membagikan persediaan napas hingga mencakupi sampai akhir baris. Maksud utama dari napas ialah untuk membangkitkan suara. Dalam paduan suara, pengambilan napas bersama juga menciptakan kesatuan antara para penyanyi, membangkitkan kehendak bersama untuk melagukan musik.
Ø  Mencuri napas di tengah nyanyian bila tidak ada saat untuk mengambil napas.
Cara ini hendaknya dilakukan secermat mungkin sehingga hamper tidak kentara ( perhatikan latihan 6 pada buku Dirigen II)
Ø  Pengambilan napas secara bergantian
Ini khusus dalam paduan suara. Bila ada suatu nada yang ditahan panjang dan tidak boleh diputus, maka pengambilan napas dilakukan dengan tidak serempak oleh seluruh kelompok suara (misalnya semua penyanyi sopran), namun berganti-gantian oleh masing-masing penyanyi. Dengan demikian timbul kesan seakan-akan nada itu berhasil ditahan panjang, tanpamengambil napas.
2.1.3  Catatan mengenai sikap tubuh
    Sikap tubuh dalam bernapas waktu bernyanyi merupakan hal yang cukup penting. Pernapasan merupakan irama yang sangat alamiah dalam kehidupan manusia. Namun dalam musik seringkali terdapat irama yang lain daripada irama napas yang spontan. Tentu kita hanya boleh mengambil napas pada saat-saat tertentu. Maka harus kita jaga agar tidak timbul suatu ketegangan. Sikap menyanyi yang terbaik yaitu dengan sikap bebas dari semua ketegangan yang mengganggu dengan kepala sedikit tunduk dan kaki kana sebaiknya agak maju ke depan.


2.2  Membentuk Suara
2.2.1  Terjadinya suara
Sebelum kita menyanyi, kita harus ‘memompa’ udara ke dalam paru-paru yang dibantu oleh otot-otot perut, otot dada dan otot sisi tubuh serta diafragma. Lalu udara mulai ‘dihembuskan’ sedemikian rupa sehingga menggetarkan pita suara. Kemudian getaran-getaran itu baru menjadi suara yang jelas dan indah di dalam rongga mulut.  Suatu keistimewaan yang dimiliki manusia dan tidak dapat ditirukan oleh alat musik apapun sampai saat ini, yaitu kemampuan membentuk suara menjadi ucapan-ucapan, baik huruf hidup maupun mati karena manusia memiliki alat-alat ucapan atau alat artikulasi, sedangkan alat musik yang lain tidak memilikinya. Alat-alat artikulasi tersebut yaitu: bibir, gigi, lidah, langit-langit keras dan langit-langit lunak, rongga mulut, rongga hidung dan anak tekak.
2.2.2  Pita suara yang luwes
 Syarat mutlak untuk bernyanyi dengan baik adalah pita suara dan tenggorokan yang bersifat luwes. Untuk menghindari bahwa pita suara  menjadi tegang dan kaku maka setiap latihan menyanyi seharusnya diawali dengan latihan yang membantu agar indera suara kita, terutama pita suara menjadi luwes dan ringan.

2.2.3   Sikap mulut dalam bernyanyi
Ø  Bibir ; dalam bernyanyi bibir harus kokoh dan tidak boleh bergetar. Salah satu caranya dengan menyanyikan huruf ‘o’ bibir tidak boleh membentuk corong. Periksalah di muka cermin.
Ø  Rahang bawah
Hendaknya rahang bawah dilatih untuk membuka dan menutup dengan lancar dan luwes. Setiap huruf hidup terutama ‘u’ dan ‘i’ yang dinyanyikan pada nada tinggi memerlukan gerakan rahang bawah yang membuka lebih luas, untuk menghindari suara yang terjepit. Dengan gerakan ini pula volume suara tetap bisa dipertahankan.
Ø  Lidah
Lidah juga hendaknya bersikap luwes, jangan kaku. Untuk melangsingkan lidah yang terlalu ‘berat’ bunyikanlah ‘a’ dengan ujung lidah membuat lingkaran-lingkaran kecil. Kemudian dilanjutkan dengan latihan menggerakkan lidah ke kanan dan ke kiri dengan cepat.
2.2.4  Artikulasi huruf hidup
Pembentukan huruf hidup tergantung dari sikap rongga mulut terutama lidah.
Ø  Huruf ‘a’
Merupakan dasar dari pengucapan semua huruf hidup yang lain. Waktu menyanyikan ‘a’ sebaiknya bibir membentuk seperti corong yang bundar dan rahang bawah diturunkan cukup jauh.
Ada 3 macam cara untuk inseting dengan ‘a’’:
·         Memulai dengan keras
·         Memulai dengan didahului ‘h’ , ‘m’ , atau ‘n’
·         Memulai dengan lembut
Ø  Huruf  ‘o’ dan ‘o’
Keduanya berasal dari huruf ‘a’ namun kini bentuk corong bibir diperlonjong dan sedikit dipersempit daripada sikap bibir waktu mengucapkan ‘a’.
Ø  Huruf ‘u’
‘u’ merupakan perubahan corong bibir dari dalam uruf ‘o’ yang dipersempit dan dimajukan ke depan. Ujung lidah menyentuh gigi bawah dan sedikit membusung di bagian belakang.
Ø  Huruf ‘i’
Untuk membentuk huruf ‘i’ , bagian tengah dari lidah naik ke atas namun  ujungnya tetap menyentuh gigi bawah. Bibir harap tetap membentuk corong, giggi atas dan bawah harap nampak.
Ø  Huruf ‘e’ , ‘e’, dan ‘e’
Untuk mendapat ‘e’ yang bulat, rahang bawah sedikit diturunkan sehingga tidak terlalu sempit.


2.2.5  Huruf hidup yang terang dan yang gelap
    Dalam paduan suara, warna huruf dari seluruh anggota harus seragam, sehingga mengahasilkan suara keseluruhan yang bagus dan jelas. Terutama dalam huruf yang terang. Huruf yang bewarna gelappun dapat dibenarkan dengan syarat:
·         Dipergunakan secara seragam oleh semua anggota paduan suara
·         Dipergunakan  tepat pada tempatnya, yaitu untuk memberikan kesan murung dan sedih  dalam lagu-lagu tertentu.

2.2.6  Artikulasi huruf rangkap (diphthong)
      Di dalm bahasa Indonesia banyak penggunaan kata-kata dengan huruf rangkap misalnya: ‘au’  :’dikau’, ‘tembakau’, ‘lampau’, ‘sentausa’. Di sini huruf yang mendahului adalah huruf terbuka dan diikuti huruf tertutup. Maka cara mengucapkannyayaitu: huruf yang mendahului diucapkan lebih lama dan sedikit ditekan, kemudian beralih dengan luwes ke dalam bunyi yang mengikutinya. Dalam peralihan itu mudah terjadi bunyi yang lain misalnya: ‘au’  menjadi  ‘ow’ sehingga untuk mempertahankannya jangan berubah kea arah satu bunyi saja, misalnya: ‘selesaaa-i’ atau ‘selesaiii’.
2.2.7  Menjaga kesehatan
    Menjaga kesehatan suara merupakan usaha yang tidak kalah pentingnya dibandingkan dengan usaha untuk membentuk suara. Hal-hal yang perlu kita jaga untuk menghindari suara kita dari bahaya-bahaya yang dapat merusakkan suara ialah:
Ø  Janganlah memaksakaan diri untuk menyanyikan nada-nada tinggi yang belum dikuasai.
Ø  Hindarilah kebiasaan minum es pada saat sebelum atau sesudah latihan, saat hari yang  amat panas, kemudian minuman yang terlalu panas juga sebaiknya dihindarkan. Sebab berpengaruh buruk pada gigi.
Ø  Memaksakan diri menyanyi waktu sedang sakit.
Ø  Makanan-makanan berminyak, pedas-pedas cukup dihindarkan 3-4 jam sebelum menyanyi. Tetapi minum minuman keras dianjurkan untuk dihindari sedapat mungkin sebab dapat mempengaruhi pernapasan.
Ø  Kebiasaan-kebiasaan yang baik yaitu minum segelas air dingin pada pagi hari dan sambil senam sambil menhirup udara pagi sedalam-dalamnya sangat membantu bagi kejernian suara.
Ø  Suatu ‘obat’ terbaik untuk meringankan suara yang serak yaitu air liur kita sendiri. Karena itu dianjurkan sebelum dan waktu bernyanyi kita menaik-turunkan rahang bawah sehingga akan merangsang produksi air liur dengan sendirinya.
Ø  Sebaiknya waktu bernyanyi  jangan dalam keadaan perut kosong sama sekali atau sangat kenyang. Ini mempengaruhi kekuatan diafragma.
Ø  Berusaha selalu menyanyi dengan gembira, bebas tanpa ketegangan, sebab menyanyi bukanlah suatu paksaan/tekanan yang dapat menyebabkan sakit jiwa.


2.3   Bernyanyi dengan suara yang bergema (resonansi)

2.3.1  Resonansi
Resonansi adalah gejala ‘bunyi kembali’ dari suatu ruangan, semacam gema yang timbul karena adanya ruangan yang memliki dinding-dinding yang keras sehingga sanggup memantulkan suara. Denagn adanya ruang udara yang beresonansi, suara manusia tidak hanya diperkeras tetapi dapat diperindah dengan nada- nada yang gemilang.
2.3.2  Rongga- rongga resonansi untuk suara manusia
      Dapat dibagi menjadi 2 macam ;
a.       Rongga resonansi yang bentuknya tak dapat di ubah
Terdiri dari :
ü  Rongga dahi (paling penting di antara semua rongga )
ü  Rongga tulang (terdapat di belakang rongga tulang hidung)
ü  Rongga tulang saringan (terdapat di kanan kiri tulang baji)
ü  Rongga rahang (baik yang atas maupun yang bawah)
b.      Rongga resonansi yang bentuknya dapat di ubah
Terdiri dari :
ü  Rongga tenggorokan (dibawah anak tekak)
ü  Rongga mulut
ü  Rongga hidung
Fungsi dari semua rongga terutama rongga yang dapat berubah ialah menimbulkan perbedaan- perbedaan warna suara dan huruf hidup. Semakin banyak udara yang termuat dalam rongga-rongga resonansi itu, maka semakin banyak suara yang di timbulkan, karena udara itu turut bergetar.

2.3.3  Tujuan yang mau dicapai
Setiap maunusia memiliki rongga resonansi. maka tujuan nyang dicapai dari resonansi itu  adalah sebagai berikut
Ø   Menyadari adanya resonansi
Untuk latihan resonansi ini, pakailah lagu yang sederhana. Adapun  cara bersenandung yang baik yaitu bibir dikatupkan ringan, gigi atas dan bawah tidak dirapatkan, pangkal lidah jangan ditekan, serta rongga mulut dan tenggorokan membentuk ruang yang seluas mungkin.
Ø  Memperbesar ruang resonansi
Untuk mencari resonansi suara yang paling baik, hendaknya kedua telapak tangan menutup daun telinga. Kemudian nyanyikan bunyi ‘m’ dengan menurun-naikkan langit-langit lunak.
Ø  Memperkeras dinding- dinding rongga resonansi
Dinding-dinding rongga resonansi ini dapay diandaikan seperti dinding-dinding tebing di bukit-bukit. Suara akan dipantulkan secara sempurna dan berulang-ulang dari dinding satu ke dinding yang lainnya jika dinding-dinding yan dimaksud merupakan dinding-dinding batu atau karang yang keras.
2.4   Menyanyikan nada dengan tepat
Beberapa alasan mengapa nada-nada dinyanyikan kurang tepat, diantaranya :
Ø  Suasana bernyanyi terlalu tegang
Hal tersebut diakibatkan karena krang latihan, sehingga angggota paduan suara meras belum menguasai lagu yang dinyanyikan, takut mencapai nada yang tinggi, dan sikap dirigen yang mencela seseorang dengan sikap negative sehingga ia kehilangan percaya diri dan  ragu-ragu.
Ø  Konsentrasi dalam bernyanyi kurang
Tinggi nada mudah melorot apabila anggota paduan suara atau dirigen kurang berkonsentrasi.
Ø  Para penyanyi kehabisan napas
Hal yang mengakibatkan kehabisan napas yaitu pernapasan kurang sempurna, pengambilan napas kurang jelas, dan penyanyi terlalu lelah. Maka para penyanyi sebaiknya latihan untuk mengatur napas mereka.
Ø  Nada yang ditahan, melelahkan
Alasan tinggi nada mudah menjadi turun yaitu ulangan nada yang sama menyebabkan nada itu menjadi lesu, maka akan terasa lelah karena adanya ketegangan yang terus menerus.
Ø  Para penyanyi kurang peka akan keselarasan akan gabungan suara
Hal ini disebakan karena mereka kurang mendengar instrument pengiring, tidak peka akan bunyi akor selurunhnya, dan kurang bersatu dengan anggota lain. Maka setiap anggota paduan suara harap mencari keselarasan dengan suara- suara lainnya.
Ø  Kurang mahir membidik lompatan suara
Kesukaran membidik lompatan nada yaitu suara menjadi semakin besar dengan semakin besar intervalnya.
Ø  Nada- nada peralihan register suara sukar dikuasai
Dalam hal ini perlu dintuntut ketegangan yang lebih tinggi, sehingga kontrol terhadap pita suara menjadi lebih besar.
Ø  Nada- nada pada batas wilayah suara sukar dinyanyikan
Suara yang rendah biasanya sudah tidak stabil lagi atau tidaj bisa kokoh. Maka nada- nada pada umumnya sukar untuk dinyanyikan.
Ø  Huruf- huruf dengan warna gelap dan terang mempengaruhi tinggi nada
Penyebab tinggi nada berubah yaitu pengucapan huruf hidup yang tertutup ( ‘u’, ‘e’, ‘I’ ) yang terlalu gelap.
Ø  Kecenderungan mengikuti tangga nada lain
Alat musik seperti piano, harmonium atau glockenspiel bila distem dengan baik dapat berguna untuk memperkuat tangga nada diatonis.
Ø  Tergelincir waktu mengayunkan nada
Kita tidak menyanyikan suatu interval seperti biasa dengan membunyikan nada pertama lalu membidik nada kedua , tetapi seolah- olah melewati rangkaian nada antara, yang tidak dinyanyikan sendiri- sendiri.

2.5  Menngkatkan ucapan yang jelas (artikulasi/diksi)

Ø  Huruf hidup sebagai dasar
Dalam bernyanyi bersama hendaknya dijaga baik- baik, agar warna dari huruf hidup senantiasa seragam.
Ø  Membentuk huruf mati
Huruf mati merupakan ‘ bunyi bantu’ untuk huruf hidup.
Huruf- huruf mati dibedakan antara lain :
ü  Huruf mati yang bisu
Huruf ‘b’ dan ‘p’
Huruf tersebut menurut cara terjadinya disebut huruf letusan. Kedua bibir mula- mula dikatupkan dan dibuka bersamaan dengan dorongan dari dalam mulut. Namun perlu dijaga pula, agar letusan itu jangan menghabiskan napas terlalu banyak.
Huruf ‘d’ dan ‘t’
Huruf ini juga terjadi dengan cara letusan. Huruf ‘t’ dimulai dengan bibir sudah terbuka dan ujung lidah menekan agak kuat akar gigi atas, sedangkan huruf ‘d’ lidah menekan langit- langit atas di belakang gigi.
Huruf ‘g’ dan ‘k’
Pada huruf ini, letusan terjadi karena bagian belakang lidah menekan langit- langit lunak dan tiba- tiba dibuka.
Huruf ‘s’
Perlihatkanlah gigi seperti waktu tersenyum bila ingin mendapatkan ‘s’ yang bagus.
ü  Huruf mati yang bersuara
Untuk membentuk huruf- huruf mati yang bersuara, kita harus mempergunakan resonansi.
Huruf ‘m’ , ‘n’ dan ‘ng’
Membentuk ‘m’ bibir dikatupkan dengan ringan, jangan ditekankan. Untuk membentuk ‘n’ ujung lidah menyentuh ringan pada belakang gigi atas. Sedangkan ‘ng’ ujung lidah hendaknya diletakkan seperti pada ucapan ‘a’.
Huruf ‘r’ dan ‘l’
‘r’ ditimbulkan karena adanya daun lidah yang digetarkan cepat dan menyentuh langit- langit keras. Dan ‘l’ dibentuk dengan ujung lidah yang menyentuh langit- langit atas langsung di belakang gigi atas.
Huruf ‘w’
‘w’ dibentuk dengan bibir bawah menyentuh ringan pada gigi atas.
Huruf ‘y’
Huruf ‘y’ ada diantara huruf hidup dan huruf mati yang bersuara.
Ø    Menyambung suku kata
Aturan-aturan artikulasi dalam bernyanyi
·                     Aturan pertama
Nyanyikanlah semua suku kata secara bersambung, kecuali ada pemenggalan kalimat musik. Rahasia dari ucapan yang jelas terletak dalam pengelompokaan kata. Kedudukan kata yang wajar artinya akan ditangkap dengan jelas.
·                     Aturan kedua
Huruf bisu boleh diucapkan pada saat menjelang nada yang berikutnya bila suatu suku kata ditutup dengan huruf bisu
·                     Aturan ketiga
Bila huruf dua huruf mati diucapkan berturut- turut, maka ucapan  huruf bisu harus ditunda sebelum huruf mati yang berikutnya.
·                     Aturan keempat
Huruf- huruf ‘m’, ‘n’, ‘l’, ‘r’, ‘w’, ‘ny’, dan ‘ng’ yang mengikuti huruf hidup yang pendek hendaknya dibunyikan langsung.
·                     Aturan kelima
Huruf rangkap dinyanyikan dengan panjang, hendaknya ditahan pada huruf hidup yang pertama dulu, baru ke kuruf kedua.
·                     Aturan keenam
Semua kata yang diawali dengan huruf hidup jangan dimualai denhan letusan.
·                     Aturan ketujuh
Huruf hidup yang dinyanyikan selama beberapa nada yang berlainan, hendaknya dinyanyikan secara bersambung tanpa pisah.

2.6  Menyanyikan kalimat nyanyian yang utuh (phrasering)
Bernyaanyi berarti membawakan suatu lagu dengan menghayati isi dari kata- kata, sebagai pesan dan menyadari nada- nada itu sebagai keesatuan. Setiap nyanyian terdiri  :
Ø  Kalimat bahasa
Untuk menghayati isi dari kata-kata, kita dapat berpangkal dari aturan-aturan tatabahasa, dengan mencari :
·         Bagian-bagian dari kalimat, atau kelompok kata yang merupakan suatu kesatuan.
Kata-kata biasanya dikelompokkan menurut suatu ide yang dicetuskan dalm beberapa kata yang saling melengkapi; yang disusun menurut aturan tata bahasa.
·         Kata pokok yang ditonjolkan
Ada dua kemungkinan untuk menonjolkan suatu kata, yaitu :
a.       Kata tersebut tiba-tiba diucapkan dengan lebih keras dan intesip, tanpa persiapan
b.      Kata yang penting ucapannya ditunda
c.       Suku kata mana yang mendapat tekanan, mana yang tidak.
Ø  Kalimat musik
Kalimat musik terdiri dari banyak nada. Beberapa nada merupakan suatu motif atau tema; tema-tema mengungkapkan suatu ide musik.
a.       Kelompok nada
Dalam setiap melodi dapay kita saksikan bahwa sesudah waktu tertentu terdapat suatu pemenggalan; pada umumnya pemenggalan itu terdapat sesudah dua birama, atau empat birama atau paling-paling delapan birama.
b.      Puncak dari lagu/kalimat
Seringkali puncak dari lagu terdapat pada nada-nada yang tertinggi dalam sebuah kalimat atau lagu; tetapi tidak selalu.
c.       Tekanan nada
Dalam musik tekanan nada ditentukan oleh irama. Nada yang terdapat pada hitungan pertama ari masing-masing birama mendaoat tekanan.

Ø  Kalimat yang dinyanyikan
       Ada dua bentuk yang ekstrim yaitu :
a.    Nyanyian resitatif : di sini kata-kata lebuh penting dari pada lagu; lagunya mengabdi total kepada teksnya
b.   Nyanyian melismatis : satu huruf hidup dipakai untuk serangkaian nada; teks member ruangan penuh kepada lagu.
Ø  Beberapa petunjuk untuk praktek
a.       Tiap kaali kata-kata dari suatu nyanyian menawarkan diri untuk dinyanyikan dalam tempo yang sama maka bacalah teks dengan saksama dan wajar. Baru kemudian mulai memperhatikan lagunya.
b.      Sebaliknya setiap kali musik tampak lebih penting daripada teks maka sebelumnya nynayikan lagu tanpa banyak perhatian pada teks.
c.       Jika teks dan lagu nampa sama pentingnya, maka nyanyian ini sebaiknya dinyanyikan  dua kali.
d.      Untuk menonjolkan suatu kata, entah waktu sedang menyanyi dengan keras atau dengan lembut, maka kata kata dapat sedikit ditunda ucapannya.
e.       Menyambung kalimat. Dapat terjadi bahwa pada akhir dari suatu tema/motif music, kalimat bahasa belum selesai.
f.       Seringkali kita tidak sadar bahwa nyanyian yang kita bawakan sama sekali tidak jelas artikulasinya dan pesannya.

2.7  Menjiwai nyanyian (ekspresi)
2.7.1  Bernyaniym dengan hati
Bernyanyi dengan ‘hati’ berarti: menghayati apa yang sedang dinyanyikan, namun ia ada dalam suasana bermusik, ia telah melupakan hidup sehari-hari, hatinya ikut bernyanyi dan nampak dalam suaranya. Untuk itu selama bernyanyi kita harus menghayati isi nyanyian dengan perasaan /hati kita.
2.7.2  Kesalahan yang sering terjadi
Ø Arah perhatian yang salah
Banyak penyanyi memusatkan perhatian akan dirinya sendiri, bukan akan nyanyian yang sedang dibawakan. Namun bernyanyi berarti ‘mengabdi’ pada music atau mengabdu pada orang lain dengan bermusik ; melayani mereka dengan menyampaikan pesan yang termuat di dalam nyanyian/ music itu.
Ø Teknik yang salah
Kesalahan lain dalam penjiwaan dapat ditemukan dalam bidang teknik suara yaitu suara yang polos dan suara yang bergetarkarena bervibrato dengan berlebih-lebihan.
Ø Kurang dibeda-bedakan
Bernyanyi dengan ‘hati’ berarti pula menjiwai sebuah nyanyian sesuai dengan tujuannya. Dalam membawakan sebuah nyanyian harus sesuai dengan konteks, atau sesuaikan dengan situasi dan kondisi.
2.7.3  Pengunkapan yang menyeluruh
Melalui sikap seluruh pribadi, kita membuat sebuah nyanyian menjadi ‘kelihatan’ sikap badan, sikap tangan, ungkapan wajah kita melengkapi secara visualapa yang kita sampaikan dengan suara. Sebaiknya bernyanyi dengan selurh pribadi dilatih: mula-mula dengan memilih nyanyian hyang memancing gerak-gerik. Tetapi tidak boleh bernyanyi denga terlalu keras.
2.7.4  Teknik penjiwaan
Ø  Merubah volume suara (dinamika)
Teknik penjiwaan yang paling umum adalah dinamika atau perubahan keras lembutnya suara sesuai dengan tanda-tanda atau perasaan.
Tanda-tanda dinamika:
pp      =pianissimo:dinyanyika sangat lembut
p        =piano: dinyanyika dengan lembut
mf       =mezzoforte:dinyanyika dengan sedang antara, antara p dan f
f          =forte:dinyanyikan dengan keras
ff         =fortissimo: dinyanyikan denga keras sekali
<        =crescendo: lambat laun menjadi keras
>        =decrescendo: lambat laun menjadi lembut
Ø  Menghidupkan tempo
Tanda-tanda yang dipakai:
rit.      = ritardando         : menjadi lambat
rall.    = rallentando       : menjadi lambat
acc.    = aaccelerando    : semakin cepat
string.= stringendo        : mendesak agar tempo dipercepat.
Ø  Cara menyambung
Yang dimaksud di sini adalah:
ü  Menyanyikan sepotong nyanyian sebagai kesatuan, sesuai dengan isi kata dan tema lagu (pharasering).
ü  Menyambung nada-nada dengan sungguh-sunggu
ü  Membawakan masing-masing nada dengan putus-putus.
Ø  Mengayunkan nada
Suatu teknik yang berhubungan dengan legato adalah teknik mengayunkan nada: kedua nada dari suatu interval tidak dibidik satu demi satu dengan lompatan, tetapi dijembatani.
Ø  Suara yang hidup (vibrato)
Secara spontan suara manusia dipengaruhi oleh hidup manusia: ketegangan dan pengendoran otot-otot indera suara, yakni diafragma, leher, rahang bawah, pipi, lidah dan bibir; apalagi ketegangan dan pengendoran yan g berasal dari ‘jiwa’ , seperti rasa takut dan gembira. Maka dari itu dianggap baik, kalau suara manusia mencerminkan kehidupan manusia secara wajar dengan adanya vibrato, artinya: suara bergelombang sedikit.
Vibrato yang baik seharusnya bergelombang dengan merata/stabil dan bergelombang sedikit saja, jangan sampai setengah nada.
Ø  Trillen
Teknik trillen artinya membuat getaran yang disengaja dengan menaik-turunkan jakun sehingga bunyi nada itu sendir cepat bergantian dengan nada tetangganya.
Ø  Mewarnai huruf hidup
Huruf hidup dapay dinyanyikan dengan terang dan dengan gelap sesuai dengan isi teks. Huruf gelap untuk menggarus-bawahi kata-kata yang mengungkapkan suasana sedih, murung, agung. Sedangkan huruf terang untuk memperkuat kesan gembira, ringan, bersemangat, hidup, indah, dan lincah.
Ø  Register suara.
Dapat dibedakan menjadi tiga warna suara
ü  Suara dada; di sini terjadi  resonsnsi dada; bunyinya mudah tercampur dengan bunyi ‘h’ (pemborosan napas). Karena sukar dikuasai maka nada-nada itu dapat mencerminkan sikap ragu-ragu.
ü  Suara tengah; mudah sekali dinyanyikan, maka bunyinya mantap dan merdu; resonsansi terjadi dengan rongga mulut dan tenggorokan.
ü  Suara kepala; disebut juga register ‘ falset’. Di sini resonansinya sepenuhnya terjadi dalam ronggga hidung, rongga dahi, rongga tulang baji, rongga tulang saringan. Bunyinya halus dan lembut.

2.8               Menggunakan mikrofon dan pengeras suara

2.8.1  Beberapa catatan teknis
Setiap kesatuan alat pengeras suara terdiri dari tiga bagian :
* Mikrofon untuk menerima suara dalam bentuk getaran udara dan mengubahnya
    menjadi aliran listrik.
*  Amplifier (vesterker) untuk memperkuat alisan listrik yang dating dari mikrofon.
* Pengeras suara (loudspeaker) untuk mengubah kembali aliran listrik menjadi bunyi yang sudah diperkeras.

·         Pengeras suara (loudspeaker)
Bunyi dengung dari pengeras suara yang tidak berasal dari mikrofon (feedback) merupakan suatu gejala yang sangat mengganggu. Gejala yang tidak diinginkan dapat diatasi. Rahasianya terletak didalam susunan tempat pengeras suara dan mikrofon.
·         Amplifier (vesterker)
Amplivier adalah alat yang pada umumnya sangat halus, maka dapat mengalami kerusakan sampai menjadi rusak samasekali kalaau ditangani oleh orang yang tidak mengerti. Seorang operator yang mengatur amplifier tidak hanya harus mahir dalam bidang elektronik, tetapi sekaligus mempunyai perasaan yang peka dalam seni musik, karena nasib dari orang yang bernyanyi dimuka mikrofon sebenarnya terletak ditangannya.
·         Mikrofon
Mikrofon adalah alat yang langsung dihadapi oleh seorang penyanyi. Macam-macam mikrofon :
a. Mikrofon yang dipakai untuk memperkeras pidato
b.Mikroon yang dipakai oleh penyanyi diatas panggung
c.Mikrofon yang dipakai untuk siaran radio dan rekaman yang bermutu
d.Dan lain-lain
2.8.2        Beberapa petunjuk untuk bernyanyi dimuka mikrofon, antara lain :
Ø  Anggaplah sebuah mikrofon sebagai sebatang bunga yang halus.
Sebuah mikrofon selain memperkuat suara, memperkeras juga sentuhan yang sengaja dan tidak. Maka kita harus berhati-hati kalau memindahkan tempat, mengubah tinggi, apalagi ketika masih dalam pegangan kita.
Ø  Jagalah jarak dan arah dari mikrofon
Hasil suara yang diperoleh banyak tergantung dari posisi mikrofon terhadap mulut yang bernyanyi. Jarak yang paling baik yaitu 20 cm, membuat sudut 45° ke atas, sedikti dibawah mulut. Jarak antara mulut penyanyi dengan mikrofon sedapat-dapatnya selalu sama. Dengan menjauhkan diri dari mikrofon maka suara yang dihasilkan lekas menjadi lembut; kalau jaraknya ditambah menjadi dua kali lipat maka suara yang dihasilkan menjadi seperemat dari yang semula.
Ø  Bernyanyilah dengan suara yang sedang
Bernyanyi didepan mikrofon tidak perlu dengan suara yang keras. Karna mengakibatkan suara berubah menjadi pecah dan tajam.Volume suara yang paling baik untuk ruang maupun orang tertentu hanya dapat diketemukan dengan mengadakan percobaan bersama operator dan dirigen waktu latihan.
Ø  Janganlah mengambil napas yang dalam ke arah mikrofon
Sebuah mikrofon tidak hanya memperkeras suara, tetapi memperjelas juga semua detail-detail seperti sebuah kaca pembesar. Seorang solis dimuka mikrofon jangan sekali-kali mengambil napas melalui hidung tetapi selalu melalui mulut yang dibuka secukupnya. Sedapat-dapatnya waktu mengambil napas kepala diaraahkan ke samping.
Ø  Hindarilah bunyi decak dalam mulut
Kalau kita mulai menyanyi, kadang-kadang terdengar suara deck waktu membuka mulut. Dalam pembicaraan/nyanyian bunyi itu tidak apa-apa, namun di muka mikrofon akan diperkeras sehingga mengakibatkan kesan kurang sopan. Gejala ini dapat dihindari dengan mengusahakan lidah dipisahkan dari langit-langit sebelum membuka mulut.
Ø  Jagalah ucapan huruf ‘b’ , ‘p’ dan ‘s’
Huruf ‘b’ dan ‘p’ dibentuk dengan membuat letusan kecil pada bibir. Dalam jarak dekat dengan mikrofon letusan itu seakan-akan menyentak mikrofon hingga yang terdengar dalam pengeras suara tidak lagi ‘b’ dan ‘p’ tetapi suara Guntur. Bunyi ‘s’ adalah bunyi napas yang melewati gigi. Dalam jarak dekat dengan mikrofon bunyi itupun dapat berubah samasekali menjadi deru angin kalau diarahkan langsung ke mikrofon. Semua gejala ini ini dapat dihindari dengan membelokkan kepala sedikit dari arah mikrofon.
Ø  Dengarkanlah selalu suara yang selalu dihasilkan
Dengan mikrofon ditangan belum terjamin bahwa suara kita sudahmenjadi indah. Tidak hanya operator yang harus menjaga agar hasil suara menjadi sebaik mungkin, namun orang yang bernyanyi dimuka mikrofonlah yang berperan utama. Oleh karena itu penyanyi selalu harus bersikap kritis terhadap bunyi yang dihasilkan oleh pengeras suara.








BAB III
PENUTUP


Dalam mempelajari teknik bernyanyi atau belajar vokal ada begitu banyak teori yang harus kita ketehaui. vokal adalah dunia seni yang semua orang dapat melatihnya, namun di perlukan keuletan untuk mendapatkan vokal yang baik dan enak untuk di dengar. Maka untuk membentuk suara menjadi lebih sempurna salah satunya dengan menguasai materi ini. Tetapi bukan hanya teori yang kita kuasai tetapi juga harus disesuaikan dengan praktek. Latihan yang dilakukan secara terus menerus dapat mengahasilkan perubahan yang positif terhadap suara.  Setiap latihan dikatakan berhasil jika dilakukan secara berulang, dilaksanakan dengan sungguh-sungguh. Latihan juga harus disesuaikan dengan situasi lingkungan sekitarnya. Dalam arti sesuaikan dengan tempat dan waktu yang tenang untuk berlatih. Pergunakanlah semua kesempatan yang ada untuk melatih suara.
Kita semua mendapat suara yang sebenarnya dapat berbunyi dengan indah dan merdu; marilah kita menguasai ‘instrumen’ kita, hingga bunyinya semakin sempurna.















DAFTAR PUSTAKA

Pusat Musik Liturgi,2011,menjadi dirigen II: Percetakan Rejeki, Yogyakarta 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar