Kamis, 03 April 2014

DRAMATURGI 11-14


BAB 11
KOMPOSISI PENTAS

Apabila kita perhatikan gambar-gambar yang terdapat pada majalah, akan ternyata bahwa setiap gambar itu menceritakan kehidupan, kisah keluarga yang sedang duka, kemenangan perang yang gemilang, skandal seks yang menghebohkan, permainan politik tinggi yang kisruh, dan sebagainya. Setiap macam bentuk hasil lukisan atau pemotretan ini mempunyai arti, merupakan komunikasi antara kisah kemanusiaan dari pembacanya. Si penyusun gambar, baik fotografer maupun ahli cetak, berusaha menyusun gambar-gambar itu ke dalam kerangka gambar dengan tujuan agar para pembacanya kelak segera tertarik perhatiannya. Gambar pada majalah-majalah itu memudahkan suatu komposisi.
            Demikian pula halnya dengan lakon yang dimainan, yang sebenarnya merupakan suatu rentetan gambar yang berarti dan menceritakan kisah, punya bentuk yang terwujud dalam batas kerangka proscenium.

Proses dramatik visual
Salah satu tujuan moment (gerak) adalah meluluhkan (dissolve) suatu gambar untuk kemudian membentuk kembali (reform) gambar berikutnya. Secara terinci proses ini digambarkan sebagai berikut:
-     Gambar ® luluh dan membentuk ® gambar ® luluh dan membentuk ® gambar dan seterusnya
      Gambar-gambar itu disebut komposisi. Proses luluh dan membentuk adalah gerak
-     komposisi® gerak® komposisi ® gerak ® komposisi dan seterusnya….

moment dipertahankan suatu bentuk gambar bergantung pada sama tidaknya suatu motivational forces, ada kalanya hanya satu titik atau lebih. Bagaimanapun gerak itu terwujud, aktor-aktor mempertahankan posisinya. Semuanya harus merupakan gambar-gambar yang berarti. Semua itu adalah komposisi dinamis.

Beberapa Pengertian
Komposisi pada seni lukis adalah suatu make-up dari lukisan yaitu empatan artistik atas garis dan kelompok dalam batas bingkai lukisan.
      Sutradara lakon harus berusaha agar susunan perlakonan pada pentas mewujudkan suatu komposisi yang baik. Dia harus merencanakan pengaturan yang menurut dia akan menghasilkan suatu pemandangan yang hidup, hangat dan menarik.
      Dan titik tolak pengertian ini dapatlah kita buat definisi:

Komposisi pentas adalah penyusunan yang berarti dan artistik atas bahan-bahan perlengkapan pada pentas.

Aktor adalah bahan yang bergerak, dekorasi dan lain-lain peralatan pentas adalah bahan-bahan statis tidak bergerak. Komposisi pentas hendaklah direncanakan, dilatih, dicoba. Dalam pertunjukan hampir tak ada waktu untuk pembetulan, maha keliru sedikit sudah menjadi suatu kegagalan.

Prinsip komposisi pentas
Sesuai dengan kasus dari setting pentas, hakikat usaha itu adalah proses penyusunan tokoh-tokoh manusia sedemikian rupa sehingga garis dan kelompok yang tersusun menciptakan gambaran artistik yang berarti. Dengan lain perkataan usaha ini adalah make-up dari lukisan kemanusiaan.
      Pada definisi di atas digunakan kata “berarti” dan “artistik”. banyak sutradara beranggapan bahwa menyusun “lukisan yang menarik” tanpa paham yang cukup atas problema benar-tidaknya lukisan itu sudah bisa memenuhi tujuan dramatik, sudah artistik! Justru karena itu, maka kedua kata “berarti” dan “artistik” dipisahkan. Kedudukan utama produksi lakon adalah menyampaikan arti, yaitu maksud pengarang kepada penonton. Untuk memenuhi tujuan ini, komunikasi pengarang penonton hendaklah diwujudkan dengan cara yang indah, artistik.
            Dalam membuat komposisi lukisan yang berarti dan artistik hendaklah diperhitungkan pula “pola motif” yang ada da1am adegan serta batas-batas teknik teater konvensional.

Aspek motif komposisi
1.   Komposisi harus nampak wajar
      Sutradara menciptakn ilusi kenyataan. Jika problemanya: “Bagaimana cara menyusun tokoh hidup dalam pentas?” Jawabnya adalah: “Aturiah mereka sesuai dengan perasaan Anda, yaitu mengatur mereka seperti keadaan mereka dalam kehidupan biasa, yang wajar!” Tiap susunan harus memberi kesan dari apa yang digambarkan. Komposisi orang yang berada di ruang duduk berlainan dengan sikapnya di dalam taman (situasi fisik). Sikap orang yang sedang berpikir berbeda dengan sikapnya di waktu istirahat (basic drives). Orang-orang yang sedang berkawan tidak sama sikapnya dengan mereka yang sedang bermusuhan (social interaction). Tindakan orang tua bertentangan dengan anak muda (character complex). Contoh-contoh ini menunjukkan bahwa keserasian komposisi bergantung pada motivational characteristics”.
      Kemudian, setelah pengaturan yang wajar ditentukan, sutradara mengarahkan bahan-bahannya dengan cepat, sesuai dengan batas-batas teknik teater.

2.   Komposisi hendaklah menceritakan suatu kisah
      Foto dan gambar yang hidup tidak memerlukan suatu penjelasan. Bahan-bahan itu berkisah dengan sendirinya. Demikianlah pula hendaknya dengan suatu komposisi pentas. Seni teater adalah seni pertunjukan yang menyampaikan suatu cerita kepada penontonnya. Nilai kemampuannya bercerita sangat bergantung kreativitas sutradara dan aktor. Apabila tirai diangkat. penonton hendaklah sudah bisa menangkap seketika itu, keadaan apa, di mana tempatnya, dan sebagainya. Seorang raja yang sedang memberikan titah, nyonya rumah yang mengantarkan ,hidangan, dan lain-lain adalah kisah kemanusiaan yang wajar

3.   Komposisi hendaklah menggambarkan suatu emosi
      Emosi ditimbulkan oleh ketegangan fisik. Janganlah penonton dihadapkan pada suatu kesukaran tafsir karena emosi para tokoh-tokohnya tidak jelas mengekspresikan ide suasana hari manusiawi. Adegan emosional hendaklah bisa dirasakan oleh penonton yang akan menjadi aktif berpartisipasi secara dramatik dengan lakon.

4.   Komposisi hendaklah memberikan indikasi hubungan tokoh perwatakan yang satu dengan yang lainnya.
      Pada suatu kelompok manusia pada lakon, tentu tumbuh tokoh protagonis yang memberikan dominasi atas lain-lain perwatakan. misalnya tokoh pemimpin, agresor, seorang tua, wanita. Pada pengarahan permainan hendaklah dijelaskan peranan antagonis penentang ide utamanya secara dramatik sehingga moment konflik menjadi jelas bagi penonton. Konflik ini adalah kesimpulan dari hubungan tokoh secara timbal-balik.

Aspek teknis komposisi
Dalam berusaha mencapai aspek ini sutradara hendaklah memperhatikan pedoman-pedoman sebagai berikut:

a.   Sesuaikan komposisi dengan otomasi” daerah permainan” (playing area).
b.   Ciptakan tata letak bahan-bahannya untuk memperoleh gambar yang indah.
c.   Usahakan cara pengaturan yang menguasai perhatian penonton (control of attention).
d.   Daerah permainan (playing area Sehubungan dengan keadaan daerah permainan  tempat orang

      Memainkan lakon, kita menemukan ide dan prinsip teater sebagai berikut:
1.   Prinsip garis pandangan mata (the sightljne Principle)
a.   Kemampuan manusia melihat secara horizontal tanpa menggerakkan mata ke kiri atau ke kanan adalah selebar 40 derajat.
      b.   Kemampuan manusia secara horizontal ke arah garis tegah objek pada pentas, bagian atas garis khayal tirai (curtain line), dan mudahnya memandang  hubungan-hubungan objek yang satu dengan yang lain pada pentas dan latar belakangnya adalah selebar 60 derajat

2.   Prinsip-prinsip khayal (the artifjcal wall principle)
      a.   Prinsip tiga dinding:
Pengaturan benda-benda pada pentas proscenium berada di suatu ruangan yang sebenarnya berdinding 4. Dinding 1, 2, 3, dipertahankan dan bisa terlihat, Dinding ke-4 sebenarnya berada di tempat garis khayal tirai (curtain line): dinding ke-4 ini ditiadakan.
      b.   Prinsip dua dinding
Selain konsep tersebut di atas, seorang perencana pentas bisa juga hanya menggunakan dua dinding saja yang bisa terlihat, yaitu dinding I dan 2, sedangkan dinding ke-3 yang sebenarnya berada di tempat garis khayal tirai; dinding ke-3 ini ditiadakan.
3.   Prinsip gambar berbingkai (the framed Picture prciple) Apa yang sebenarnya dilihat penonton ketika menyaksikan pementas teater prscenium adalah sebuah gambar berbingkai.



 










     


The artifical viall principie
(prinsip dinding khayal
 

 
 


























































      Ilusi gambar berbingkai ini di rusak apabila Aktor dalam permainannya:
      a.   menerjang garis batas permainan.
      b.   dengan tak sadar mengarahkan pandangan matanya ke tempat penonton.

Aspek pihak torial komposisi
Perbedaan teknis pelaksanaan antara seorang pelukis dan sutradara teater ialah bahwa seorang pelukis menciptakan karyanya dalam suatu bentuk dua dimensional sedangkan sutradara teater dalam bentuk impresi perspektif, sedangkan seni teater berbentuk real perspektif yang nyata. Meskipun kedua jenis karya seni itu berada perwujudannya, kedua-duanya bisa berpedoman pada satu ideal pengaturan yang sama itu yang disebut aspek piktorial komposisi.

Aspek-aspek ini adalah:
1.   Uniti (kesatuan)
Tiap komposisi hendaknya tampak sebagai satu unit (kesatuan) yang integral. kesatuan ini banyak bergantung pada tujuannya yang tunggal dalam penggambaran serta berhasilny penggunaan sarana, cara mengatur dan peningkatan ide. Kesatuan ini bisa terwujud oleh garis, warna, pakaian, sikap dan lain-lain anasir pentas. Tidak ada suatu komposisi bisa kelihatan kesatuannya jika tidak dibuktikan dengan nyata dan logis sehingga akan membantu arti motif gambar.
            Sutradara hendaklah mengatur perwatakan sehingga masing-masing watak mempunyai hubungan dengan seluruh gambar. Unity adalah nilai terakhir yang dicita-citakan sutradara teater.
2.   Kontras
Kontras adalah hidup sebuah seni. Menonton adalah tabu. Kita tak mungkin melihat terlalu lama ke arah hidung seseorang tanpa dilihat juga mulutnya dan matanya, kemudian lain-lain bagan tubuhnya, demikianlah selanjutnya. Bagian-bagian itu berbeda satu dengan lainnya. merupakan bentuk-bentuk yang kontras, tetapi secara keseluruhan ketidaksamaan itu menjadi menarik.
      Pada gambar dikemukakan suatu perkembangan perencanaan gambar lewat kontras.
-     Komposisi A didasarkan atas garis-garis horizontal.
-     Komposisi B ditambah dengan suatu garis vertikal (tiang perahu). Garis ini kontras dengan garis-garis pada A.
-     Komposisi C ditandai dengan lingkaran (gambar bulan), kontras dengan A dan B.
-     Komposisi D menunjukkan kontras lain dengan garis diagonal (lereng bukit).
3.   Vanety (variasi)
Prinsip ini bersumber pada peraturan seni teater kuno yang berpendapat bahwa kita harus menghindari garis-garis yang lurus. Ruang-ruang yang serupa, pendeknya segala bentuk yang menggambarkan itu-itu saja. Dilihat dari segi psikologi dan estetik. suatu cara pengaturan untuk membuat kesan yang lain pada  penonton.

4.   Koherensi (saling bergantung)
Koherensi adalah faktor penting untuk. mencapai unity. Koherensi berarti stick together, saling bergantung saling terikat Komposisi hendaklah tetap berada bersama. Pada seni lukis koherensi diterapkan dalam hubungan ruang. Apabila penyusun kelompok terpisah, dia akan tampak terbagi. Pada setiap situasi bagian-bagian saling berhubungan harus cermat susuannya sehingga sekorelasi (hubungan timbal-balik) dengan semua bagian. 3.chensi bisa tercapai lewat cara mengadakan transisi (perpindahan

5.   Balas (keseimbangan)
Balas adalah pengaturan benda-benda bergerak/tidak bergerak, dinamis, pada pantas, yaitu di tempat benda-benda itu harus saling mengimbangi
a.       Physical balance (Keseimbangan jasmaniah)
      Adalah keseimbangan dalam cara membagi masa jasmaniah pada pentas Peralatan, aktor, yang ditempatkan terlalu banyak di satu sisi pentas akan mengakibatkan tidak adanya keseimbangan pemandangan.
b.      Psychlogical adanya (Keseimbangan rohaniah)
Kesan tidak adanya keseimbangan ini tidak didasarkan kesan pemandangan, tetapi rasa kerohanian, misalnya memberikan jenis warnanya, tata sinar yang terlalu terang di satu sisi pentas, bunyi yang timbul dari satu jurusan saja.


 


































 





     


6.   Emphasis (titik berat)
Titik berat adalah sebuah prinsip yang berpendapat bahwa kelompok yang baik dalam lukisan adalah yang mempunyai pusat yang harus diperhatikan. Perhatian ini hanya terletak pada satu titik pusat saja. Kita harus menentukan dalam rencana, daerah manakah yang penting, kemudian menitikberatkannya dalam kelompok. Cara ini akan membawa penonton ke suatu control of attention.
            Control of attention: Attention adalah concentrating atau proses memfokuskan terhadap suatu darah tertentu pada pentas untuk dijadikan pusat perhatian. Gambar yang baik komposisinya memiliki titik fokus ini yang lazim disebut center of interest. Faktor-faktor yang dipergunakan untuk memperoleh center of interest dalam komposisi pentas di antaranya adalah:

-     Faktor jasmaniah: ruang, sikap. lukisn, posture, lapisan (level), framing, garis-garis dekorasi.
-     Fiktor rokhaniah: warna, sinar, bunyi.

BAB 12
TATA PAKAIAN

Sebuah produksi drama yang dipentaskan dalam panggung proscenium, arena atau dalam bentuk lain mana pun adalah sesuatu yang dilihat dan didengar oleh penonton. Dari sebab itu, seorang pelaku, selain harus memperhatikan bagaimana membaca teksnya, harus juga memperhatikan bagaimana penampilannya. Seorang daku, sebelum didengar suaranya, seni harus dilihat lebih dahulu. Maka dari itu, kesan yang ditimbulkannya pada penonton mengenai dirinya bergantung pada tampaknya itu. Pakaiannya yang pertama kali tampak membantu menggariskan karakternya, pakaiannya yang tampak kemudian memperkuat kesan itu atau mengubahnya menurut keperluan lakon. Sebelum membicarakan caranya efek-efek itu tercapai, perlulah lebih dahulu mengetahui arti istilah “tata pakaian pentas’’ atau ‘‘kostum pentas

1.   Definisi
segala sandangan dan perlengkapannya (accessoris) yang dikenakan dalam pentas merupakan tata pakaian pentas. Bahkan bisa si pelaku itu di dalam pentas mengenakan pakaiannya sendiri: pakaian itu beserta perlengkapannya menjadi kostumnya. Kostum pentas meliputi semua pakaian, sepatu, pakaian kepala. dan perlengkapan-perlengkapannya, baik itu semua kelihatan atau tidak oleh penonton. Biasanya produksi-produksi amatir memusatkan perhatian pada lapis luar kostum serta mengabaikan kaki dan pakaian-pakaian dalam. “Pakaian-pakaian itu tidak akan benar berpengaruh” demikian kata mereka Akan tetapi. pernyataan itu bagi mereka yang mahir dalam dunia teater tidak benar. Maka sekarang akan kita analisis macam-macam bagian kostum pentas.

2.   Bagian-bagian kostum.
Kostum dapat digolongkan menjadi lima bagian

1.   Pakaian dasar atau foundtion.
2.   Pakaian kaki/sepatu.
3.   Pakaian tubuh/body.
4.   Pakaian kepala/headdress.
5.   Perlengkapan-perlengkapan/acccssories.

Ad. 1, Pakaian dasar:
Pakaian dasar adalah bagian kostum, entah kelihatan atau tidak, yang penting untuk memberikan silhouette. pada kostum.

Contohnya:
Krinolon atau rok sampai, korset, petikut yang dipakai di bawah pakaian luar, setagen, dan sebagainya.
Gunanya:
Membuat tertib bentuk pakaian yang terlihat. Pentinglah bahwa pakaian yang dipakai di dalam pakaian luar harus benar untuk menciptakan efek yang memuaskan. Bahkan dengan produksi dengan pakaian modern, pembentukan tubuh dengan memakai korset atau mempertebal pakaian pelakunya dapat membantu dalam karakterisasi. Perut gendak, payudara yang melemah, pinggang yang menebal, dapat membantu pelaku memerankan umur peran yang digambarkannya.

Ad. 2. Pakaian kaki/sepatu
Tampaknya kaki si pelaku dapat menghasilkan atau sebaliknya merintangi efek kostum. Efek kostum adalah efek yang ditimbulkan oleh keseluruhan bagian kostum  itu. Gaya sepatu penting, tidak hanya demi efek visual, tetapi juga karena hal itu mempengaruhi cara si pelaku bergerak dan berjalan cara berjalan seseorang berbeda-beda menurut tinggi tumit sepatu. Tumit yang tinggi biasanya lebih berakibat gerak pinggang banyak, tumit yang rendah perlu untuk gerak lembut rok bundar, tanpa tumit akan berakibat hal yang lain lagi. Untuk lakon yang historis sering sulit menyediakan corak sepatu yang cocok. Jika sepatu dari masa tersebut tidak dapat dibuat, sebaliknya kaki dibuat tidak menonjol jangan memakai sepatu biasa dengan tinggi tumit yang serasi dan  hitam atau pudar. Sepatu yang jelas modern gayanya, dan tidak cocok dengan periode tertentu haruslah tidak dipakai bersama kostum periode itu, meski warnanya sesuai sekalipun.

Ad. 3 Pakaian tubuh/body
Bagian ketiga kostum pentas ialah pakaian-pakaian tubuh yang kelihatan oleh penonton. ini meliputi blus, rok (skirt), kemeja,  dan lain-lain yang dipakai oleh pelaku.

Ad. 4 Pakaian kepala/headdress
Bagian keempat kostum ialah pakaian kepala termasuk penataan rambut (coiffura). Corak pakaian kepala tentu saja bergantung pada corak kostum. Gaya rambut kadang-kadang dimasukkan ke dalam  make-up. Kostum dan make-up sangat erat berjalaran dengan melukiskan peranan hingga kedua hal itu harus diperhatikan bersama. hairdo atau tata rambut disesuaikan dengan wajah dan bentuk rambut.
      Cara menyusun rambut itu berubah-ubah; dan menyusun “rambut dengan rambut palsu (wig) juga dikerjakan. Bagaimana menyusun rambut dalam masa potong rambut yang pendek ini merupakan problem yang besar. Pelaku, perempuan maupun laki-laki, tidaklah baik dengan banyak tingkah mengikuti model rambut yang bermunculan sebagai mode yang terbaru. Rambut yang agak panjang, yang dapat dibentuk dengan bermacam- macam gaya, lebih berguna. Rambut palsu tertentu saja dapat dipakai, tetapi harganya sangat mahal dan harus disesuaikan baik supaya memuaskan.

Ad. 5. Perlengkapan-perlengkapan/accessories
Bagian-bagian kostum adalah pakaian-pakaian yang melengkapi bagian-bagian kostum yang bukan pakaian dasar atau yang belum termasuk 1, 2, 3, 4, tetapi dapat ditambahkan demi efek dekoratif, demi karakter, atau tujuan-tujuan lain. Ini meliputi kaus tangan, perhiasan, dompet, ikat pinggang, kipas, dan sebagainya. Untuk beberapa peranan, kostum mungkin meliputi accessories itu; untuk yang lain mungkin tidak. Sepotong tongkat atau payung mungkin sekali berguna untuk stage busine yang diperlukan atau untuk membantu karakterisasi.
      Perbedaan acccssorie dengan ganproperties tidak selalu jelas, dan sebuah benda dapat sekaligus accessory dan property. Umpamanya, dompet yang dibawa oleh seorang peranan hanya untuk melengkapi efek kostum adalah accessory; tetapi, bila itu digunakan demi stage business si pelaku, itu juga sebuah proptry Pakaian seperti mantel dan topi yang harus ada padi tempatnya bila adegan dimuliai, atau yang dibawa oleh pelaku lain, dapat dipandang sebagai properties, sebab barang-barang itu adalah bagian dari stage basiness, tetapi mereka harus dipandang sebagai bagian kostum aktor yang memakainya. Pakaian yang dibawa di dalam koper di pentas, dibuka tetapi tidak dipakai, adalah property, bukan kostum. Bila properties dan kostum itu dipakai oleh pelaku yang sama, maka memisahkan kedua hal itu tidak penting. Tetapi, jika tidak demikian, maka perbedaan yang pasti antara properti dan kostum menjadi perlu.

3.   Hubungan kostum dengan fase-fase lain di pentas
Kostum biasanya akan lebih efektif dan sesuai bila direncanakan bersama-sama dengan fase-fase produksi yang lain. Kostum-kostum haruslah saling bersesuaian dan cocok dengan scenery. Banyak produser amatir yang memusatkan perhatian pada efek skenis alih-alih pada lakon, dan menyerahkan urusan kostum Kanada pelaku. perseorangan, tetapi praktek ini kerap kali merugikan kesatuan produksi. Pelaku yang berlain-lainan akan mempunyai ide yang berbeda-beda mengenai kostum yang cocok untuk adegan tertentu. Aktor terlalu sering memikirkan dirinya hanya dalam hubungannya dengan publik. dan mengabaikan hubungan kostum mereka dengan karakter-karakter lain di pentas. Kecuali itu, bila pelaku sendiri bertanggung jawab atas kostumnya, maka kualitas kostum akan berbeda-beda, dan seorang pelaku mungkin tidak mampu menanggung ongkos kostum yang sesuai dengan rolnya.
Keselasan warna kostum dengan setting haruslah masuk perhitungan karena stting menjadikan latar belakang untuk kostum. Jubah beledu hitam dapat lenyap sama sekali ke dalam suatu. set kain-kainan yang hitam, Dan dari pelaku yang kelihatan hanya muka dan tangan yang bergerak-gerak. Jika kekeliruan ini belum baiki dalam latihan yang pertama dengan kostum, maka sudah terlambat untuk mengubahnya. Hal itu tadi dapat ditolong dengan membuat plisiran emas pada semua pinggiran kostum: dengan demikian bentuk si pelaku dapat dibedakan dan setting.

4.   Tujuan dan fungsi kostum
Dalam pementasan tidak perlu perlengkapan yang terlalu mahal;  yang perlu adalah efeknya.
Tiap Costuming mempunyai dua tujuan
1.   Membantu memperlihatkan (M4) agar mendapatkan suatu ciri atas pribadi peranan
2.   Membantu memperlihatkan  adanya hubungan peranan yang satu dengan peranan yang lain, misalnya seragam tentara.
Tentang warna dan garis dalam kostum, sesuai dengan teori warna garis yang pernah dibicarakan.

Fungsi kostum
Agar kostum pentas mempunyai efek yang diinginkan. kostum pentas harus menunaikan beberapa fungsi tertentu.

1.     Fungsi yang pertama dan paling penting ialah membantu menghidupkan perwatakan pelaku. Artinya, sebelum dia berdialog, kostum sudah menunjukkan siapa dia sesungguhnya. umumnya, Kebangsaannya, status sosialnya, kepribadiannya, suka dan tidak sukanya. Bahkan kostum dapat menunjukkan hubungan psikologisnya dengan karakter-karakter yang lain.
2.     Fungsi yang kedua untuk individualisasi peranan. Warna dengan gaya kostum dapat membedakan seorang peranan dan peranan sang lain dan dari setting serta latar belakang. Gaya suatu periode yang mempunyai karakteristik-karakteristik yang sama menimbulkan duplikasi dari penonton, bukan individualis yang perlu bagi peranan.
3      Fungsi yang ketiga ialah memberi fasilitas dan membuat gerak pelaku. Pelaku harus dapat melaksanakan laku atau stage business yang perlu bagi peranannya tanpa terintang oleh kostumnya. Kostum tidak hanya harus menjadi bantu bagi pelaku, tetapi juga harus menambah efek visual gerak, menabah indah dan menyenangkan setiap posisi yang diambil pelaku setiap saat. Hal ini sebagian besar bergantung pada temperamen dan kerja sama antara pelaku dan perencana. Pelaku yang pandai dan cukup latihan biasanya dapat menguasa pakaian yang sulit pun jika. pakaian itu membantu efek visual produksi seluruhnya. Akan tetapi, bila stage business meminta pelaku agar jungkir balik dan melakukan gerak-gerak akrobatik lainnya yang sukar-sukar, maka kostum harus direncanakan hingga tidak merupakan rintangan.

5.   Tipe-tipe kostum pentas
pertunjukan, tontonan kemegahan, dan produksi-produksi lainnya itu bermacam-macam, dan tak ada dua yang memerlukan corak kostum yang tepat. Namun, kostum dapat digolongkan ke dalam empat tipe umum:
1.   kostum historis
2.   kostum modern
3.   kostum nasional
4.   kostum tradisional

- Kostum historis adalah dari periode-periode spesifik dalam sejarah.
- Kostum modern adalah pakaian yang dipakai dalam masyarakat sekarang.
-  Kostum nasional adalah dari negara atau tempat spesifik.. Tentu saja kostum dapat sekaligus historis dan nasional.
- Kostum tradisional adalah representasi karakter spesifik secara simbolis dan distilasi, seperti kostum Pierrot, Pierrette, dan Harlequin. Kostum-kostum ini kadang-kadang mempunyai belakang historis atau nasional, tetapi kostum itu terutama bersangkut-paut dengan karakter-karakter tradisional. Dan tidak begitu dengan periode atau tempat yang khusus.
Masih ada corak-corak kostum lain, yaitu kostum sirkus, fantastik, dari skating, kostum hewan, dan sebagainya. Kostum-kostum itu kebanyakan berdasar dalam berasal dari ke tempat tipe yang umum

6.   Cara memakai
Lebih dahulu dibedakan antara berdandan dan memakai kostum. dari berdandan hanya melulu memakai pakaian saja. Memakai kostum adalah menggunakan pakaian sesuai dengan hidupnya atau, dengan hidupnya atau dengan kata lain, hidup sesuai dengan corak  pakaiannya.
Dua macam teknik
1.     Kostum dikenakan pada tubuh tanpa dipotongi (gedrapeerd). bisa terdiri atas satu atau lebih potong bahan yang terlepas, dikenakan pada tubuh dengan di sana-sini dikaitkan dengan mendapatkan bentuk tubuh, inilah kostum zaman purba Mesir, Yunani.
2.     Kostum yang dipotong menurut bentuk tubuh dan kemudian jahit.


7.   Dua macam studi dalam merencana kostum
1.   Studi atas kehidupan dan watak yang akan dibawakan oleh peranan.
2.   Usaha riset atas periode sejarah diri pakaian nasional peranan yang dibawakan. Sumber-sumber selain buku teks perihal kostum, juga harus diteliti dokumen-dokumen, naskah-naskah, perpustakaan yang memiliki bahan-bahan yang serupa dengan cerita yang akan dibawakan.

BAB 13
TATA RIAS


I.    Pengertian-pengertian dasar
Di dalam membicarakan rias drama patut diingat bahwa tempat drama atau pusat drama dalam adalah panggung. Segala sesuatu harus ditujukan untuk membentuk dunia panggung. Sebagai contoh, seorang penari serimpi dalam kehidupan sehari-hari mungkin dikenal sebagai seorang pelajar atau mahasiswa, tetapi di panggung dia akan menjadi manusia lain, seorang putri dari zaman keraton pewayangan
      Tata rias adalah seni menggunakan bahan-bahan kosmetika untuk mewujudkan wajah peranan. Terwujudnya wajah harus dipandang dari titik lihat M4. Maka dua hal harus diperhatikan dalam tata rias pentas:

1.   lighting,
2.   jarak antara M3 dan M4.
Tugas rias ialah memberikan bantuan dengan jalan memberikan dengan jalan memberikan dandanan atau perubahan-perubahan pada para pemain hingga terbentuk dunia panggung dengan suasana yang kena dan wajar. Tugas ini dapat merupakan fungsi pokok, dapat pula sebagai fungsi bantuan. Fungsi pokok umpamanya bila mengubah seorang gadis belia menjadi seorang nenek tua, atau seorang wanita memainkan peranan sebagai seorang pria atau sebaliknya. Fungsi bantuan misalnya seorang gadis muda di panggung harus memainkan peranan sebagai gadis muda, tetapi memerlukan sedikit rias muka, rambut, atau hal-hal kecil lainnya.
      Fungsi rias akan berhasil baik kalau pemain-pemain itu mempunyai syarat-syarat watak, tipe, dan keahlian yang dibutuhkan oleh peranan-peranan yang akan dilakukannya.

      Rias film tidak berbeda dengan rias drama, hanya syarat-syaratnya yang berlainan. Kalau rias drama menjadikan panggung dilihat langsung oleh penonton, maka rias film menjadikan yang dilihat oleh penonton di layar putih melalui lensa kamera Misalnya, seorang yang menjadi cantik di layar putih. Karena pengolahan rias plus kamera, kalau dilihat dengan mata bisa tampak kurang cantik sebaliknya harus yang berhasil pada pemain-pemain panggung, jika dipotret atau di film mungkin akan
memberikan hasil gambar yang lebih jelek.
Kegunnaan rias dalam seni teater
1.   Merias tubuh manusia artinya mengubah yang alamiah (nature) menjadi yang budaya (culture) dengan prinsip mendapatkan daya guna yang tepat. Bedanya dengan beauty make-up ialah, beauty make-up mengubah yang jelek menjadi baik. sedangkan rias teater mengubah nature menjadi culture.
2.   Mengatasi efek tata lampu yang kuat.
3. Membuat wajah dan kepala sesuai dengan peranan yang dikehendaki.
Masalah keindahan
Rias teater tidak hanya berusaha membuat wajah yang cantik, tetap juga di mana perlu membuat wajah yang jelek untuk waktu selama lakon berlangsung. Akan tetapi, wajah yang jelek itu harus bersifat artistik dan bernilai estetis.
      Keindahan adalah sifat yang transendental. Transendental berdasarkan kerohanian, mengatasi yang duniawi, dan merupakan sifat yang melekat pada segala sesuatu yang ada, baik pada Tuhan maupun pada makhluk. Dalam pandangan Tuhan, segala sesuatu yang bersifat .indah justru. dan sejauh makhluk itu ada. Keindahan itu transenden, tidak nampak bagi pancaindra.
      Keindahan yang ditangkap manusia adalah keindahan estetis yang sebagian besar dipengaruhi oleh kejasmanian kita. ini adalah penerapan khusus dari keindahan transenden, yaitu suatu keindahan yang tidak hanya terpantul dalam akal budi, tetapi oleh akal budi bersama pancaindra yang bersatu pada dalam satu kegiatan. Dengan kata lain, keindahan estetis adalah keindahan transenden
yang berhadapan dengan akal budi yang diliputi oleh pancaindra.
      Kesimpulan. Di muka Tuhan segala sesuatu bersifat indah justru karena dan sejauh mereka ada, sedangkan di muka manusia makhluk terbagi menjadi indah dan jelek.
      Di sini Kesenian memainkan peranan yang sangat penting dalam pandangan seorang seniman. Suatu benda yang jelek dan memuakkan pancaindra masih mungkin memperlihatkan suatu segi yang indah.
Contoh:
Pelukis menggambarkan seorang gelandangan. Menurut pancaindra orang itu kotor, tidak menarik, berbau, dan sebagainya. Tetap., seni mampu melihat yang kotor itu dalam suatu cahaya yang ajaib sehingga terjelma kembali menjadi sesuatu yang indah.
Usaha mengatasi garis pemisah antara yang indah dan yang jelek ialah dengan mengangkat yang jelek itu pada suatu tingkat yang lebih tinggi, mengangkat pandangan dan penilaian kita di seberang yang indah dan yang jelek. Seni yang sejati berusaha menghapus perbedaan antara keindahan transenden dan keindahan estetis, atau mengangkat keindahan estetis itu ke dalam keindahan transenden.

Titik tolak pemikiran tata rias
1. Melihat dengan jelas apa yang dikemukkan untuk suatu peranan tertentu.
2.   Kepribadian pemain, yaitu jenisnya, bangsanya, wataknya, usianya.
3) Dalam hubungan dengan keseluruhan pertunjukan harus diperhatikan hakiki dramanya.
Jika peranan tidak menghendaki kekhususan wajah, hendaklah kita berdandan secantik mungkin. yaitu sejauh laku dramatiknya tidak dirugikan oleh dandannya. Sebab penonton pada dasarnya lebih senang melihat keindahan.
      Mengenai kepribadian, kita harus memperhatikan bentuk tubuh keseluruhan, lebih daripada wajah, Harus ada perbandingannya sesuai yang di dalamnya proses kemanusiaan umum terdapat dalam diri seseorang. Pemain yang memerankan nenek tua, meski wajah dan semua sudah kelihatan tua, tetapi bentuk dan cakap tubuh kelihatan muda, tentulah akan nampak lucu sekali. lebih baik penonton mengetahui bahwa pemainnya tidak tua daripada melihat pemainnya tidak bisa memperlihatkan ketuanya.
      Dengan demikian, perlulah proses kreatif, yaitu proses intai di mana intelek bekerja secara korektif. Maka kita haruslah belajar melihat wajah luar kita sendiri seperti orang lain melihat kita
      Caranya: Dalam saat latihan dan bermain, menumbuhkan semacam aku kedua yang memperlihatkan secara objektif pada saat kita memainkan peranan. Aku kedua ini harus turut berlatih, semakin, mengoreksi, dan mengontrol.

Faktor-faktor yang harus diperhatikan demi suksesnya make-up
1.   Kata dan halusnya base. Guna base ialah untuk melindungi kulit, memadahkan pelaksanaan, make-up dan penghapusannya.
2.   Kesamaan foundation. Guna foundation ialah memberikan dasar warna kulit sesuai dengan warna kulit peranan.
3.   Penggunaan garis-garis yang layak. Garis-garis itu untuk membuat jelas anatomi muka, batas-batas bagian wajah alis, mata, keriput-keriput
4.   Harmoni antara sinar dan bayangan-bayangan. Highlight dan shadow memberi efek bahwa manusia itu Liga dimensional. Highlight memberi pembulatan serta penonjolan bagian-bagian wajah, alis, mata keriput-keriput dan bayangan.
5.   Blending, gunanya ialah agar campuran bahan-bahan pada wajah terwujud dengan sempurna. Blending dipakai untuk menutup warna dasar, untuk menambah warna kulit yang tidak kena rias, untuk menghaluskan warna jangan sampai terlalu tebal.

2.   Bahan-bahan make-up teater
1.   Base
Yang termasuk base ialah coldeream (netral).
            Cara memakainya: ambil dengan jari telunjuk, letakkan pada bagian yang menonjol, umpamanya hidung, gosokkan dengan berputar-putar.
2.   Foundation’
Ada dua macam:
a.   stick
b.   pasta
Gunanya untuk menutup ketiakrataan pada kulit. caranya memakai seperti base.
3.   Lines
Gunanya untuk memberikan batas anatomi muka.
      Macam-macamnya:
a.   eyebrow pencil. membentuk alis dan memperindah mata
b.   eyelash: membentuk bulu mata agar melengkung
c.   lipstik
d.   highlight dan shadow: menciptakan efek tiga dimensional.
      Ada dua macam: pancake dan panstick.
e.   eyeshadow: membentuk dimensi pada mata.
4.   Rouge
Menghidupkan bagian pipi dekat mata, tulang pipi, dagu, kelopak mata antara hidung dan mata.
5.   Cleansing
Cairan untuk menghilangkan segala make-up. Ini juga memberikan makanan dan pengobatan pada kulit.

3.   Proses make-up
1.   Sebelum memulai pekerjaan rias, seniman rias harus mempelajari dengan mendalam isi cerita, kemudian mendalami satu per satu tiap persona yang akan main. Selain itu, pemain-pemain sendiri harus menjiwai peranan yang akan dimainkan.
2.   Kerja make-up-nya sendiri:
     -      Mempersiapkan muka, membersihkannya sebelum memainkan alat-alat make-up.
     -      Memberi warna dasar/foutudation.
     - Penggunaan rouge untuk memberikan warna tiga dimensi pada pipi.
     -      Lining/pemberian garis-garis sesuai dengan watak dan usia peranan.
      Anatomi wajah terdiri atas tiga bagian:
     -      alis.
     - mata.
     - bibir.
     - Menyusun dan membentuk hairdo. Kita bisa menggunakan rambut palsu menurut bentuk hairdo yang kita ingini Selain hairdo, juga dipergunakan penempatan kumis dalam make-up teater.
      Pasta gigi dapat digunakan untuk pemutih rambut peran orang tua.

4.   Teori dan teknik rias
Rias dapat dibedakan atas delapan macam:
1.   Rias jenis
Rias jenis dilakukan bila perias harus mengubah seorang laki-laki menjadi,wanita atau sebaliknya.
2.   Rias bangsa
Rias bangsa terjadi bila misalnya pemain bangsa Indonesia harus melakukan peranan sebagai seorang inggris. Untuk ini diper1ukan pengetahuan tentang pelbagai sifat bangsa-bangsa, tipe dan wataknya, agar pemanguan bisa kena.
3.   Rias Usia
     Rias usia misalnya mengubah seorang pemuda menjadi kakek tua. Untuk itu d     diperlukan pengetahuan mengenai anatomi manusia dan pelbagai umur.
4. Rias tokoh
     Rias tokoh amat sukar dilaksanakan. Meniang ada hubungan antara bentuk luar dan watak seseorang, tetapi pedoman itu sukar dipegang oleh seniman rias. Maka lebih jelas kalau mengertian rias watak digabungkan dengan rias tokoh. Sebab di dalam masyarakat orang dapat membedakan antara tokoh pelacur dan tokoh ibu yang saleh, umpamanya. Masing-masing jelas menunjukkan watak dan bentuk luar yang berlainan.
5. Rias watak
     Baca pada rias tokoh
6. Rias temporal
     Rias temporal ialah merias menurut perbedaan-perbedaan karena waktu. Misalnya seorang bangun tidur membutuhkan rias yang berbeda dengan orang yang akan pergi ke pesta, dan sebagainya.
7. Rias aksen
     Rias aksen hanya memberikan tekanan kepada pelaku yang sudah mendekati peranan yang akan dimainkannya. Umpamanya. seorang pemuda Jawa yang harus memainkan peranan pemuda Jawa hanya membutuhkan rias aksen.
8. Rias lokal
     Rias lokal ialah rias yang ditentukan oleh tempat. Umpamanya rias seorang narapidana di penjara akan berbeda dengan rias sesudah dia dilepaskan dari penjara.

Tinjauan lain, tinjauan secara teknis
1.   Straight make-up mewujudkan peranan asli si pelaku. Misainya seorang tua memerankan orang tua. Straight make-up itu memainkan peranan dalam kehidupan sehari-hari. Orang bermake-up sesuai dengan umur dan fungsinya untuk mengatasi kilauan sinar dan menambah keindahan pribadi.
2.   Character mike-up melukis dan mengerjakan wajah sesuai dengan peranan.

Klasifikasi rias:
1.   Rias sehari-hari
Yang diutamakan ialah estetika. Yang harus diperhitungkan:
      -     jarak yang sangat dekat dengan sesama manusia,
      -     penerapan alam atau buatan.
2.   Rias teater
Yang diutamakan ialah seni teater. Yang harus diperhatikan: jarak antara M3 dan M4, -        bentuk dan ukuran anatomi peranan,
      -     sistem lighting pentas.
3.   Rias untuk fotografi
Yang harus diperhitungkan:
-          sifat bahan pemotretan,
-          hitam putih atau berwarna, teknik penyinaran secara alamiah atau tiruan,
-          kepekaan lensa.
4. Rias untuk film dan
Film:                                                           TV:
- kepekaan film negatif,            -    Tidak ada             
- tidak ada hitam-putih              - atau berwarna,
- teknik lighting dan kamera     -    hampir serupa dengan film.
-Bisa direncanakan dengan teliti; bisa retake
-harus sekali jadi; dalam
Dalam shooting                                                                
pertelevisian adegan-adegan langsung dilihat  oleh M4, jadi tak ada kemungkinan retake,
-     ekspresi layar lebar
-  ekspresi layar sempit, maka make-up harus lebih teliti.

5.   Hal-hal lain
Pekerjaan rias harus dapat dipertanggung jawabkan dari artistiknya dan segi kesehatanya. Dari segi kesehatan harus diingat. bahwa beberapa bahan dapat menimbulkan akibat jelek pada badan pemain, sedangkan yang lain tidak. Sebagai contoh dipandang dari segi kesehatan ialah pemakaian foundation lebih baik daripada pancake.
            Bahan-bahan dapat diimpor dari luar negeri. Di Prancis yang terkenal ialah Yanile, di Belanda Tirlemont, di Amerika Max Factor. Akan tercapi. kemungkinan-kemungkinan menggunakan bahan-bahan dalam negeri pun ada. Orang-orang tua kita sesungguhnya sudah mengenal a1a-alat rias yang tidak kalah baik dan higienis dan alat-alat luar negeri. Maka periuklah penyelidikan-penyelidikan ke arah itu.


 








 


































 



     


 



































BAB 14
TATA SINAR



1. Tujuan
1.   Menerangi dan menyinari pentas dan aktor.
            Kita bedakan menerangi dari menyinari
      -     Menerangi adalah cara menggunakan lampu. sekadar untuk memberi terang, melenyaplah gelap. Penggunaan lampu seperti ini disebut general ilumination. Dengan general illumination itu seluruh pentas, benda-benda penting maupun yang tidak penting, diterangi secara merata. Para penonton itu perlu bisa melihat karena antara melihat dan mendengar itu ada kreasi, dan apa yang tidak dilihat oleh penonton dirasa seperti tidak didengar.
      -     Menyinari adalah cara penggunaan lampu untuk membuat bagian-bagian pentas sesuai dengan keadaan dramatik lakon. Penggunaan lampu seperti ini disebut specificllumination. Dengan specifik illumination ini perhatian dipusatkan pada suatu tempat di pentas, dan tempat-tempat lain menjadi kurang penting. Dengan penyinaran ini efek dramatik dan piktorial bertambah.
          Penyinaran setempat ini jangan sampai mengakibatkan daerah-daerah lain kelihatan gelap. Harus ada ke selarasan antara lampu-lampu general illumination dan lampu-lampu specific. illunination.

2.   Mengingatkan efek lighting alamiah. Maksudnya ialah menemukan keadaan jam, muslin, cuaca dengan lighting.
3.   Membantu melukis dekor/scenery dalam menambah nilai warna sehingga tercapai adanya sinar dan bayangan. Lukisan itu menjadi dekor selama dipakai;.bila tidak dipakai, tidak ada dekor.
4.   Membantu permainan lakon dalam melambangkan maksudnya dan memperkuat kejiwaannya.


2.   Problem stage lighting
1.   Problem fisikal dan mekanis
      Problem fisikal dan mekanis berupa oa1-soal:

      -     Lighting unit macam apa yang bisa dipakai? (Lighting unit adalah suatu alat-alat penerangan.).
      -     Di mana alat-alat itu ditempatkan? Sebab salah tempat dan letak dapat mengacaukan jalan lakon.
      -     Mengapa dan karena alasan apa tempat-tempat kedudukan lighting tersebut?
      -     Bagaimana instalasi dikerjakan dengan aman dan sempurna?
      -     Bagaimana cara pengotoran lighting yang baik? Cara yang baik ialah bila semua sumber linghting dan semua mekanik untuk mematikan lampu ditaruh bersama di satu tempat.

2.   Problem artistik
Problem artistik ialah bagaimana kita bisa menggunakan lighting sehingga lighting itu dapat merangsang emosi penonton.
            Contoh: bagaimana pada adegan terakhir melukiskan akhir hidup seseorang yang panjang umurnya. Pada adegan itu, orang itu menyesali hidupnya di hari tua. Dia duduk di taman. Sinar kuning suasana sore sedikit berubah menjadi biru, sementara itu daun-daun berjatuhan, menandakan bahwa tahun dan hari akan selesai.
            Sinar yang menggambarkan akhirnya hari menjadi simbol kegelapan orang itu sendiri sehingga bayangan maut yang disekresikan lewat tata sinar merupakan epilog dan prolog hidupnya pada saat-saat terakhir.

 
































1.   Strip light



 

1.      Strip light
      Yang dimaksud dengan striplight ialah tata lampu yang berderet.
            Ada dua sistem striplight:
  a. Open system: bila di antara lampu-lampu di dalam kotak tidak ada sekat-sekat. Maka lampu-lampu itu sendiri harus sudah berwarna merah, biru, kuning (warna primer).
  b. Compartment system: bila di antara lampu-lampu ada sekatnya. lampu-lampu itu bisa sudah berwarna atau tidak berwarna, tetapi sekat-sekat itu dilapisi dengan kertas-kertas berwarna merah, biru, kuning.

Ada dua macam stripliglit:
a.   Footlight: diletakkan di batas depan pentas, di bawah.
b.   Borderlight diletakkan di atas, digantungkan di belakang border-border.

Striplights yang baik ialah sepanjang mulut pentas. Voltasenya harus sama supaya dapat memberi efek yang sama. Striplights tidak memakai lensa.

2.   Spotlight
Spotlight adalah sumber sinar yang dengan intensif memberikan sinar kepada satu titik atau bidang tertentu. Jika di dalam film kita mengenal teknik dan istilah close-up, di dalam teater spotlight memungkinkan teknik tersebut tercapai.
      Prinsip spotlight itu ialah: sinar yang intens dikumpulkan di dalam kotak metal. Sinar itu dipantulkan oleh reflektor dan pergi melalui lubang bundar. Setelah melalui lubang bundar itu, sinar dikontrol oleh sebuah lensa yang mengatur besar pancaran sinar itu.
      Dengan spotlight dapat diciptakan efek air laut. api, guntur, dan lain-lain. Untuk air laut, seember air di-spot dan digoyangkan, sinar dipantulkan pada cyclorama. Untuk api kertas-kertas merah diletakkan pada suatu benda, di bawahnya ditaruh kipas, lalu kertas-kertas merah yang berkibar itu dispotkan pada layar. Untuk kilat, flaslight dimainkan dengan.

3.   Floodlight
Floodlight adalah lampu yang mempunyai kekuatan yang besar tanpa lensa. Ada yang ditaruh di bawah dipancangkan pada suatu standar untuk menerangi jalan-jalan keluar masuk, drop, cyclorana, Dan sebagainya. Ada yang digantungkan untuk menerangi daerah permainan, sebuah backdrop, sebuah cycloroma.

4.   Tiga macam lampu dalam masalah penerangan
1.   lampu primer
Lampu primer adalah sumber sinar yang langsung menuju benda atau daerah yang ingin kita sinari. Sinar ini mengakibatkan bayangan.
2.     lampu skunder
Lampu sekunder adalah sinar yang menetralisasi bayangan itu. Maka lampu sekunder ditaruh berlawanan dengan lampu primer. Untuk menciptakan etek sinar yang tidak dimensional. caranya menggabungkan  lampu primer dan lampu. sekunder sehingga masing-masing sinar saling bersilangan.
            Kita bedakan:
      a.   Lampu untuk menghidupkan dekor
Seandainya cerita terjadi dari pagi sampai sore, maka lampu berubah sesuai dengan itu dengan demikian tidak berubah lama waktu tertentu.
        b.     Lampu untuk menghidupkan permainan
Lampu menyinari pemain dan agak dapat berubah dalam waktu tertentu itu. lampu ini harus lebih terang dai lampu-lampu lainnya.
3.   Lampu untuk latar belakang
      Lampu ini adalah lampu khusus untuk menerangi cycloroma

Catatan:
Untuk arena staging baik dipakai 3-way lighting system. Untuk and staging, 2-way lighting system.

5.   kontrol atas sinar
Sukses general atau specific illumination bergantung pada pengontrolan yang baik atas alat-alat penyenaran.
      Ada enam macam kategori dalam pengontrolan sinar
1.   Pengontrolan atas hidup dan matinya lampu
2.   Pengontrolan atas penyuraman lampu
3.   Pengontrolan atas arah lampu/sinar
4.   Pengontrolan atas besar sinar spotlight
5.   Pengontrolan atas bentuk sinar spotlight
6.   Pengontrolan atas warna sinar

Pengontrolan atas arah lampu/sinar
Pengontrolan arah lampu dicapai menurut cara lampu itu dipancangkan atau digantungkan. Lampu-lampu yang terutama direksional adalah goctlights, dan floodlights.

Pengontrolan atas besar sinar spotlight
Besar sinar spotlight dapat dikontrol menurut jenis lensanya. juga dapat dikontrol dengan menggerakkan lampu di dalam kotaknya. Bila lampu di dalam digerakkan ke muka, spot-nya akan menjadi lebih besar. Bila digerakkan ke belakang menjauh dari lensa, spot-nya menjadi lebih kecil.

Pengontrolan atas bentuk sinar spotlight
Bentuk spot dapat dikontrol dengan yang dinamakan shutter. Shutter itu ada empat bilah logam, ditaruh di muka spotlights, dibuka atau ditutup menurut kebutuhan memotong sebagian lampu atau membentuk rupa spot.

Pengontrolan atas warna sinar
Warna sinar dapat dikontrol dengan kaca yang berwarna, lampu yang berwarna, atau dengan gelatin (semacam kertas berwarna). Dalam hal ini perlulah kita tekankan bahwa sinar yang berwarna dapat mengakibatkan perubahan pada permukaan benda yang tersinari itu. Umpamanya, permukaan yang merah menjadi merah menyala kalau kena lampu merah, sebaliknya kalau kena lampu biru akan berubah hampir menjadi hitam. ini memang merupakan problem dalam pentas. Lebih-lebih harus diperhatikan keselarasan warna lampu dan waria kostum.

Yang perlu diperhatikan:
a.   Bagaimana percampuran pigmen dan pigmen? Jika warna pigmeh merah, kuning, biru dicampur dengan proporsi yang wajar dan dilihat di bawah sinar pulih. jadinya akan tampak. Abu-abu atau hitam.
b.   Bagaimana percampuran lampu berwarna dengan lampu berwarna? Warna lampu pokok merah, kuning dan biru- violet. bila dikombinasikan dengan ukuran baik hasilnya akan putih.
c.   Bagaimana percampuran pigmen berwarna dengan lampu berwarna? Campuran warna pigmen dan warna lampu menghasilkan sama seperti campuran pigmen dan pigmen. Lampu merah pada permukaan benda yang hijau akan menghasilkan warna abu-abu atau hitam.

6.   Pertimbangan perencanaan lighting yang terakhir
Ada empat problem:
1.   Apakah tujuan perencanaan ligting sudah tercapai?
      -     Sudahkah lighting tersebut menyinari panggung dan pemain?
      -     Cocokkah waktu yang dilaksanakan dengannya?
      -     Sampai berapa jauhkah lighting membantu melukis dekor?
      -     Mampukah membantu lakon?
2.   Apakah lihgting tersebut berasal dari sumber yang logis? Sang hari, sinar terpecah. Malam hari, sinar terkumpul. itu kelogisan sinar.
3.   Apakah sudah dicapai keseimbangan antara gelap dan terang? ingat, terangnya sinar spotlight jangan sampai menggelapkan daerah sekitarnya.
4.   Dapatkah segala macam perubahan lignting tercapai? Apakah penggunaan warna-warna sudah dipikirkan dengan masak? Pelopor painting with light adalah Adclpne Appia (1895- 1905).
 


















7.   Lighting plot
Lighting plot sangat penting dalam menyelenggarakan drama, sama pentingnya dengan peralatan lampunya. Dalam mengatur penyinaran harus ada petunjuk-petunjuknya (lighting cues).
      Lighting plot adalah diagram pengaturan panggung yang memperlihatkan posisi semua sinar. Lighting cues adalah tanda-tanda, petunjuk-petunjuk untuk menghidupkan dan mematikan lampu.


 
















                     
           
     
      Dalam setiap produksi drama harus ada paling sedikit latihan dengan lampu/sinar; dan sebelum latihan ini, plot dan tanda-tanda ampu harus dipersiapkan. Dalam latihan mi, jika perlu. semua sinar harus dicoba dan diatur kembali. Tanda-tanda harus disembahkan bersama oleh aktor-aktornya, Di rektornya, stage manager-nya, dan alektrisiennya agar, kalau ada tanda dan si aktor, tukang listriknya tahu mengubah sinar-sinar sebagaimana diperlukan.

Kode    Nama lighting unit                                                 Warna
1 dan 2 Floor striplight dai border strip-                             Biru tua
            light untuk menyinari sky wal1,
            cyc, drop.
2          Floor striplight: menyinari ground                          Biru muda
            row
4          Floor floodFght: sinar bulan lewat                         Biru muda sekali
            jendela
 





























8 dan 9 Border spot: memperkuat                     Kuning pucat  
            lampu pada B                                             
10. House spot: menyinari daerah                Kuning mudah
      permainan sekitar daerah 8 dan 9.
11 dan 12 House spot: menyinari                      Biru mudah
      daerah permainan di tengah.
13. FIoo flood: menyinari acove                  Warna gelap
14 dan 15 Foot dan border light: menyinari             Merah,         biru
garis depan.


 









8:   Sejarah perkembangan tata lampu
1.   Sinar alam adalah matahari. Dahulu orang main drama pada siang hari.

2.   Pada zaman Shakespeare orang mulai main di ruang tertutup. Artificial lighting berkembang dengan menggunakan banyak sekeliling.
3.   Masa penggunaan minyak tanah dan gas.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar