REVIEW
BUKU DIRIGEN II
(TUGAS MATA KULIAH VOKAL)
O
L
E
H
WILFEBRI OSWALDUS WIKO
N I M : 1282041052
PRODI
PENDIDIKAN SENDRATASIK
FAKULTAS
SENI DAN DESAIN
UNIVERSITAS
NEGERI MAKASSAR
2012
KATA PENGANTAR
Buku “MENJADI DIRIGEN II” adalah salah
satu buku pegangan dalam usaha membentuk suara. Buku ini sengaja dikemas lagi
dalam bentuk makalah sebagai tugas mata kuliah vokal agar mudah dipelajari dan
dipahami secara mendalam lagi.
Dalam
penyusunan makalah ini, saya susun tidak berjalan sendiri untuk itu saya
ucapkan puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan
bimbingan-Nya, makalah ini dapat diselesaikan dengan baik dan tepat pada waktu
yang ditentukan.
Tidak
lupa saya ucapkan terima kasih kepada Bapak Toni selaku dosen mata kuliah vokal
yang telah memotifasi kami untuk buat karya tulis dalam bentuk makalah ini
sehingga mempermudah untuk mempelajari secara mendalam lagi dari buku “Dirigen
II”. Terima kasih juga kepada teman-teman dan semua pihak yang telah membantu
demi menyelesaikan makalah ini.
Semoga
makalah ini dapat membantu dalam usaha membentuk suara. Jika ada yang kurang
paham/ kurang lengkap, segala kritik dan saran dari semua pihak sangat saya
harapkan demi penyempurnaan makalh ini. Akhirnya saya ucapkan terima kasih dan
“selamat membaca!!!”
Penyusun
DAFTAR ISI
HALAMAN
JUDUL………………………….……………………………………………i
KATA
PENGANTAR……………………………………………………………………...ii
DAFTAR
ISI……………………………………………………………………………….iii
BAB I: PENDAHULUAN………………………………………………………………...1
1.1 Latar
Belakang……………………………………………………………………..1
1.2 Tujuan
Penulisan…………………………………………………………………...1
1.3 Rumusan
Masalah………………………………………………………………….2
1.4 Sistematika
Penulisan…………………………………………………………….. 2
BAB
II: PEMBAHASAN…………………………………………………………………..3
2.1 Bernafas dengan baik………………………………………………………………
3
2.1.1 Tiga Macam Pernapasan…………………………………………………… 3
2.1.2
Tiga cara pengambilan napas…………………………………………………4
2.1.3 Catatan mengenai sikap
tubuh……………………………………………… 4
2.2
Membentuk Suara………………………………………………………………….5
2.2.1 Terjadinya suara………………………………………………………………5
2.2.2 Pita suara yang luwes…………………………………………………………5
2.2.3 Sikap mulut dalam
bernyanyi……………………………………………… 5
2.2.4
Artikulasi huruf hidup……………………………………………………… 6
2.2.5 Huruf hidup yang terang dan yang
gelap……………………………………..6
2.2.6 Artikulasi huruf rangkap
(diphthong)……………………………………….. 7
2.2.7 Menjaga kesehatan……………………………………………………………7
2.3Bernyanyi dengan
suara yang bergema (resonansi)…………………………………8
2.3.1Resonansi………………………………………………………………………8
2.3.2 Rongga- rongga resonansi untuk
suara manusia……………………………...8
2.3.3
Tujuan yang mau dicapai…………………………………………………...9
2.4Menyanyikan nada dengan tepat…………………………………………………...9
2.5 Meningkatkan
ucapan yang jelas (artikulasi/diksi)……………………………….11
2.6
Menyanyikan kalimat nyanyian yang utuh (phrasering)……………………… 13
2.7
Menjiwai nyanyian (ekspresi)……………………………………………………14
2.7.1 Bernyaniym dengan hati…………………………………………………… 14
2.7.2 Kesalahan yang sering terjadi………………………………………………
15
2.7.3 Pengunkapan yang menyeluruh…………………………………………… 15
2.7.4
Teknik penjiwaan………………………………………………………….15
2.8 Menggunakan mikrofon dan pengeras
suara……………………………………. 17
2.8.1 Beberapa catatan teknis…………………………………………………….
17
2.8.2 Beberapa petunjuk untuk bernyanyi di muka
mikrofon………………….... 18
BAB III : PENUTUP……………………………………………………………………...20
Kesimpulan………………………………………………………………………..
20
DAFTAR PUSTAKA
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Bernyanyi merupakan
suatu kecenderungan manusia untuk mengungkapkan
diri. Oleh karena itu bernyanyi dengan baik dapat dipelajari oleh setiap
orang, bahkan oleh mereka yang merasa tidak bisa. Sekarang ini banyak orang
yang sebenarnya punya bakat/ dianggap bisa dalam bernyanyi tetapi karena ada
beberapa hal sehingga mereka dianggap tidak bisa. Beberapa hal yang dimaksud
adalah 1) Merasa takut; ada orang yang pada masa mudanya pernah dinyatakan
bahwa suaranya jelek. Dapat terjadi kemudian mereka menahan diri untuk
bernyanyi. Oleh karena itu suaranya tidak pernah dilatih dan tidak berkembang.
2) Kekurangan dalam pendengaran; Ada orang yang kurang peka dalam mendengar
karena mereka kurang berlatih untuk membandingkan suaranya sendiri dengan suara
orang lain atau dengan suara instrumen. Meskipun mereka senang sekali
bernyanyi, namun suaranya sering tidak selaras. 3) Cacat; ada pula beberapa
orang yang indera suaranya cacat sehingga mereka tidak dapat bernyanyi dengan
baik, atau samasekali tidak dapat bernyanyi.
Jelaslah bahwa hanya sedikit orang yang sungguh tidak
bisa berlatih dan balajar untuk bernyanyi, sedang yang lain semua sebenarnya
dapat meningkatkan mutu suaranya dengan latihan-latihan.
Sekarang ini banyak
orang yang tidak menggunakan tekhnik secara benar dalam bernyanyi. Untuk itu
makalah ini perlu disusun untuk dijadikan bahan pembelajaran dalam belajar
vocal.
1.2
Tujuan Penulisan
Penulisan makalah ini
mempunyai tujuan sebagai berikut;
Ø Untuk
mengetahui secara benar teknik menyanyi tetapi tidak terbatas pada
penguasaan teknik saja . Teknik
bernyanyi mengabdi kepada music yang hidup. Artinya setiap latihan yang bersifat teknispun, harus menjadi saat yang
menyenangkan; harus menjadi seni
Ø Untuk
memperoleh nilai dalam mata kuliah Vokal
Ø Melatih
membuat karya ilmiah
1.3
Rumusan Masalah
Rumusan
masalah pada penulisa makalah ini akan mencakup semua poin-poin penting yang
terdapat pada buku Dirigen II diantaranya;
Ø Seperti
apakah pernafasan dalam bernyanyi?
Ø Bagaimana
cara membentuk suara?
Ø Bagaimana
bernyanyi dengan suara yang bergema?
Ø Bagaimana
menyanyikan nada dengan tepat?
Ø Menjelaskan
cara meningkatkan ucapan yang jelas!
Ø Bagaimana
cara menyanyikan kalimat nyanyian yang utuh?
Ø Seperti
apa eksprersi dalam bernyanyi?
Ø Bagaiman
cara menggunakan mikrofon dan pengeras suara?
1.4
Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan
dalam penulisan makalh ini adalah terdiri dari tiga bab yaitu bab I yang
berjudul Pendahuluan disini menjelaskan mulai dari latar belakang penulisan,
tujuan penulisan, rumusan masalah, dan sistematika penulisan. Kemudian bab II
yang diberi judul pembahasan, bagian ini merupakan inti dari makalah.
Keseluruhan pembahasan akan ditutup dengan bab III yang berjudul Penutup
mencakup kesimpulan dan saran.
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1
Bernafas Dengan Baik
Bernafas merupakan irama yang sangat
alamiah dalam kehidupan manusia. Dalam bernyanyi, pernapasan tidak hanya
memegang peranan dalam menciptakan suara, tetapi juga suasana yang dikehendaki
dari suatu nyanyian.
2.1.1 Tiga Macam Pernapasan
Ø Pernapasan
bahu
Disini cara pengambilan
napasnya dengan cara mengembangkan bagian atas paru-paru, sehingga mendesak
bahu menjadi terangkat ke atas. Namun mengambil napas dengan cara ini sangat
dangkal, tetapi tidak tahan lama dan juga sikap tubuh menjadi kurang indah.
Ø Pernapasan
dada
Di sini napas
sepenuhnya dimasukkan dalam paru-paru sehinnga rongga dada membusung ke depan.
Pernapasan ini memiliki kelemahan yaitu paru-paru cepat menjadi lelah dalam
menahan udara; maka suara yang dihasilkan tidak stabil, karena udara yang
dikeluarkan kurang dapat diatur.
Ø Pernapasan
diafragma
Di sini paru-paru dapat
terisi penuh tanpa terjepit, karena ruangan diperluas dengan menegangnya sekat
rongga badan atau diafragma yang bergerak ke bawah. Pengeluaran napas di sini
terjadi karena diafragma menekan paru-paru dari bawah serta dibantu oleh
otot-otot perut dan otot-otot sisi badan. Dengan demikian pengeluaran napas
diatur oleh kehendak kita sendiri dan menghasilkan suara yang meyakinkan.
Pernapasan yang paling
baik dari ketiga pernapasan di atas adalah pernapasan diafragma. Tetapi tidak
semua orang dapat melakukannya dengan mudah. Perhatikan bahwa dasar untuk
bernapas dengan baik adalah keseimbanga antara sikap bertegang dan sikap
kendur. Latihan yang paling sederhana untuk menguasai diafragma agar dapat
bergerak dengan cepat dan kuat yaitu tertawa terbahak-bahak, sehingga perut
merasa terguncang-guncang; sekaligus terusirlah kesedihan, ketakutan dan segala
macam ketegangan.
2.1.2 Tiga cara pengambilan napas
Ø Pengambilan
napas yang dalam pada awal nyanyian atau kalimat nyanyian.
Perhatikanlah bahwa
pengaturan napas tidak boleh terjadi dengan mempersempit ruang dada, tetapi
dengan menggerakkan diafragma. Ambilah napas sebanyak-banyaknya melalui hidung.
Keuntungannya ialah udara dibersihkan dan tenggorokan menjadi lebih luas.
Soal pokok dalam
bernapas waktu bernyanyi, penyanyi harus membagikan persediaan napas hingga
mencakupi sampai akhir baris. Maksud utama dari napas ialah untuk membangkitkan
suara. Dalam paduan suara, pengambilan napas bersama juga menciptakan kesatuan antara para penyanyi, membangkitkan kehendak
bersama untuk melagukan musik.
Ø Mencuri
napas di tengah nyanyian bila tidak ada saat untuk mengambil napas.
Cara ini hendaknya
dilakukan secermat mungkin sehingga hamper tidak kentara ( perhatikan latihan 6
pada buku Dirigen II)
Ø Pengambilan
napas secara bergantian
Ini khusus dalam paduan
suara. Bila ada suatu nada yang ditahan panjang dan tidak boleh diputus, maka
pengambilan napas dilakukan dengan tidak serempak oleh seluruh kelompok suara
(misalnya semua penyanyi sopran), namun berganti-gantian oleh masing-masing
penyanyi. Dengan demikian timbul kesan seakan-akan nada itu berhasil ditahan
panjang, tanpamengambil napas.
2.1.3 Catatan mengenai sikap tubuh
Sikap tubuh dalam bernapas waktu bernyanyi
merupakan hal yang cukup penting. Pernapasan merupakan irama yang sangat
alamiah dalam kehidupan manusia. Namun dalam musik seringkali terdapat irama
yang lain daripada irama napas yang spontan. Tentu kita hanya boleh mengambil
napas pada saat-saat tertentu. Maka harus kita jaga agar tidak timbul suatu
ketegangan. Sikap menyanyi yang terbaik yaitu dengan sikap bebas dari semua
ketegangan yang mengganggu dengan kepala sedikit tunduk dan kaki kana sebaiknya
agak maju ke depan.
2.2 Membentuk Suara
2.2.1 Terjadinya suara
Sebelum kita menyanyi,
kita harus ‘memompa’ udara ke dalam paru-paru yang dibantu oleh otot-otot
perut, otot dada dan otot sisi tubuh serta diafragma. Lalu udara mulai
‘dihembuskan’ sedemikian rupa sehingga menggetarkan pita suara. Kemudian
getaran-getaran itu baru menjadi suara yang jelas dan indah di dalam rongga
mulut. Suatu keistimewaan yang dimiliki
manusia dan tidak dapat ditirukan oleh alat musik apapun sampai saat ini, yaitu
kemampuan membentuk suara menjadi ucapan-ucapan, baik huruf hidup maupun mati
karena manusia memiliki alat-alat ucapan atau alat artikulasi, sedangkan alat
musik yang lain tidak memilikinya. Alat-alat artikulasi tersebut yaitu: bibir,
gigi, lidah, langit-langit keras dan langit-langit lunak, rongga mulut, rongga
hidung dan anak tekak.
2.2.2 Pita suara yang luwes
Syarat mutlak untuk bernyanyi dengan baik
adalah pita suara dan tenggorokan yang bersifat luwes. Untuk menghindari bahwa
pita suara menjadi tegang dan kaku maka
setiap latihan menyanyi seharusnya diawali dengan latihan yang membantu agar
indera suara kita, terutama pita suara menjadi luwes dan ringan.
2.2.3 Sikap mulut dalam bernyanyi
Ø Bibir
; dalam bernyanyi bibir harus kokoh dan tidak boleh bergetar. Salah satu
caranya dengan menyanyikan huruf ‘o’ bibir tidak boleh membentuk corong.
Periksalah di muka cermin.
Ø Rahang
bawah
Hendaknya rahang bawah
dilatih untuk membuka dan menutup dengan lancar dan luwes. Setiap huruf hidup
terutama ‘u’ dan ‘i’ yang dinyanyikan pada nada tinggi memerlukan gerakan
rahang bawah yang membuka lebih luas, untuk menghindari suara yang terjepit.
Dengan gerakan ini pula volume suara tetap bisa dipertahankan.
Ø Lidah
Lidah juga hendaknya
bersikap luwes, jangan kaku. Untuk melangsingkan lidah yang terlalu ‘berat’
bunyikanlah ‘a’ dengan ujung lidah membuat lingkaran-lingkaran kecil. Kemudian
dilanjutkan dengan latihan menggerakkan lidah ke kanan dan ke kiri dengan
cepat.
2.2.4 Artikulasi huruf hidup
Pembentukan huruf hidup
tergantung dari sikap rongga mulut terutama lidah.
Ø Huruf ‘a’
Merupakan dasar dari
pengucapan semua huruf hidup yang lain. Waktu menyanyikan ‘a’ sebaiknya bibir
membentuk seperti corong yang bundar dan rahang bawah diturunkan cukup jauh.
Ada 3 macam cara untuk inseting dengan ‘a’’:
·
Memulai dengan keras
·
Memulai dengan didahului ‘h’ , ‘m’ , atau ‘n’
·
Memulai dengan lembut
Ø Huruf ‘o’ dan ‘o’
Keduanya berasal dari
huruf ‘a’ namun kini bentuk corong bibir
diperlonjong dan sedikit dipersempit daripada sikap bibir waktu mengucapkan
‘a’.
Ø Huruf ‘u’
‘u’ merupakan perubahan
corong bibir dari dalam uruf ‘o’ yang dipersempit dan dimajukan ke depan. Ujung
lidah menyentuh gigi bawah dan sedikit membusung di bagian belakang.
Ø Huruf
‘i’
Untuk membentuk huruf
‘i’ , bagian tengah dari lidah naik ke atas namun ujungnya tetap menyentuh gigi bawah. Bibir
harap tetap membentuk corong, giggi atas dan bawah harap nampak.
Ø Huruf
‘e’ , ‘e’, dan ‘e’
Untuk mendapat ‘e’ yang
bulat, rahang bawah sedikit
diturunkan sehingga tidak terlalu sempit.
2.2.5 Huruf hidup yang terang dan yang gelap
Dalam paduan suara, warna huruf dari
seluruh anggota harus seragam, sehingga mengahasilkan suara keseluruhan yang
bagus dan jelas. Terutama dalam huruf yang terang. Huruf yang bewarna gelappun dapat dibenarkan dengan syarat:
·
Dipergunakan secara seragam oleh semua
anggota paduan suara
·
Dipergunakan tepat pada tempatnya, yaitu untuk memberikan
kesan murung dan sedih dalam lagu-lagu
tertentu.
2.2.6 Artikulasi huruf rangkap (diphthong)
Di dalm bahasa Indonesia banyak
penggunaan kata-kata dengan huruf rangkap misalnya: ‘au’ :’dikau’, ‘tembakau’, ‘lampau’, ‘sentausa’.
Di sini huruf yang mendahului adalah huruf terbuka dan diikuti huruf tertutup.
Maka cara mengucapkannyayaitu: huruf yang mendahului diucapkan lebih lama dan
sedikit ditekan, kemudian beralih dengan luwes ke dalam bunyi yang
mengikutinya. Dalam peralihan itu mudah terjadi bunyi yang lain misalnya:
‘au’ menjadi ‘ow’ sehingga untuk mempertahankannya jangan
berubah kea arah satu bunyi saja, misalnya:
‘selesaaa-i’ atau ‘selesaiii’.
2.2.7 Menjaga kesehatan
Menjaga kesehatan suara merupakan usaha
yang tidak kalah pentingnya dibandingkan dengan usaha untuk membentuk suara.
Hal-hal yang perlu kita jaga untuk menghindari suara kita dari bahaya-bahaya
yang dapat merusakkan suara ialah:
Ø Janganlah
memaksakaan diri untuk menyanyikan nada-nada tinggi yang belum dikuasai.
Ø Hindarilah
kebiasaan minum es pada saat sebelum atau sesudah latihan, saat hari yang amat panas, kemudian minuman yang terlalu
panas juga sebaiknya dihindarkan. Sebab berpengaruh buruk pada gigi.
Ø Memaksakan
diri menyanyi waktu sedang sakit.
Ø Makanan-makanan
berminyak, pedas-pedas cukup dihindarkan 3-4 jam sebelum menyanyi. Tetapi minum
minuman keras dianjurkan untuk dihindari sedapat mungkin sebab dapat
mempengaruhi pernapasan.
Ø Kebiasaan-kebiasaan
yang baik yaitu minum segelas air dingin pada pagi hari dan sambil senam sambil
menhirup udara pagi sedalam-dalamnya sangat membantu bagi kejernian suara.
Ø Suatu
‘obat’ terbaik untuk meringankan suara yang serak yaitu air liur kita sendiri.
Karena itu dianjurkan sebelum dan waktu bernyanyi kita menaik-turunkan rahang
bawah sehingga akan merangsang produksi air liur dengan sendirinya.
Ø Sebaiknya
waktu bernyanyi jangan dalam keadaan perut kosong sama sekali atau sangat kenyang. Ini mempengaruhi kekuatan
diafragma.
Ø Berusaha
selalu menyanyi dengan gembira, bebas tanpa ketegangan, sebab menyanyi bukanlah
suatu paksaan/tekanan yang dapat menyebabkan sakit jiwa.
2.3 Bernyanyi dengan suara yang bergema
(resonansi)
2.3.1 Resonansi
Resonansi adalah
gejala ‘bunyi kembali’ dari suatu ruangan, semacam gema yang timbul karena
adanya ruangan yang memliki dinding-dinding yang keras sehingga sanggup
memantulkan suara. Denagn adanya ruang udara yang beresonansi, suara manusia
tidak hanya diperkeras tetapi dapat diperindah dengan nada- nada yang gemilang.
2.3.2 Rongga- rongga resonansi untuk suara manusia
Dapat dibagi menjadi 2 macam ;
a. Rongga
resonansi yang bentuknya tak dapat di ubah
Terdiri
dari :
ü Rongga
dahi (paling penting di antara semua rongga )
ü Rongga
tulang (terdapat di belakang rongga tulang hidung)
ü Rongga
tulang saringan (terdapat di kanan kiri tulang baji)
ü Rongga
rahang (baik yang atas maupun yang bawah)
b. Rongga
resonansi yang bentuknya dapat di ubah
Terdiri
dari :
ü Rongga
tenggorokan (dibawah anak tekak)
ü Rongga
mulut
ü Rongga
hidung
Fungsi
dari semua rongga terutama rongga yang dapat berubah ialah menimbulkan
perbedaan- perbedaan warna suara dan huruf hidup. Semakin banyak udara yang
termuat dalam rongga-rongga resonansi itu, maka semakin banyak suara yang di
timbulkan, karena udara itu turut bergetar.
2.3.3 Tujuan yang mau dicapai
Setiap
maunusia memiliki rongga resonansi. maka tujuan nyang dicapai dari resonansi
itu adalah sebagai berikut
Ø Menyadari adanya resonansi
Untuk
latihan resonansi ini, pakailah lagu yang sederhana. Adapun cara bersenandung yang baik yaitu bibir
dikatupkan ringan, gigi atas dan bawah tidak dirapatkan, pangkal lidah jangan
ditekan, serta rongga mulut dan tenggorokan membentuk ruang yang seluas mungkin.
Ø Memperbesar
ruang resonansi
Untuk
mencari resonansi suara yang paling baik, hendaknya kedua telapak tangan
menutup daun telinga. Kemudian nyanyikan bunyi ‘m’ dengan menurun-naikkan
langit-langit lunak.
Ø Memperkeras
dinding- dinding rongga resonansi
Dinding-dinding
rongga resonansi ini dapay diandaikan seperti dinding-dinding tebing di
bukit-bukit. Suara akan dipantulkan secara sempurna dan berulang-ulang dari
dinding satu ke dinding yang lainnya jika dinding-dinding yan dimaksud
merupakan dinding-dinding batu atau karang yang keras.
2.4 Menyanyikan nada dengan tepat
Beberapa
alasan mengapa nada-nada dinyanyikan kurang tepat, diantaranya :
Ø Suasana
bernyanyi terlalu tegang
Hal
tersebut diakibatkan karena krang latihan, sehingga angggota paduan suara meras
belum menguasai lagu yang dinyanyikan, takut mencapai nada yang tinggi, dan
sikap dirigen yang mencela seseorang dengan sikap negative sehingga ia
kehilangan percaya diri dan ragu-ragu.
Ø Konsentrasi
dalam bernyanyi kurang
Tinggi
nada mudah melorot apabila anggota paduan suara atau dirigen kurang
berkonsentrasi.
Ø Para
penyanyi kehabisan napas
Hal
yang mengakibatkan kehabisan napas yaitu pernapasan kurang sempurna,
pengambilan napas kurang jelas, dan penyanyi terlalu lelah. Maka para penyanyi
sebaiknya latihan untuk mengatur napas mereka.
Ø Nada
yang ditahan, melelahkan
Alasan
tinggi nada mudah menjadi turun yaitu ulangan nada yang sama menyebabkan nada
itu menjadi lesu, maka akan terasa lelah karena adanya ketegangan yang terus
menerus.
Ø Para
penyanyi kurang peka akan keselarasan akan gabungan suara
Hal
ini disebakan karena mereka kurang mendengar instrument pengiring, tidak peka
akan bunyi akor selurunhnya, dan kurang bersatu dengan anggota lain. Maka
setiap anggota paduan suara harap mencari keselarasan dengan suara- suara
lainnya.
Ø Kurang
mahir membidik lompatan suara
Kesukaran
membidik lompatan nada yaitu suara menjadi semakin besar dengan semakin besar
intervalnya.
Ø Nada-
nada peralihan register suara sukar dikuasai
Dalam
hal ini perlu dintuntut ketegangan yang lebih tinggi, sehingga kontrol terhadap
pita suara menjadi lebih besar.
Ø Nada-
nada pada batas wilayah suara sukar dinyanyikan
Suara
yang rendah biasanya sudah tidak stabil lagi atau tidaj bisa kokoh. Maka nada-
nada pada umumnya sukar untuk dinyanyikan.
Ø Huruf-
huruf dengan warna gelap dan terang mempengaruhi tinggi nada
Penyebab
tinggi nada berubah yaitu pengucapan huruf hidup yang tertutup ( ‘u’, ‘e’, ‘I’
) yang terlalu gelap.
Ø Kecenderungan
mengikuti tangga nada lain
Alat
musik seperti piano, harmonium atau glockenspiel bila distem dengan baik dapat
berguna untuk memperkuat tangga nada diatonis.
Ø Tergelincir
waktu mengayunkan nada
Kita
tidak menyanyikan suatu interval seperti biasa dengan membunyikan nada pertama
lalu membidik nada kedua , tetapi seolah- olah melewati rangkaian nada antara,
yang tidak dinyanyikan sendiri- sendiri.
2.5
Menngkatkan ucapan yang jelas (artikulasi/diksi)
Ø Huruf
hidup sebagai dasar
Dalam
bernyanyi bersama hendaknya dijaga baik- baik, agar warna dari huruf hidup
senantiasa seragam.
Ø Membentuk
huruf mati
Huruf
mati merupakan ‘ bunyi bantu’ untuk huruf hidup.
Huruf-
huruf mati dibedakan antara lain :
ü Huruf
mati yang bisu
Huruf
‘b’ dan ‘p’
Huruf
tersebut menurut cara terjadinya disebut huruf letusan. Kedua bibir mula- mula dikatupkan dan dibuka bersamaan
dengan dorongan dari dalam mulut. Namun perlu dijaga pula, agar letusan itu
jangan menghabiskan napas terlalu banyak.
Huruf
‘d’ dan ‘t’
Huruf
ini juga terjadi dengan cara letusan. Huruf ‘t’ dimulai dengan bibir sudah
terbuka dan ujung lidah menekan agak kuat akar gigi atas, sedangkan huruf ‘d’
lidah menekan langit- langit atas di belakang gigi.
Huruf
‘g’ dan ‘k’
Pada
huruf ini, letusan terjadi karena bagian belakang lidah menekan langit- langit
lunak dan tiba- tiba dibuka.
Huruf
‘s’
Perlihatkanlah
gigi seperti waktu tersenyum bila ingin mendapatkan ‘s’ yang bagus.
ü Huruf
mati yang bersuara
Untuk
membentuk huruf- huruf mati yang bersuara, kita harus mempergunakan resonansi.
Huruf
‘m’ , ‘n’ dan ‘ng’
Membentuk
‘m’ bibir dikatupkan dengan ringan, jangan ditekankan. Untuk membentuk ‘n’
ujung lidah menyentuh ringan pada belakang gigi atas. Sedangkan ‘ng’ ujung
lidah hendaknya diletakkan seperti pada ucapan ‘a’.
Huruf
‘r’ dan ‘l’
‘r’
ditimbulkan karena adanya daun lidah yang digetarkan cepat dan menyentuh
langit- langit keras. Dan ‘l’ dibentuk dengan ujung lidah yang menyentuh
langit- langit atas langsung di belakang gigi atas.
Huruf
‘w’
‘w’ dibentuk dengan bibir bawah menyentuh ringan
pada gigi atas.
Huruf
‘y’
Huruf
‘y’ ada diantara huruf hidup dan huruf mati yang bersuara.
Ø Menyambung
suku kata
Aturan-aturan
artikulasi dalam bernyanyi
·
Aturan pertama
Nyanyikanlah
semua suku kata secara bersambung, kecuali ada pemenggalan kalimat musik.
Rahasia dari ucapan yang jelas terletak dalam pengelompokaan kata. Kedudukan
kata yang wajar artinya akan ditangkap dengan jelas.
·
Aturan kedua
Huruf
bisu boleh diucapkan pada saat menjelang nada yang berikutnya bila suatu suku
kata ditutup dengan huruf bisu
·
Aturan ketiga
Bila
huruf dua huruf mati diucapkan berturut- turut, maka ucapan huruf bisu harus ditunda sebelum huruf mati
yang berikutnya.
·
Aturan keempat
Huruf-
huruf ‘m’, ‘n’, ‘l’, ‘r’, ‘w’, ‘ny’, dan ‘ng’ yang mengikuti huruf hidup yang
pendek hendaknya dibunyikan langsung.
·
Aturan kelima
Huruf
rangkap dinyanyikan dengan panjang, hendaknya ditahan pada huruf hidup yang
pertama dulu, baru ke kuruf kedua.
·
Aturan keenam
Semua
kata yang diawali dengan huruf hidup jangan dimualai denhan letusan.
·
Aturan ketujuh
Huruf
hidup yang dinyanyikan selama beberapa nada yang berlainan, hendaknya
dinyanyikan secara bersambung tanpa pisah.
2.6
Menyanyikan kalimat nyanyian yang utuh (phrasering)
Bernyaanyi
berarti membawakan suatu lagu dengan menghayati isi dari kata- kata, sebagai
pesan dan menyadari nada- nada itu sebagai keesatuan. Setiap nyanyian
terdiri :
Ø Kalimat
bahasa
Untuk
menghayati isi dari kata-kata, kita dapat berpangkal dari aturan-aturan
tatabahasa, dengan mencari :
·
Bagian-bagian dari kalimat, atau
kelompok kata yang merupakan suatu kesatuan.
Kata-kata
biasanya dikelompokkan menurut suatu ide yang dicetuskan dalm beberapa kata
yang saling melengkapi; yang disusun menurut aturan tata bahasa.
·
Kata pokok yang ditonjolkan
Ada
dua kemungkinan untuk menonjolkan suatu kata, yaitu :
a. Kata
tersebut tiba-tiba diucapkan dengan lebih keras dan intesip, tanpa persiapan
b. Kata
yang penting ucapannya ditunda
c. Suku
kata mana yang mendapat tekanan, mana yang tidak.
Ø Kalimat
musik
Kalimat
musik terdiri dari banyak nada. Beberapa nada merupakan suatu motif atau tema;
tema-tema mengungkapkan suatu ide musik.
a. Kelompok
nada
Dalam
setiap melodi dapay kita saksikan bahwa sesudah waktu tertentu terdapat suatu
pemenggalan; pada umumnya pemenggalan itu terdapat sesudah dua birama, atau
empat birama atau paling-paling delapan birama.
b. Puncak
dari lagu/kalimat
Seringkali
puncak dari lagu terdapat pada nada-nada yang tertinggi dalam sebuah kalimat
atau lagu; tetapi tidak selalu.
c. Tekanan
nada
Dalam musik tekanan nada ditentukan oleh
irama. Nada yang terdapat pada hitungan pertama ari masing-masing birama
mendaoat tekanan.
Ø Kalimat
yang dinyanyikan
Ada dua bentuk yang ekstrim yaitu :
a. Nyanyian resitatif
: di sini kata-kata lebuh penting dari pada lagu; lagunya mengabdi total kepada
teksnya
b. Nyanyian melismatis
: satu huruf hidup dipakai untuk serangkaian nada; teks member ruangan penuh
kepada lagu.
Ø Beberapa
petunjuk untuk praktek
a. Tiap
kaali kata-kata dari suatu nyanyian menawarkan diri untuk dinyanyikan dalam
tempo yang sama maka bacalah teks dengan saksama dan wajar. Baru kemudian mulai
memperhatikan lagunya.
b. Sebaliknya
setiap kali musik tampak lebih penting daripada teks maka sebelumnya nynayikan
lagu tanpa banyak perhatian pada teks.
c. Jika
teks dan lagu nampa sama pentingnya, maka nyanyian ini sebaiknya dinyanyikan dua kali.
d. Untuk
menonjolkan suatu kata, entah waktu sedang menyanyi dengan keras atau dengan
lembut, maka kata kata dapat sedikit ditunda ucapannya.
e. Menyambung
kalimat. Dapat terjadi bahwa pada akhir dari suatu tema/motif music, kalimat
bahasa belum selesai.
f. Seringkali
kita tidak sadar bahwa nyanyian yang kita bawakan sama sekali tidak jelas
artikulasinya dan pesannya.
2.7
Menjiwai nyanyian (ekspresi)
2.7.1 Bernyaniym dengan hati
Bernyanyi dengan ‘hati’ berarti:
menghayati apa yang sedang dinyanyikan, namun ia ada dalam suasana bermusik, ia
telah melupakan hidup sehari-hari, hatinya ikut bernyanyi dan nampak dalam
suaranya. Untuk itu selama bernyanyi kita harus menghayati isi nyanyian dengan
perasaan /hati kita.
2.7.2 Kesalahan yang sering terjadi
Ø Arah
perhatian yang salah
Banyak
penyanyi memusatkan perhatian akan dirinya sendiri, bukan akan nyanyian yang
sedang dibawakan. Namun bernyanyi berarti ‘mengabdi’ pada music atau mengabdu
pada orang lain dengan bermusik ; melayani mereka dengan menyampaikan pesan
yang termuat di dalam nyanyian/ music itu.
Ø Teknik
yang salah
Kesalahan
lain dalam penjiwaan dapat ditemukan dalam bidang teknik suara yaitu suara yang
polos dan suara yang bergetarkarena bervibrato
dengan berlebih-lebihan.
Ø Kurang
dibeda-bedakan
Bernyanyi
dengan ‘hati’ berarti pula menjiwai sebuah nyanyian sesuai dengan tujuannya.
Dalam membawakan sebuah nyanyian harus sesuai dengan konteks, atau sesuaikan
dengan situasi dan kondisi.
2.7.3 Pengunkapan yang menyeluruh
Melalui
sikap seluruh pribadi, kita membuat sebuah nyanyian menjadi ‘kelihatan’ sikap
badan, sikap tangan, ungkapan wajah kita melengkapi secara visualapa yang kita
sampaikan dengan suara. Sebaiknya bernyanyi dengan selurh pribadi dilatih:
mula-mula dengan memilih nyanyian hyang memancing gerak-gerik. Tetapi tidak
boleh bernyanyi denga terlalu keras.
2.7.4 Teknik penjiwaan
Ø
Merubah volume suara (dinamika)
Teknik penjiwaan yang paling umum adalah dinamika
atau perubahan keras lembutnya suara sesuai dengan tanda-tanda atau perasaan.
Tanda-tanda dinamika:
pp =pianissimo:dinyanyika
sangat lembut
p =piano: dinyanyika
dengan lembut
mf =mezzoforte:dinyanyika
dengan sedang antara, antara p dan f
f =forte:dinyanyikan
dengan keras
ff =fortissimo:
dinyanyikan denga keras sekali
< =crescendo:
lambat laun menjadi keras
> =decrescendo: lambat
laun menjadi lembut
Ø
Menghidupkan tempo
Tanda-tanda
yang dipakai:
rit. = ritardando : menjadi lambat
rall. = rallentando : menjadi lambat
acc. = aaccelerando : semakin cepat
string.=
stringendo : mendesak agar tempo
dipercepat.
Ø
Cara menyambung
Yang dimaksud di sini adalah:
ü Menyanyikan
sepotong nyanyian sebagai kesatuan, sesuai dengan isi kata dan tema lagu
(pharasering).
ü Menyambung
nada-nada dengan sungguh-sunggu
ü Membawakan
masing-masing nada dengan putus-putus.
Ø
Mengayunkan nada
Suatu teknik yang berhubungan dengan legato adalah
teknik mengayunkan nada: kedua nada dari suatu interval tidak dibidik satu demi
satu dengan lompatan, tetapi dijembatani.
Ø
Suara yang hidup (vibrato)
Secara spontan suara manusia dipengaruhi oleh hidup
manusia: ketegangan dan pengendoran otot-otot indera suara, yakni diafragma,
leher, rahang bawah, pipi, lidah dan bibir; apalagi ketegangan dan pengendoran
yan g berasal dari ‘jiwa’ , seperti rasa takut dan gembira. Maka dari itu
dianggap baik, kalau suara manusia mencerminkan kehidupan manusia secara wajar
dengan adanya vibrato, artinya: suara bergelombang sedikit.
Vibrato yang baik seharusnya bergelombang dengan
merata/stabil dan bergelombang sedikit saja, jangan sampai setengah nada.
Ø
Trillen
Teknik trillen artinya membuat getaran yang
disengaja dengan menaik-turunkan jakun sehingga bunyi nada itu sendir cepat
bergantian dengan nada tetangganya.
Ø
Mewarnai huruf hidup
Huruf hidup dapay dinyanyikan dengan terang dan
dengan gelap sesuai dengan isi teks. Huruf gelap untuk menggarus-bawahi
kata-kata yang mengungkapkan suasana sedih, murung, agung. Sedangkan huruf
terang untuk memperkuat kesan gembira, ringan, bersemangat, hidup, indah, dan
lincah.
Ø
Register suara.
Dapat dibedakan menjadi tiga warna suara
ü
Suara dada; di sini terjadi resonsnsi dada; bunyinya mudah tercampur
dengan bunyi ‘h’ (pemborosan napas). Karena sukar dikuasai maka nada-nada itu
dapat mencerminkan sikap ragu-ragu.
ü
Suara tengah; mudah sekali dinyanyikan,
maka bunyinya mantap dan merdu; resonsansi terjadi dengan rongga mulut dan
tenggorokan.
ü
Suara kepala; disebut juga register ‘
falset’. Di sini resonansinya sepenuhnya terjadi dalam ronggga hidung, rongga
dahi, rongga tulang baji, rongga tulang saringan. Bunyinya halus dan lembut.
2.8
Menggunakan mikrofon dan pengeras suara
2.8.1 Beberapa catatan teknis
Setiap kesatuan alat
pengeras suara terdiri dari tiga bagian :
* Mikrofon untuk menerima suara
dalam bentuk getaran udara dan mengubahnya
menjadi aliran listrik.
*
Amplifier (vesterker) untuk memperkuat alisan listrik yang dating dari
mikrofon.
* Pengeras suara (loudspeaker)
untuk mengubah kembali aliran listrik menjadi bunyi yang sudah diperkeras.
·
Pengeras suara (loudspeaker)
Bunyi dengung dari
pengeras suara yang tidak berasal dari mikrofon (feedback) merupakan suatu
gejala yang sangat mengganggu. Gejala yang tidak diinginkan dapat diatasi.
Rahasianya terletak didalam susunan tempat pengeras suara dan mikrofon.
·
Amplifier (vesterker)
Amplivier adalah alat
yang pada umumnya sangat halus, maka dapat mengalami kerusakan sampai menjadi
rusak samasekali kalaau ditangani oleh orang yang tidak mengerti. Seorang
operator yang mengatur amplifier tidak hanya harus mahir dalam bidang
elektronik, tetapi sekaligus mempunyai perasaan yang peka dalam seni musik,
karena nasib dari orang yang bernyanyi dimuka mikrofon sebenarnya terletak
ditangannya.
·
Mikrofon
Mikrofon adalah alat
yang langsung dihadapi oleh seorang penyanyi. Macam-macam mikrofon :
a. Mikrofon
yang dipakai untuk memperkeras pidato
b.Mikroon yang dipakai
oleh penyanyi diatas panggung
c.Mikrofon yang dipakai
untuk siaran radio dan rekaman yang bermutu
d.Dan lain-lain
2.8.2
Beberapa petunjuk untuk bernyanyi dimuka
mikrofon, antara lain :
Ø Anggaplah
sebuah mikrofon sebagai sebatang bunga yang halus.
Sebuah
mikrofon selain memperkuat suara, memperkeras juga sentuhan yang sengaja dan
tidak. Maka kita harus berhati-hati kalau memindahkan tempat, mengubah tinggi,
apalagi ketika masih dalam pegangan kita.
Ø Jagalah
jarak dan arah dari mikrofon
Hasil
suara yang diperoleh banyak tergantung dari posisi mikrofon terhadap mulut yang
bernyanyi. Jarak yang paling baik yaitu 20 cm, membuat sudut 45° ke atas,
sedikti dibawah mulut. Jarak antara mulut penyanyi dengan mikrofon
sedapat-dapatnya selalu sama. Dengan menjauhkan diri dari mikrofon maka suara
yang dihasilkan lekas menjadi lembut; kalau jaraknya ditambah menjadi dua kali
lipat maka suara yang dihasilkan menjadi seperemat dari yang semula.
Ø Bernyanyilah
dengan suara yang sedang
Bernyanyi
didepan mikrofon tidak perlu dengan suara yang keras. Karna mengakibatkan suara
berubah menjadi pecah dan tajam.Volume suara yang paling baik untuk ruang
maupun orang tertentu hanya dapat diketemukan dengan mengadakan percobaan
bersama operator dan dirigen waktu latihan.
Ø Janganlah
mengambil napas yang dalam ke arah mikrofon
Sebuah
mikrofon tidak hanya memperkeras suara, tetapi memperjelas juga semua detail-detail
seperti sebuah kaca pembesar. Seorang solis dimuka mikrofon jangan sekali-kali
mengambil napas melalui hidung tetapi selalu melalui mulut yang dibuka
secukupnya. Sedapat-dapatnya waktu mengambil napas kepala diaraahkan ke
samping.
Ø Hindarilah
bunyi decak dalam mulut
Kalau
kita mulai menyanyi, kadang-kadang terdengar suara deck waktu membuka mulut.
Dalam pembicaraan/nyanyian bunyi itu tidak apa-apa, namun di muka mikrofon akan
diperkeras sehingga mengakibatkan kesan kurang sopan. Gejala ini dapat
dihindari dengan mengusahakan lidah dipisahkan dari langit-langit sebelum
membuka mulut.
Ø Jagalah
ucapan huruf ‘b’ , ‘p’ dan ‘s’
Huruf
‘b’ dan ‘p’ dibentuk dengan membuat letusan kecil pada bibir. Dalam jarak dekat
dengan mikrofon letusan itu seakan-akan menyentak mikrofon hingga yang
terdengar dalam pengeras suara tidak lagi ‘b’ dan ‘p’ tetapi suara Guntur.
Bunyi ‘s’ adalah bunyi napas yang melewati gigi. Dalam jarak dekat dengan
mikrofon bunyi itupun dapat berubah samasekali menjadi deru angin kalau
diarahkan langsung ke mikrofon. Semua gejala ini ini dapat dihindari dengan
membelokkan kepala sedikit dari arah mikrofon.
Ø Dengarkanlah
selalu suara yang selalu dihasilkan
Dengan
mikrofon ditangan belum terjamin bahwa suara kita sudahmenjadi indah. Tidak
hanya operator yang harus menjaga agar hasil suara menjadi sebaik mungkin,
namun orang yang bernyanyi dimuka mikrofonlah yang berperan utama. Oleh karena
itu penyanyi selalu harus bersikap kritis terhadap bunyi yang dihasilkan oleh
pengeras suara.
BAB III
PENUTUP
Dalam mempelajari teknik bernyanyi
atau belajar vokal ada begitu banyak teori yang harus kita ketehaui. vokal
adalah dunia seni yang semua orang dapat melatihnya, namun di perlukan keuletan
untuk mendapatkan vokal yang baik dan enak untuk di dengar. Maka untuk
membentuk suara menjadi lebih sempurna salah satunya dengan menguasai materi
ini. Tetapi bukan hanya teori yang kita kuasai tetapi juga harus disesuaikan
dengan praktek. Latihan yang dilakukan secara terus menerus dapat mengahasilkan
perubahan yang positif terhadap suara.
Setiap latihan dikatakan berhasil jika dilakukan secara berulang,
dilaksanakan dengan sungguh-sungguh. Latihan juga harus disesuaikan dengan
situasi lingkungan sekitarnya. Dalam arti sesuaikan dengan tempat dan waktu
yang tenang untuk berlatih. Pergunakanlah semua kesempatan yang ada untuk
melatih suara.
Kita semua mendapat suara yang
sebenarnya dapat berbunyi dengan indah dan merdu; marilah kita menguasai
‘instrumen’ kita, hingga bunyinya semakin sempurna.
DAFTAR PUSTAKA
Pusat Musik Liturgi,2011,menjadi dirigen II: Percetakan Rejeki,
Yogyakarta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar