KOMPOSISI PENTAS
Apabila kita perhatikan gambar-gambar yang terdapat pada majalah, akan
ternyata bahwa setiap gambar itu menceritakan kehidupan, kisah keluarga yang
sedang duka, kemenangan perang yang gemilang, skandal seks yang menghebohkan,
permainan politik tinggi yang kisruh, dan sebagainya. Setiap macam bentuk hasil
lukisan atau pemotretan ini mempunyai arti, merupakan komunikasi antara kisah
kemanusiaan dari pembacanya. Si penyusun gambar, baik fotografer maupun ahli
cetak, berusaha menyusun gambar-gambar itu ke dalam kerangka gambar dengan
tujuan agar para pembacanya kelak segera tertarik perhatiannya. Gambar pada
majalah-majalah itu memudahkan suatu komposisi.
Demikian pula halnya dengan lakon yang dimainan, yang sebenarnya
merupakan suatu rentetan gambar yang berarti dan menceritakan kisah, punya
bentuk yang terwujud dalam batas kerangka proscenium.
Proses dramatik visual
Salah satu tujuan moment (gerak) adalah meluluhkan (dissolve)
suatu gambar untuk kemudian membentuk kembali (reform) gambar berikutnya.
Secara terinci proses ini digambarkan sebagai berikut:
- Gambar ® luluh dan membentuk ® gambar ® luluh dan membentuk ® gambar
dan seterusnya
Gambar-gambar itu disebut komposisi.
Proses luluh dan membentuk adalah gerak
- komposisi® gerak® komposisi ® gerak ® komposisi dan seterusnya.
moment dipertahankan suatu bentuk gambar
bergantung pada sama tidaknya suatu motivational forces, ada kalanya
hanya satu titik atau lebih. Bagaimanapun gerak itu terwujud, aktor-aktor mempertahankan
posisinya. Semuanya harus merupakan gambar-gambar yang berarti. Semua itu
adalah komposisi dinamis.
Beberapa Pengertian
Komposisi pada seni lukis adalah suatu make-up dari lukisan yaitu
empatan artistik atas garis dan kelompok dalam batas bingkai lukisan.
Sutradara lakon harus
berusaha agar susunan perlakonan pada pentas mewujudkan suatu komposisi yang
baik. Dia harus merencanakan pengaturan yang menurut dia akan menghasilkan
suatu pemandangan yang hidup, hangat dan menarik.
Dan titik tolak pengertian ini
dapatlah kita buat definisi:
Komposisi pentas adalah penyusunan yang berarti dan artistik atas bahan-bahan
perlengkapan pada pentas.
Aktor adalah bahan yang bergerak, dekorasi dan lain-lain peralatan pentas
adalah bahan-bahan statis tidak bergerak. Komposisi pentas hendaklah
direncanakan, dilatih, dicoba. Dalam pertunjukan hampir tak ada waktu untuk
pembetulan, maha keliru sedikit sudah menjadi suatu kegagalan.
Prinsip komposisi pentas
Sesuai dengan kasus dari setting pentas, hakikat usaha itu
adalah proses penyusunan tokoh-tokoh manusia sedemikian rupa sehingga garis dan
kelompok yang tersusun menciptakan gambaran artistik yang berarti. Dengan lain perkataan
usaha ini adalah make-up dari lukisan kemanusiaan.
Pada definisi di atas
digunakan kata “berarti” dan “artistik”. banyak sutradara beranggapan bahwa
menyusun “lukisan yang menarik” tanpa paham yang cukup atas problema benar-tidaknya
lukisan itu sudah bisa memenuhi tujuan dramatik, sudah artistik! Justru karena
itu, maka kedua kata “berarti” dan “artistik” dipisahkan. Kedudukan utama
produksi lakon adalah menyampaikan arti, yaitu maksud pengarang kepada
penonton. Untuk memenuhi tujuan ini, komunikasi pengarang penonton hendaklah
diwujudkan dengan cara yang indah, artistik.
Dalam membuat
komposisi lukisan yang berarti dan artistik hendaklah diperhitungkan pula “pola
motif” yang ada da1am adegan serta batas-batas teknik teater konvensional.
Aspek motif komposisi
1. Komposisi harus nampak wajar
Sutradara menciptakn ilusi
kenyataan. Jika problemanya: “Bagaimana cara menyusun tokoh hidup dalam pentas?”
Jawabnya adalah: “Aturiah mereka sesuai dengan perasaan Anda, yaitu mengatur
mereka seperti keadaan mereka dalam kehidupan biasa, yang wajar!” Tiap susunan
harus memberi kesan dari apa yang digambarkan. Komposisi orang yang berada di
ruang duduk berlainan dengan sikapnya di dalam taman (situasi fisik). Sikap
orang yang sedang berpikir berbeda dengan sikapnya di waktu istirahat (basic
drives). Orang-orang yang sedang berkawan tidak sama sikapnya dengan mereka yang
sedang bermusuhan (social interaction). Tindakan orang tua bertentangan dengan
anak muda (character complex). Contoh-contoh ini menunjukkan bahwa keserasian
komposisi bergantung pada motivational characteristics”.
Kemudian, setelah
pengaturan yang wajar ditentukan, sutradara mengarahkan bahan-bahannya dengan cepat,
sesuai dengan batas-batas teknik teater.
2. Komposisi hendaklah menceritakan
suatu kisah
Foto dan gambar yang hidup
tidak memerlukan suatu penjelasan. Bahan-bahan itu berkisah dengan sendirinya.
Demikianlah pula hendaknya dengan suatu komposisi pentas. Seni teater adalah
seni pertunjukan yang menyampaikan suatu cerita kepada penontonnya. Nilai
kemampuannya bercerita sangat bergantung kreativitas sutradara dan aktor.
Apabila tirai diangkat. penonton hendaklah sudah bisa menangkap seketika itu,
keadaan apa, di mana tempatnya, dan sebagainya. Seorang raja yang sedang memberikan
titah, nyonya rumah yang mengantarkan ,hidangan, dan lain-lain adalah kisah kemanusiaan
yang wajar
3. Komposisi hendaklah menggambarkan
suatu emosi
Emosi ditimbulkan oleh
ketegangan fisik. Janganlah penonton dihadapkan pada suatu kesukaran tafsir
karena emosi para tokoh-tokohnya tidak jelas mengekspresikan ide suasana hari manusiawi.
Adegan emosional hendaklah bisa dirasakan oleh penonton yang akan menjadi aktif
berpartisipasi secara dramatik dengan lakon.
4. Komposisi hendaklah memberikan indikasi
hubungan tokoh perwatakan yang satu dengan yang lainnya.
Pada suatu kelompok manusia
pada lakon, tentu tumbuh tokoh protagonis yang memberikan dominasi atas
lain-lain perwatakan. misalnya tokoh pemimpin, agresor, seorang tua, wanita.
Pada pengarahan permainan hendaklah dijelaskan peranan antagonis penentang ide
utamanya secara dramatik sehingga moment konflik menjadi jelas bagi penonton.
Konflik ini adalah kesimpulan dari hubungan tokoh secara timbal-balik.
Aspek teknis komposisi
Dalam berusaha mencapai aspek ini sutradara hendaklah memperhatikan
pedoman-pedoman sebagai berikut:
a. Sesuaikan komposisi dengan otomasi”
daerah permainan” (playing area).
b. Ciptakan tata letak bahan-bahannya
untuk memperoleh gambar yang indah.
c. Usahakan cara pengaturan yang menguasai
perhatian penonton (control of attention).
d. Daerah permainan (playing area Sehubungan
dengan keadaan daerah permainan tempat
orang
Memainkan lakon, kita menemukan ide dan
prinsip teater sebagai berikut:
1. Prinsip garis pandangan mata
(the sightljne Principle)
a. Kemampuan manusia melihat secara horizontal
tanpa menggerakkan mata ke kiri atau ke kanan adalah selebar 40 derajat.
b. Kemampuan
manusia secara horizontal ke arah garis tegah objek pada pentas, bagian atas
garis khayal tirai (curtain line), dan mudahnya memandang hubungan-hubungan objek yang satu dengan yang
lain pada pentas dan latar belakangnya adalah selebar 60 derajat
2. Prinsip-prinsip khayal (the artifjcal
wall principle)
a. Prinsip tiga dinding:
Pengaturan benda-benda pada pentas proscenium berada di suatu ruangan
yang sebenarnya berdinding 4. Dinding 1, 2, 3, dipertahankan dan bisa terlihat,
Dinding ke-4 sebenarnya berada di tempat garis khayal tirai (curtain line): dinding
ke-4 ini ditiadakan.
b. Prinsip dua dinding
Selain konsep tersebut di atas, seorang perencana pentas bisa juga
hanya menggunakan dua dinding saja yang bisa terlihat, yaitu dinding I dan 2,
sedangkan dinding ke-3 yang sebenarnya berada di tempat garis khayal tirai;
dinding ke-3 ini ditiadakan.
3. Prinsip gambar berbingkai (the framed Picture
prciple) Apa yang sebenarnya dilihat penonton ketika menyaksikan pementas
teater prscenium adalah sebuah gambar berbingkai.
|
Ilusi gambar berbingkai ini di rusak apabila Aktor dalam permainannya:
a. menerjang garis batas permainan.
b. dengan tak sadar mengarahkan pandangan matanya ke tempat penonton.
Aspek pihak torial komposisi
Perbedaan teknis pelaksanaan antara seorang pelukis dan sutradara
teater ialah bahwa seorang pelukis menciptakan karyanya dalam suatu bentuk dua
dimensional sedangkan sutradara teater dalam bentuk impresi perspektif, sedangkan
seni teater berbentuk real perspektif yang nyata. Meskipun kedua jenis karya
seni itu berada perwujudannya, kedua-duanya bisa berpedoman pada satu ideal
pengaturan yang sama itu yang disebut aspek piktorial komposisi.
Aspek-aspek ini adalah:
1. Uniti (kesatuan)
Tiap komposisi hendaknya tampak sebagai satu unit (kesatuan) yang
integral. kesatuan ini banyak bergantung pada tujuannya yang tunggal dalam penggambaran
serta berhasilny penggunaan sarana, cara mengatur dan peningkatan ide. Kesatuan
ini bisa terwujud oleh garis, warna, pakaian, sikap dan lain-lain anasir
pentas. Tidak ada suatu komposisi bisa kelihatan kesatuannya jika tidak
dibuktikan dengan nyata dan logis sehingga akan membantu arti motif gambar.
Sutradara hendaklah mengatur
perwatakan sehingga masing-masing watak mempunyai hubungan dengan seluruh
gambar. Unity adalah nilai terakhir yang dicita-citakan sutradara teater.
2. Kontras
Kontras adalah hidup sebuah seni. Menonton adalah tabu. Kita tak
mungkin melihat terlalu lama ke arah hidung seseorang tanpa dilihat juga mulutnya
dan matanya, kemudian lain-lain bagan tubuhnya, demikianlah selanjutnya.
Bagian-bagian itu berbeda satu dengan lainnya. merupakan bentuk-bentuk yang
kontras, tetapi secara keseluruhan ketidaksamaan itu menjadi menarik.
Pada gambar dikemukakan
suatu perkembangan perencanaan gambar lewat kontras.
- Komposisi A didasarkan atas
garis-garis horizontal.
- Komposisi B ditambah dengan suatu garis
vertikal (tiang perahu). Garis ini kontras dengan garis-garis pada A.
- Komposisi C ditandai dengan lingkaran
(gambar bulan), kontras dengan A dan B.
- Komposisi D menunjukkan
kontras lain dengan garis diagonal (lereng bukit).
3. Vanety (variasi)
Prinsip ini bersumber pada peraturan seni teater kuno yang berpendapat bahwa
kita harus menghindari garis-garis yang lurus. Ruang-ruang yang serupa,
pendeknya segala bentuk yang menggambarkan itu-itu saja. Dilihat dari segi
psikologi dan estetik. suatu cara pengaturan untuk membuat kesan yang lain pada
penonton.
4. Koherensi (saling
bergantung)
Koherensi adalah faktor penting untuk. mencapai unity. Koherensi
berarti stick together, saling bergantung saling terikat Komposisi
hendaklah tetap berada bersama. Pada seni lukis koherensi diterapkan dalam
hubungan ruang. Apabila penyusun kelompok terpisah, dia akan tampak terbagi.
Pada setiap situasi bagian-bagian saling berhubungan harus cermat susuannya
sehingga sekorelasi (hubungan timbal-balik) dengan semua bagian. 3.chensi bisa
tercapai lewat cara mengadakan transisi (perpindahan
5. Balas (keseimbangan)
Balas adalah pengaturan benda-benda bergerak/tidak bergerak, dinamis,
pada pantas, yaitu di tempat benda-benda itu harus saling mengimbangi
a.
Physical balance (Keseimbangan
jasmaniah)
Adalah keseimbangan dalam cara
membagi masa jasmaniah pada pentas Peralatan, aktor, yang ditempatkan terlalu
banyak di satu sisi pentas akan mengakibatkan tidak adanya keseimbangan
pemandangan.
b.
Psychlogical adanya
(Keseimbangan rohaniah)
Kesan tidak adanya keseimbangan ini tidak didasarkan kesan pemandangan,
tetapi rasa kerohanian, misalnya memberikan jenis warnanya, tata sinar yang terlalu
terang di satu sisi pentas, bunyi yang timbul dari satu jurusan saja.
6. Emphasis (titik berat)
Titik berat adalah sebuah prinsip yang berpendapat bahwa kelompok yang
baik dalam lukisan adalah yang mempunyai pusat yang harus diperhatikan.
Perhatian ini hanya terletak pada satu titik pusat saja. Kita harus menentukan
dalam rencana, daerah manakah yang penting, kemudian menitikberatkannya dalam
kelompok. Cara ini akan membawa penonton ke suatu control of attention.
Control of
attention: Attention adalah concentrating atau proses memfokuskan terhadap
suatu darah tertentu pada pentas untuk dijadikan pusat perhatian. Gambar yang
baik komposisinya memiliki titik fokus ini yang lazim disebut center of
interest. Faktor-faktor yang dipergunakan untuk memperoleh center of interest
dalam komposisi pentas di antaranya adalah:
- Faktor jasmaniah: ruang, sikap. lukisn,
posture, lapisan (level), framing, garis-garis dekorasi.
- Fiktor rokhaniah: warna,
sinar, bunyi.
BAB 12
TATA PAKAIAN
Sebuah produksi drama yang dipentaskan dalam panggung proscenium, arena
atau dalam bentuk lain mana pun adalah sesuatu yang dilihat dan didengar oleh
penonton. Dari sebab itu, seorang pelaku, selain harus memperhatikan bagaimana membaca
teksnya, harus juga memperhatikan bagaimana penampilannya. Seorang daku, sebelum
didengar suaranya, seni harus dilihat lebih dahulu. Maka dari itu, kesan yang
ditimbulkannya pada penonton mengenai dirinya bergantung pada tampaknya itu. Pakaiannya
yang pertama kali tampak membantu menggariskan karakternya, pakaiannya yang tampak
kemudian memperkuat kesan itu atau mengubahnya menurut keperluan lakon. Sebelum
membicarakan caranya efek-efek itu tercapai, perlulah lebih dahulu mengetahui
arti istilah “tata pakaian pentas’’ atau ‘‘kostum pentas
1. Definisi
segala sandangan dan perlengkapannya (accessoris) yang dikenakan dalam
pentas merupakan tata pakaian pentas. Bahkan bisa si
pelaku itu di dalam pentas mengenakan pakaiannya sendiri: pakaian itu beserta perlengkapannya
menjadi kostumnya. Kostum pentas meliputi semua pakaian, sepatu, pakaian
kepala. dan perlengkapan-perlengkapannya, baik itu semua kelihatan atau tidak oleh
penonton. Biasanya produksi-produksi amatir memusatkan perhatian pada lapis
luar kostum serta mengabaikan kaki dan pakaian-pakaian dalam. “Pakaian-pakaian
itu tidak akan benar berpengaruh” demikian kata mereka Akan tetapi. pernyataan
itu bagi mereka yang mahir dalam dunia teater tidak benar. Maka sekarang akan
kita analisis macam-macam bagian kostum pentas.
2. Bagian-bagian kostum.
Kostum dapat digolongkan menjadi
lima bagian
1. Pakaian dasar atau foundtion.
2. Pakaian kaki/sepatu.
3. Pakaian tubuh/body.
4. Pakaian kepala/headdress.
5. Perlengkapan-perlengkapan/acccssories.
Ad. 1, Pakaian dasar:
Pakaian dasar adalah bagian kostum, entah kelihatan atau tidak, yang
penting untuk memberikan silhouette. pada kostum.
Contohnya:
Krinolon atau rok sampai, korset, petikut yang dipakai di bawah pakaian
luar, setagen, dan sebagainya.
Gunanya:
Membuat tertib bentuk pakaian yang terlihat. Pentinglah bahwa pakaian
yang dipakai di dalam pakaian luar harus benar untuk menciptakan efek yang
memuaskan. Bahkan dengan produksi dengan pakaian modern, pembentukan tubuh
dengan memakai korset atau mempertebal pakaian pelakunya dapat membantu dalam
karakterisasi. Perut gendak, payudara yang melemah, pinggang yang menebal,
dapat membantu pelaku memerankan umur peran yang digambarkannya.
Ad. 2. Pakaian kaki/sepatu
Tampaknya kaki si pelaku dapat menghasilkan atau sebaliknya merintangi
efek kostum. Efek kostum adalah efek yang ditimbulkan oleh keseluruhan bagian
kostum itu. Gaya sepatu penting, tidak
hanya demi efek visual, tetapi juga karena hal itu mempengaruhi cara si pelaku
bergerak dan berjalan cara berjalan seseorang berbeda-beda menurut tinggi tumit
sepatu. Tumit yang tinggi biasanya lebih berakibat gerak pinggang banyak, tumit
yang rendah perlu untuk gerak lembut rok bundar, tanpa tumit akan berakibat hal
yang lain lagi. Untuk lakon yang historis sering sulit menyediakan corak sepatu
yang cocok. Jika sepatu dari masa tersebut tidak dapat dibuat, sebaliknya kaki dibuat
tidak menonjol jangan memakai sepatu biasa dengan tinggi tumit yang serasi dan hitam atau pudar. Sepatu yang jelas modern
gayanya, dan tidak cocok dengan periode tertentu haruslah tidak dipakai bersama
kostum periode itu, meski warnanya sesuai sekalipun.
Ad. 3 Pakaian tubuh/body
Bagian ketiga kostum pentas ialah pakaian-pakaian tubuh yang kelihatan
oleh penonton. ini meliputi blus, rok (skirt), kemeja, dan lain-lain yang dipakai oleh pelaku.
Ad. 4 Pakaian kepala/headdress
Bagian keempat kostum ialah pakaian kepala termasuk penataan rambut (coiffura).
Corak pakaian kepala tentu saja bergantung pada corak kostum. Gaya rambut
kadang-kadang dimasukkan ke dalam make-up.
Kostum dan make-up sangat erat berjalaran dengan melukiskan peranan
hingga kedua hal itu harus diperhatikan bersama. hairdo atau tata rambut
disesuaikan dengan wajah dan bentuk rambut.
Cara menyusun rambut
itu berubah-ubah; dan menyusun “rambut dengan rambut palsu (wig) juga
dikerjakan. Bagaimana menyusun rambut dalam masa potong rambut yang pendek ini
merupakan problem yang besar. Pelaku, perempuan maupun laki-laki, tidaklah baik
dengan banyak tingkah mengikuti model rambut yang bermunculan sebagai mode yang
terbaru. Rambut yang agak panjang, yang dapat dibentuk dengan bermacam- macam
gaya, lebih berguna. Rambut palsu tertentu saja dapat dipakai, tetapi harganya
sangat mahal dan harus disesuaikan baik supaya memuaskan.
Ad. 5. Perlengkapan-perlengkapan/accessories
Bagian-bagian kostum adalah pakaian-pakaian yang melengkapi bagian-bagian
kostum yang bukan pakaian dasar atau yang belum termasuk 1, 2, 3, 4, tetapi
dapat ditambahkan demi efek dekoratif, demi karakter, atau tujuan-tujuan lain. Ini
meliputi kaus tangan, perhiasan, dompet, ikat pinggang, kipas, dan sebagainya.
Untuk beberapa peranan, kostum mungkin meliputi accessories itu; untuk
yang lain mungkin tidak. Sepotong tongkat atau payung mungkin sekali berguna
untuk stage busine yang diperlukan atau untuk membantu
karakterisasi.
Perbedaan acccssorie
dengan ganproperties tidak selalu jelas, dan sebuah benda dapat sekaligus
accessory dan property. Umpamanya, dompet yang dibawa oleh
seorang peranan hanya untuk melengkapi efek kostum adalah accessory;
tetapi, bila itu digunakan demi stage business si pelaku, itu juga sebuah
proptry Pakaian seperti mantel dan topi yang harus ada padi tempatnya
bila adegan dimuliai, atau yang dibawa oleh pelaku lain, dapat dipandang
sebagai properties, sebab barang-barang itu adalah bagian dari stage
basiness, tetapi mereka harus dipandang sebagai bagian kostum aktor yang
memakainya. Pakaian yang dibawa di dalam koper di pentas, dibuka tetapi tidak
dipakai, adalah property, bukan kostum. Bila properties dan
kostum itu dipakai oleh pelaku yang sama, maka memisahkan kedua hal itu tidak penting.
Tetapi, jika tidak demikian, maka perbedaan yang pasti antara properti dan
kostum menjadi perlu.
3. Hubungan kostum dengan
fase-fase lain di pentas
Kostum biasanya akan lebih efektif dan sesuai bila direncanakan
bersama-sama dengan fase-fase produksi yang lain. Kostum-kostum haruslah saling
bersesuaian dan cocok dengan scenery. Banyak produser amatir yang
memusatkan perhatian pada efek skenis alih-alih pada lakon, dan
menyerahkan urusan kostum Kanada pelaku. perseorangan, tetapi praktek ini kerap
kali merugikan kesatuan produksi. Pelaku yang berlain-lainan akan mempunyai ide
yang berbeda-beda mengenai kostum yang cocok untuk adegan tertentu. Aktor
terlalu sering memikirkan dirinya hanya dalam hubungannya dengan publik. dan
mengabaikan hubungan kostum mereka dengan karakter-karakter lain di pentas. Kecuali
itu, bila pelaku sendiri bertanggung jawab atas kostumnya, maka kualitas kostum
akan berbeda-beda, dan seorang pelaku mungkin tidak mampu menanggung ongkos kostum
yang sesuai dengan rolnya.
Keselasan warna kostum dengan setting haruslah masuk perhitungan
karena stting menjadikan latar belakang untuk kostum. Jubah beledu hitam
dapat lenyap sama sekali ke dalam suatu. set kain-kainan yang hitam, Dan dari
pelaku yang kelihatan hanya muka dan tangan yang bergerak-gerak. Jika
kekeliruan ini belum baiki dalam latihan yang pertama dengan kostum, maka sudah
terlambat untuk mengubahnya. Hal itu tadi dapat ditolong dengan membuat
plisiran emas pada semua pinggiran kostum: dengan demikian bentuk si pelaku
dapat dibedakan dan setting.
4. Tujuan dan fungsi kostum
Dalam pementasan tidak perlu perlengkapan yang terlalu mahal; yang perlu adalah efeknya.
Tiap Costuming mempunyai dua tujuan
1. Membantu memperlihatkan (M4) agar mendapatkan
suatu ciri atas pribadi peranan
2. Membantu memperlihatkan adanya hubungan peranan yang satu dengan peranan
yang lain, misalnya seragam tentara.
Tentang warna dan garis dalam kostum, sesuai dengan teori warna garis
yang pernah dibicarakan.
Fungsi kostum
Agar kostum pentas mempunyai efek yang diinginkan. kostum pentas harus
menunaikan beberapa fungsi tertentu.
1. Fungsi yang pertama dan paling penting ialah membantu
menghidupkan perwatakan pelaku. Artinya, sebelum dia berdialog, kostum
sudah menunjukkan siapa dia sesungguhnya. umumnya, Kebangsaannya, status
sosialnya, kepribadiannya, suka dan tidak sukanya. Bahkan kostum dapat
menunjukkan hubungan psikologisnya dengan karakter-karakter yang lain.
2. Fungsi yang kedua untuk individualisasi
peranan. Warna dengan gaya kostum dapat membedakan seorang peranan dan peranan
sang lain dan dari setting serta latar belakang. Gaya suatu periode yang
mempunyai karakteristik-karakteristik yang sama menimbulkan duplikasi dari penonton,
bukan individualis yang perlu bagi peranan.
3 Fungsi yang ketiga ialah memberi fasilitas
dan membuat gerak pelaku. Pelaku harus dapat melaksanakan laku atau stage
business yang perlu bagi peranannya tanpa terintang oleh kostumnya. Kostum
tidak hanya harus menjadi bantu bagi pelaku, tetapi juga harus menambah efek
visual gerak, menabah indah dan menyenangkan setiap posisi yang diambil pelaku
setiap saat. Hal ini sebagian besar bergantung pada temperamen dan kerja sama
antara pelaku dan perencana. Pelaku yang pandai dan cukup latihan biasanya dapat
menguasa pakaian yang sulit pun jika. pakaian itu membantu efek visual produksi
seluruhnya. Akan tetapi, bila stage business meminta pelaku agar jungkir
balik dan melakukan gerak-gerak akrobatik lainnya yang sukar-sukar, maka kostum
harus direncanakan hingga tidak merupakan rintangan.
5. Tipe-tipe kostum pentas
pertunjukan, tontonan kemegahan, dan produksi-produksi lainnya itu
bermacam-macam, dan tak ada dua yang memerlukan corak kostum yang tepat. Namun,
kostum dapat digolongkan ke dalam empat tipe umum:
1. kostum historis
2. kostum modern
3. kostum nasional
4. kostum tradisional
- Kostum historis adalah
dari periode-periode spesifik dalam sejarah.
- Kostum modern adalah
pakaian yang dipakai dalam masyarakat sekarang.
- Kostum nasional adalah dari negara
atau tempat spesifik.. Tentu saja kostum dapat sekaligus historis dan nasional.
- Kostum tradisional adalah
representasi karakter spesifik secara
simbolis dan distilasi, seperti kostum Pierrot, Pierrette, dan Harlequin.
Kostum-kostum ini kadang-kadang mempunyai belakang historis atau nasional, tetapi
kostum itu terutama bersangkut-paut dengan karakter-karakter tradisional. Dan
tidak begitu dengan periode atau tempat yang khusus.
Masih ada corak-corak kostum lain, yaitu kostum sirkus, fantastik, dari
skating, kostum hewan, dan sebagainya. Kostum-kostum itu kebanyakan
berdasar dalam berasal dari ke tempat tipe yang umum
6. Cara memakai
Lebih dahulu dibedakan antara berdandan dan memakai kostum. dari
berdandan hanya melulu memakai pakaian saja. Memakai kostum adalah menggunakan
pakaian sesuai dengan hidupnya atau, dengan hidupnya atau dengan kata lain,
hidup sesuai dengan corak pakaiannya.
Dua macam teknik
1. Kostum dikenakan pada tubuh tanpa dipotongi (gedrapeerd).
bisa terdiri atas satu atau lebih potong bahan yang terlepas, dikenakan pada
tubuh dengan di sana-sini dikaitkan dengan mendapatkan bentuk tubuh, inilah
kostum zaman purba Mesir, Yunani.
2. Kostum yang dipotong menurut
bentuk tubuh dan kemudian jahit.
7. Dua macam studi dalam merencana
kostum
1. Studi atas kehidupan dan
watak yang akan dibawakan oleh peranan.
2. Usaha riset atas periode sejarah diri pakaian
nasional peranan yang dibawakan. Sumber-sumber selain buku teks perihal kostum,
juga harus diteliti dokumen-dokumen, naskah-naskah, perpustakaan yang memiliki
bahan-bahan yang serupa dengan cerita yang akan dibawakan.
BAB 13
TATA RIAS
I. Pengertian-pengertian dasar
Di dalam membicarakan rias drama patut diingat bahwa tempat drama atau
pusat drama dalam adalah panggung. Segala sesuatu harus ditujukan untuk
membentuk dunia panggung. Sebagai contoh, seorang penari serimpi dalam kehidupan
sehari-hari mungkin dikenal sebagai seorang pelajar atau mahasiswa, tetapi di
panggung dia akan menjadi manusia lain, seorang putri dari zaman keraton
pewayangan
Tata rias adalah seni
menggunakan bahan-bahan kosmetika untuk mewujudkan wajah peranan. Terwujudnya
wajah harus dipandang dari titik lihat M4. Maka dua hal harus diperhatikan dalam
tata rias pentas:
1. lighting,
2. jarak antara M3 dan M4.
Tugas rias ialah memberikan bantuan dengan jalan memberikan dengan jalan
memberikan dandanan atau perubahan-perubahan pada para pemain hingga terbentuk
dunia panggung dengan suasana yang kena dan wajar. Tugas ini dapat merupakan fungsi
pokok, dapat pula sebagai fungsi bantuan. Fungsi pokok umpamanya
bila mengubah seorang gadis belia menjadi seorang nenek tua, atau seorang
wanita memainkan peranan sebagai seorang pria atau sebaliknya. Fungsi bantuan
misalnya seorang gadis muda di panggung harus memainkan peranan sebagai
gadis muda, tetapi memerlukan sedikit rias muka, rambut, atau hal-hal kecil
lainnya.
Fungsi rias akan berhasil
baik kalau pemain-pemain itu mempunyai syarat-syarat watak, tipe, dan keahlian
yang dibutuhkan oleh peranan-peranan yang akan dilakukannya.
Rias film tidak
berbeda dengan rias drama, hanya syarat-syaratnya yang berlainan. Kalau rias
drama menjadikan panggung dilihat langsung oleh penonton, maka rias film
menjadikan yang dilihat oleh penonton di layar putih melalui lensa kamera Misalnya,
seorang yang menjadi cantik di layar putih. Karena pengolahan rias plus kamera,
kalau dilihat dengan mata bisa tampak kurang cantik sebaliknya harus yang berhasil
pada pemain-pemain panggung, jika dipotret atau di film mungkin akan
memberikan hasil gambar yang lebih jelek.
Kegunnaan rias dalam seni teater
1. Merias tubuh manusia artinya mengubah yang alamiah
(nature) menjadi yang budaya (culture) dengan prinsip mendapatkan daya guna
yang tepat. Bedanya dengan beauty make-up ialah, beauty make-up mengubah
yang jelek menjadi baik. sedangkan rias teater mengubah nature menjadi culture.
2. Mengatasi efek tata lampu
yang kuat.
3. Membuat wajah dan kepala sesuai
dengan peranan yang dikehendaki.
Masalah keindahan
Rias teater tidak hanya berusaha membuat wajah yang cantik, tetap juga
di mana perlu membuat wajah yang jelek untuk waktu selama lakon berlangsung.
Akan tetapi, wajah yang jelek itu harus bersifat artistik dan bernilai estetis.
Keindahan adalah sifat
yang transendental. Transendental berdasarkan kerohanian, mengatasi yang duniawi,
dan merupakan sifat yang melekat pada segala sesuatu yang ada, baik pada Tuhan
maupun pada makhluk. Dalam pandangan Tuhan, segala sesuatu yang bersifat .indah
justru. dan sejauh makhluk itu ada. Keindahan itu transenden, tidak nampak
bagi pancaindra.
Keindahan yang
ditangkap manusia adalah keindahan estetis yang sebagian besar dipengaruhi oleh
kejasmanian kita. ini adalah penerapan khusus dari keindahan transenden, yaitu
suatu keindahan yang tidak hanya terpantul dalam akal budi, tetapi oleh akal
budi bersama pancaindra yang bersatu pada dalam satu kegiatan. Dengan kata
lain, keindahan estetis adalah keindahan transenden
yang berhadapan dengan akal budi yang diliputi oleh pancaindra.
Kesimpulan. Di muka
Tuhan segala sesuatu bersifat indah justru karena dan sejauh mereka ada, sedangkan
di muka manusia makhluk terbagi menjadi indah dan jelek.
Di sini Kesenian memainkan
peranan yang sangat penting dalam pandangan seorang seniman. Suatu benda yang
jelek dan memuakkan pancaindra masih mungkin memperlihatkan suatu segi yang
indah.
Contoh:
Pelukis menggambarkan seorang gelandangan. Menurut pancaindra orang itu
kotor, tidak menarik, berbau, dan sebagainya. Tetap., seni mampu melihat yang
kotor itu dalam suatu cahaya yang ajaib sehingga terjelma kembali menjadi
sesuatu yang indah.
Usaha mengatasi garis pemisah antara yang indah dan yang jelek ialah
dengan mengangkat yang jelek itu pada suatu tingkat yang lebih tinggi,
mengangkat pandangan dan penilaian kita di seberang yang indah dan yang jelek.
Seni yang sejati berusaha menghapus perbedaan antara keindahan transenden dan
keindahan estetis, atau mengangkat keindahan estetis itu ke dalam keindahan
transenden.
Titik tolak pemikiran tata rias
1. Melihat dengan jelas apa
yang dikemukkan untuk suatu peranan tertentu.
2. Kepribadian pemain,
yaitu jenisnya, bangsanya, wataknya, usianya.
3) Dalam
hubungan dengan keseluruhan pertunjukan harus diperhatikan hakiki dramanya.
Jika peranan tidak menghendaki kekhususan wajah, hendaklah kita
berdandan secantik mungkin. yaitu sejauh laku dramatiknya tidak
dirugikan oleh dandannya. Sebab penonton pada dasarnya lebih senang melihat
keindahan.
Mengenai kepribadian,
kita harus memperhatikan bentuk tubuh keseluruhan, lebih daripada wajah,
Harus ada perbandingannya sesuai yang di dalamnya proses kemanusiaan
umum terdapat dalam diri seseorang. Pemain yang memerankan nenek tua, meski wajah
dan semua sudah kelihatan tua, tetapi bentuk dan cakap tubuh kelihatan muda, tentulah
akan nampak lucu sekali. lebih baik penonton mengetahui bahwa pemainnya tidak
tua daripada melihat pemainnya tidak bisa memperlihatkan ketuanya.
Dengan demikian,
perlulah proses kreatif, yaitu proses intai di mana intelek bekerja
secara korektif. Maka kita haruslah belajar melihat wajah luar kita sendiri
seperti orang lain melihat kita
Caranya: Dalam saat latihan
dan bermain, menumbuhkan semacam aku kedua yang memperlihatkan secara objektif
pada saat kita memainkan peranan. Aku kedua ini harus turut berlatih, semakin,
mengoreksi, dan mengontrol.
Faktor-faktor yang harus diperhatikan demi suksesnya make-up
1. Kata dan halusnya base. Guna base
ialah untuk melindungi kulit, memadahkan pelaksanaan, make-up dan
penghapusannya.
2. Kesamaan foundation. Guna foundation
ialah memberikan dasar warna kulit sesuai dengan warna kulit peranan.
3. Penggunaan garis-garis yang layak. Garis-garis
itu untuk membuat jelas anatomi muka, batas-batas bagian wajah alis, mata, keriput-keriput
4. Harmoni antara sinar dan bayangan-bayangan. Highlight
dan shadow memberi efek bahwa manusia itu Liga dimensional. Highlight
memberi pembulatan serta penonjolan bagian-bagian wajah, alis, mata keriput-keriput
dan bayangan.
5. Blending, gunanya ialah agar campuran bahan-bahan
pada wajah terwujud dengan sempurna. Blending dipakai untuk menutup
warna dasar, untuk menambah warna kulit yang tidak kena rias, untuk
menghaluskan warna jangan sampai terlalu tebal.
2. Bahan-bahan make-up teater
1. Base
Yang termasuk base ialah coldeream (netral).
Cara memakainya: ambil
dengan jari telunjuk, letakkan pada bagian yang menonjol, umpamanya hidung, gosokkan
dengan berputar-putar.
2. Foundation’
Ada dua macam:
a. stick
b. pasta
Gunanya untuk menutup ketiakrataan pada kulit. caranya memakai seperti
base.
3. Lines
Gunanya untuk memberikan batas anatomi muka.
Macam-macamnya:
a. eyebrow pencil.
membentuk alis dan memperindah mata
b. eyelash: membentuk
bulu mata agar melengkung
c. lipstik
d. highlight dan shadow:
menciptakan efek tiga dimensional.
Ada dua macam: pancake
dan panstick.
e. eyeshadow: membentuk
dimensi pada mata.
4. Rouge
Menghidupkan bagian pipi dekat mata, tulang pipi, dagu, kelopak mata
antara hidung dan mata.
5. Cleansing
Cairan untuk menghilangkan segala make-up. Ini juga memberikan makanan
dan pengobatan pada kulit.
3. Proses make-up
1. Sebelum memulai pekerjaan rias, seniman rias
harus mempelajari dengan mendalam isi cerita, kemudian mendalami satu per satu
tiap persona yang akan main. Selain itu, pemain-pemain sendiri harus menjiwai
peranan yang akan dimainkan.
2. Kerja make-up-nya sendiri:
- Mempersiapkan
muka, membersihkannya sebelum memainkan alat-alat make-up.
- Memberi warna dasar/foutudation.
- Penggunaan rouge untuk memberikan warna tiga dimensi pada
pipi.
- Lining/pemberian garis-garis
sesuai dengan watak dan usia peranan.
Anatomi wajah terdiri atas
tiga bagian:
- alis.
- mata.
- bibir.
- Menyusun
dan membentuk hairdo. Kita bisa menggunakan rambut palsu menurut bentuk hairdo
yang kita ingini Selain hairdo, juga dipergunakan penempatan kumis dalam
make-up teater.
Pasta gigi dapat digunakan untuk
pemutih rambut peran orang tua.
4. Teori dan teknik rias
Rias dapat dibedakan atas delapan macam:
1. Rias jenis
Rias jenis dilakukan bila perias harus mengubah seorang laki-laki menjadi,wanita
atau sebaliknya.
2. Rias bangsa
Rias bangsa terjadi bila misalnya pemain bangsa Indonesia harus
melakukan peranan sebagai seorang inggris. Untuk ini diper1ukan pengetahuan
tentang pelbagai sifat bangsa-bangsa, tipe dan wataknya, agar pemanguan bisa
kena.
3. Rias Usia
Rias usia misalnya mengubah seorang
pemuda menjadi kakek tua. Untuk itu d diperlukan
pengetahuan mengenai anatomi manusia dan pelbagai umur.
4. Rias tokoh
Rias tokoh amat sukar dilaksanakan. Meniang ada hubungan antara bentuk
luar dan watak seseorang, tetapi pedoman itu sukar dipegang oleh seniman rias.
Maka lebih jelas kalau mengertian rias watak digabungkan dengan rias tokoh.
Sebab di dalam masyarakat orang dapat membedakan antara tokoh pelacur dan tokoh
ibu yang saleh, umpamanya. Masing-masing jelas menunjukkan watak dan bentuk
luar yang berlainan.
5. Rias watak
Baca pada rias tokoh
6. Rias temporal
Rias temporal ialah merias menurut perbedaan-perbedaan karena waktu.
Misalnya seorang bangun tidur membutuhkan rias yang berbeda dengan orang yang
akan pergi ke pesta, dan sebagainya.
7. Rias aksen
Rias aksen hanya memberikan tekanan kepada pelaku yang sudah mendekati
peranan yang akan dimainkannya. Umpamanya. seorang pemuda Jawa yang harus
memainkan peranan pemuda Jawa hanya membutuhkan rias aksen.
8. Rias lokal
Rias lokal ialah rias yang ditentukan oleh tempat. Umpamanya rias
seorang narapidana di penjara akan berbeda dengan rias sesudah dia dilepaskan
dari penjara.
Tinjauan lain, tinjauan secara teknis
1. Straight make-up mewujudkan peranan asli
si pelaku. Misainya seorang tua memerankan orang tua. Straight make-up
itu memainkan peranan dalam kehidupan sehari-hari. Orang bermake-up
sesuai dengan umur dan fungsinya untuk mengatasi kilauan sinar dan menambah keindahan
pribadi.
2. Character mike-up
melukis dan mengerjakan wajah sesuai dengan peranan.
Klasifikasi rias:
1. Rias sehari-hari
Yang diutamakan ialah estetika. Yang harus diperhitungkan:
- jarak yang sangat dekat dengan sesama manusia,
- penerapan alam atau buatan.
2. Rias teater
Yang diutamakan
ialah seni teater. Yang harus diperhatikan: jarak antara M3 dan M4, - bentuk dan ukuran anatomi peranan,
- sistem lighting pentas.
3. Rias untuk fotografi
Yang harus diperhitungkan:
-
sifat bahan pemotretan,
-
hitam putih atau berwarna, teknik
penyinaran secara alamiah atau tiruan,
-
kepekaan lensa.
4. Rias untuk film dan TV:
Film:
- kepekaan film negatif, - Tidak ada
tidak ada hitam-putih
atau berwarna,
- teknik lighting dan kamera - hampir serupa dengan
film.
- Bisa direncanakan dengan teliti; bisa retake - harus
sekali jadi; dalam
Dalam
shooting pertelevisian adegan-adegan langsung
dilihat oleh M4, jadi tak ada
kemungkinan retake,
- ekspresi layar lebar - ekspresi layar sempit, maka make-up
harus lebih teliti.
5. Hal-hal lain
Pekerjaan rias harus dapat dipertanggung jawabkan dari artistiknya dan
segi kesehatanya. Dari segi kesehatan harus diingat. bahwa beberapa bahan dapat
menimbulkan akibat jelek pada badan pemain, sedangkan yang lain tidak. Sebagai
contoh dipandang dari segi kesehatan ialah pemakaian foundation lebih
baik daripada pancake.
Bahan-bahan dapat diimpor
dari luar negeri. Di Prancis yang terkenal ialah Yanile, di Belanda Tirlemont,
di Amerika Max Factor. Akan tercapi. kemungkinan-kemungkinan menggunakan
bahan-bahan dalam negeri pun ada. Orang-orang tua kita sesungguhnya sudah
mengenal a1a-alat rias yang tidak kalah baik dan higienis dan alat-alat luar
negeri. Maka periuklah penyelidikan-penyelidikan ke arah itu.
BAB 14
TATA SINAR
1. Tujuan
1. Menerangi dan menyinari
pentas dan aktor.
Kita bedakan menerangi
dari menyinari
- Menerangi
adalah cara menggunakan lampu. sekadar untuk memberi terang, melenyaplah gelap.
Penggunaan lampu seperti ini disebut general ilumination. Dengan general
illumination itu seluruh pentas, benda-benda penting maupun yang tidak
penting, diterangi secara merata. Para penonton itu perlu bisa melihat karena
antara melihat dan mendengar itu ada kreasi, dan apa yang tidak dilihat oleh
penonton dirasa seperti tidak didengar.
- Menyinari
adalah cara penggunaan lampu untuk membuat bagian-bagian pentas sesuai dengan
keadaan dramatik lakon. Penggunaan lampu seperti ini disebut specificllumination.
Dengan specifik illumination ini perhatian dipusatkan pada suatu tempat di
pentas, dan tempat-tempat lain menjadi kurang penting. Dengan penyinaran ini
efek dramatik dan piktorial bertambah.
Penyinaran setempat ini
jangan sampai mengakibatkan daerah-daerah lain kelihatan gelap. Harus ada ke selarasan
antara lampu-lampu general illumination dan lampu-lampu specific.
illunination.
2. Mengingatkan efek lighting alamiah. Maksudnya
ialah menemukan keadaan jam, muslin, cuaca dengan lighting.
3. Membantu
melukis dekor/scenery dalam menambah nilai warna sehingga tercapai
adanya sinar dan bayangan. Lukisan itu menjadi dekor selama dipakai;.bila tidak
dipakai, tidak ada dekor.
4. Membantu permainan lakon dalam melambangkan maksudnya
dan memperkuat kejiwaannya.
2. Problem stage lighting
1. Problem fisikal dan mekanis
Problem fisikal dan mekanis
berupa oa1-soal:
- Lighting
unit macam apa yang bisa dipakai? (Lighting unit adalah suatu
alat-alat penerangan.).
- Di
mana alat-alat itu ditempatkan? Sebab salah tempat dan letak dapat mengacaukan jalan
lakon.
- Mengapa dan karena alasan apa tempat-tempat kedudukan lighting
tersebut?
- Bagaimana instalasi dikerjakan dengan aman dan sempurna?
- Bagaimana
cara pengotoran lighting yang baik? Cara yang baik ialah bila semua sumber
linghting dan semua mekanik untuk mematikan lampu ditaruh bersama di satu
tempat.
2. Problem artistik
Problem artistik ialah bagaimana kita bisa menggunakan lighting
sehingga lighting itu dapat merangsang emosi penonton.
Contoh: bagaimana pada
adegan terakhir melukiskan akhir hidup seseorang yang panjang umurnya. Pada
adegan itu, orang itu menyesali hidupnya di hari tua. Dia duduk di taman. Sinar
kuning suasana sore sedikit berubah menjadi biru, sementara itu daun-daun
berjatuhan, menandakan bahwa tahun dan hari akan selesai.
Sinar yang menggambarkan
akhirnya hari menjadi simbol kegelapan orang itu sendiri sehingga bayangan maut
yang disekresikan lewat tata sinar merupakan epilog dan prolog hidupnya pada
saat-saat terakhir.
1. Strip light
Yang dimaksud dengan striplight
ialah tata lampu yang berderet.
Ada dua sistem
striplight:
a. Open
system: bila di antara lampu-lampu di dalam kotak tidak ada sekat-sekat.
Maka lampu-lampu itu sendiri harus sudah berwarna merah, biru, kuning (warna primer).
b. Compartment
system: bila di antara lampu-lampu ada sekatnya. lampu-lampu itu bisa sudah
berwarna atau tidak berwarna, tetapi sekat-sekat itu dilapisi dengan kertas-kertas
berwarna merah, biru, kuning.
Ada dua macam stripliglit:
a. Footlight: diletakkan di batas depan pentas, di bawah.
b. Borderlight diletakkan di atas, digantungkan di belakang
border-border.
Striplights yang baik ialah sepanjang mulut
pentas. Voltasenya harus sama supaya dapat memberi efek yang sama. Striplights
tidak memakai lensa.
2. Spotlight
Spotlight adalah sumber sinar yang dengan
intensif memberikan sinar kepada satu titik atau bidang tertentu. Jika di dalam
film kita mengenal teknik dan istilah close-up, di dalam teater spotlight
memungkinkan teknik tersebut tercapai.
Prinsip spotlight itu
ialah: sinar yang intens dikumpulkan di dalam kotak metal. Sinar itu
dipantulkan oleh reflektor dan pergi melalui lubang bundar. Setelah melalui
lubang bundar itu, sinar dikontrol oleh sebuah lensa yang mengatur besar
pancaran sinar itu.
Dengan spotlight
dapat diciptakan efek air laut. api, guntur, dan lain-lain. Untuk air laut,
seember air di-spot dan digoyangkan, sinar dipantulkan pada cyclorama.
Untuk api kertas-kertas merah diletakkan pada suatu benda, di bawahnya ditaruh
kipas, lalu kertas-kertas merah yang berkibar itu dispotkan pada layar. Untuk
kilat, flaslight dimainkan dengan.
3. Floodlight
Floodlight adalah lampu yang mempunyai kekuatan yang besar tanpa lensa.
Ada yang ditaruh di bawah dipancangkan pada suatu standar untuk menerangi
jalan-jalan keluar masuk, drop, cyclorana, Dan sebagainya. Ada yang
digantungkan untuk menerangi daerah permainan, sebuah backdrop, sebuah cycloroma.
4. Tiga macam lampu dalam
masalah penerangan
1. lampu primer
Lampu primer adalah sumber sinar yang langsung menuju benda atau daerah
yang ingin kita sinari. Sinar ini mengakibatkan bayangan.
2. lampu skunder
Lampu sekunder adalah sinar yang menetralisasi bayangan itu. Maka lampu
sekunder ditaruh berlawanan dengan lampu primer. Untuk menciptakan etek sinar
yang tidak dimensional. caranya menggabungkan
lampu primer dan lampu. sekunder sehingga masing-masing sinar saling bersilangan.
Kita bedakan:
a. Lampu untuk menghidupkan dekor
Seandainya cerita terjadi dari pagi sampai sore, maka lampu berubah
sesuai dengan itu dengan demikian tidak berubah lama waktu tertentu.
b. Lampu untuk menghidupkan permainan
Lampu menyinari pemain dan agak dapat berubah dalam waktu tertentu itu.
lampu ini harus lebih terang dai lampu-lampu lainnya.
3. Lampu untuk latar belakang
Lampu ini adalah lampu khusus
untuk menerangi cycloroma
Catatan:
Untuk arena staging baik dipakai 3-way lighting system.
Untuk and staging, 2-way lighting system.
5. kontrol atas sinar
Sukses general atau specific illumination bergantung pada pengontrolan
yang baik atas alat-alat penyenaran.
Ada enam macam kategori
dalam pengontrolan sinar
1. Pengontrolan atas hidup dan matinya
lampu
2. Pengontrolan atas penyuraman
lampu
3. Pengontrolan atas arah
lampu/sinar
4. Pengontrolan atas besar sinar
spotlight
5. Pengontrolan atas bentuk sinar
spotlight
6. Pengontrolan atas warna sinar
Pengontrolan atas arah lampu/sinar
Pengontrolan arah lampu dicapai menurut cara lampu itu dipancangkan
atau digantungkan. Lampu-lampu yang terutama direksional adalah goctlights,
dan floodlights.
Pengontrolan atas besar sinar spotlight
Besar sinar spotlight dapat dikontrol menurut jenis lensanya.
juga dapat dikontrol dengan menggerakkan lampu di dalam kotaknya. Bila lampu di
dalam digerakkan ke muka, spot-nya akan menjadi lebih besar. Bila
digerakkan ke belakang menjauh dari lensa, spot-nya menjadi lebih kecil.
Pengontrolan atas bentuk sinar spotlight
Bentuk spot dapat dikontrol dengan yang dinamakan shutter. Shutter
itu ada empat bilah logam, ditaruh di muka spotlights, dibuka atau
ditutup menurut kebutuhan memotong sebagian lampu atau membentuk rupa spot.
Pengontrolan atas warna sinar
Warna sinar dapat dikontrol dengan kaca yang berwarna, lampu yang berwarna,
atau dengan gelatin (semacam kertas berwarna). Dalam hal ini perlulah kita
tekankan bahwa sinar yang berwarna dapat mengakibatkan perubahan pada permukaan
benda yang tersinari itu. Umpamanya, permukaan yang merah menjadi merah menyala
kalau kena lampu merah, sebaliknya kalau kena lampu biru akan berubah hampir menjadi
hitam. ini memang merupakan problem dalam pentas. Lebih-lebih harus diperhatikan
keselarasan warna lampu dan waria kostum.
Yang perlu diperhatikan:
a. Bagaimana percampuran pigmen dan pigmen? Jika warna
pigmeh merah, kuning, biru dicampur dengan proporsi yang wajar dan dilihat di
bawah sinar pulih. jadinya akan tampak. Abu-abu atau hitam.
b. Bagaimana percampuran lampu berwarna dengan lampu
berwarna? Warna lampu pokok merah, kuning dan biru- violet. bila dikombinasikan
dengan ukuran baik hasilnya akan putih.
c. Bagaimana percampuran pigmen berwarna dengan
lampu berwarna? Campuran warna pigmen dan warna lampu menghasilkan sama seperti
campuran pigmen dan pigmen. Lampu merah pada permukaan benda yang hijau akan menghasilkan
warna abu-abu atau hitam.
6. Pertimbangan perencanaan lighting
yang terakhir
Ada empat problem:
1. Apakah tujuan perencanaan ligting
sudah tercapai?
- Sudahkah lighting tersebut menyinari panggung dan pemain?
- Cocokkah waktu yang dilaksanakan dengannya?
- Sampai berapa jauhkah lighting membantu melukis dekor?
- Mampukah membantu lakon?
2. Apakah lihgting tersebut berasal dari
sumber yang logis? Sang hari, sinar terpecah. Malam hari, sinar terkumpul. itu
kelogisan sinar.
3. Apakah sudah dicapai keseimbangan antara gelap
dan terang? ingat, terangnya sinar spotlight jangan sampai menggelapkan
daerah sekitarnya.
4. Dapatkah segala macam perubahan lignting
tercapai? Apakah penggunaan warna-warna sudah dipikirkan dengan masak? Pelopor painting
with light adalah Adclpne Appia (1895- 1905).
7. Lighting plot
Lighting plot sangat penting dalam menyelenggarakan
drama, sama pentingnya dengan peralatan lampunya. Dalam mengatur penyinaran
harus ada petunjuk-petunjuknya (lighting cues).
Lighting plot
adalah diagram pengaturan panggung yang memperlihatkan posisi semua sinar. Lighting
cues adalah tanda-tanda, petunjuk-petunjuk untuk menghidupkan dan mematikan
lampu.
Dalam setiap produksi
drama harus ada paling sedikit latihan dengan lampu/sinar; dan sebelum latihan ini,
plot dan tanda-tanda ampu harus dipersiapkan. Dalam latihan mi, jika perlu.
semua sinar harus dicoba dan diatur kembali. Tanda-tanda harus disembahkan
bersama oleh aktor-aktornya, Di rektornya, stage manager-nya, dan
alektrisiennya agar, kalau ada tanda dan si aktor, tukang listriknya tahu mengubah
sinar-sinar sebagaimana diperlukan.
Kode Nama
lighting unit Warna
1 dan 2 Floor striplight dai border strip- Biru tua
light untuk menyinari
sky wal1,
cyc, drop.
2 Floor striplight:
menyinari ground Biru
muda
row
4 Floor floodFght: sinar
bulan lewat Biru
muda sekali
jendela
8 dan 9 Border spot: memperkuat Kuning
pucat
lampu pada B
10. House spot: menyinari
daerah Kuning mudah
permainan sekitar
daerah 8 dan 9.
11 dan 12 House spot: menyinari Biru
mudah
daerah permainan di
tengah.
13. FIoo flood: menyinari
acove Warna gelap
14dai 15 Foot dan border light: menyinari Merah, biru
garis depan.
8: Sejarah perkembangan tata lampu
1. Sinar alam adalah matahari.
Dahulu orang main drama pada siang hari.
2. Pada zaman Shakespeare orang mulai main di
ruang tertutup. Artificial lighting berkembang dengan menggunakan banyak
sekeliling.
3. Masa penggunaan minyak tanah
dan gas.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar